PEKANBARU - Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Provinsi Riau, Panji Achmad, mengatakan komoditi sawit dan migas akan dihadapkan pada tantangan penurunan produksi.
"Ekonomi Riau tumbuh 3,70 persen di triwulan II 2024."
"Banyak tanaman sawit di Riau yang sudah tua, ditambah dengan pemupukan yang kurang optimal, terutama di perkebunan rakyat yang menguasai sekitar 60% lahan sawit di Riau," jelasnya dalam Bincang Ekonomi dan Diseminasi Dukung Akselerasi Ekonomi Riau (Bedelau), Kamis (10/10).
Di tengah optimisme pertumbuhan ekonomi, Riau masih dihadapkan pada tantangan baru terutama di sektor perkebunan dan pertambangan.
Selain sektor sawit, komoditi migas terus mengalami penurunan hingga 8-12% per tahun, terutama karena penurunan alamiah pada sumur-sumur migas.
Hal ini membuat sektor pertambangan Riau mengalami kontraksi dan menjadi tantangan besar bagi perekonomian daerah.
Meski demikian, kata Panji, BI tetap optimis bahwa perekonomian Riau akan terus tumbuh positif dengan berbagai upaya yang dilakukan untuk menjaga stabilitas dan meningkatkan investasi di daerah ini.
"Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Riau tahun 2024 akan berada di kisaran 3,3% hingga 4,1%, meskipun sedikit melandai dibandingkan tahun 2023. Kami juga optimis inflasi akan terjaga dalam rentang 2,5% ± 1%," kata Panji.
Bank Indonesia, lanjutnya, akan terus memperkuat kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Riau.
Selain itu, BI bersama Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia tengah melakukan kajian terkait dampak pengembangan sektor industri pulp dan kertas terhadap perekonomian Riau.
"Kami berharap hasil kajian ini dapat memberikan masukan bagi pemangku kebijakan dalam merumuskan strategi pembangunan yang efektif dan berkelanjutan," tutur Panji Achmad.
Sementara prospek perekonomian Riau di tahun 2024 diprediksi akan tetap tumbuh positif, meski mengalami sedikit perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya.
“Kami yakin inflasi tahun ini akan terkendali dalam rentang 2,5 persen atau lebih kurang 1 persen, sehingga mampu mendukung daya beli masyarakat dan stabilitas ekonomi Riau secara keseluruhan,” kata Panji Achmad dalam kegiatan diskusi Bedelau ke-1 di aula BI Riau.
Berdasarkan indikator terbaru, pertumbuhan ekonomi Riau diperkirakan berada dalam rentang 3,3 persen hingga 4,1 persen.
Meskipun lebih rendah dibandingkan tahun 2023, angka ini masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis Riau yang berkisar antara 2 persen hingga 3 persen.
Panji Achmad mengatakan, sinergi antara berbagai pihak, khususnya Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), akan memainkan peran kunci dalam menjaga stabilitas ekonomi.
Ia mengungkapkan, Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan moneter, makroprudensial dan sistem pembayaran sebagai upaya untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
"Bauran kebijakan yang kami terapkan bertujuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar, mengendalikan inflasi, serta mendorong investasi di sektor-sektor strategis di Riau," jelasnya.
Salah satu sektor yang mendapatkan perhatian khusus dari Bank Indonesia adalah industri pulp dan kertas, yang dianggap memiliki potensi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Dalam kolaborasinya dengan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI), Bank Indonesia melakukan kajian terhadap dampak pengembangan sektor ini terhadap perekonomian Riau.
Hasil kajian tersebut menunjukkan, pengembangan sektor industri pulp dan kertas di Riau dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan investasi, penciptaan lapangan kerja, serta penguatan ekspor daerah.
“Kami berharap hasil kajian ini dapat memberikan insight berharga bagi pemerintah daerah dalam merumuskan strategi pembangunan yang lebih efektif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Bank Indonesia menekankan pentingnya kebijakan yang terintegrasi antara sektor keuangan dan industri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang inklusif.
"Kebijakan yang tepat tidak hanya mendorong pertumbuhan, tetapi juga memastikan distribusi manfaat ekonomi yang lebih merata di kalangan masyarakat," tuturnya.
Meski prospek pertumbuhan ekonomi Riau terlihat menjanjikan, sejumlah tantangan tetap harus diantisipasi. Fluktuasi harga komoditas global, perubahan iklim, serta kebijakan perdagangan internasional bisa memengaruhi sektor-sektor andalan Riau, seperti kelapa sawit dan pertambangan.
Oleh karena itu, BI menegaskan pentingnya diversifikasi ekonomi untuk mengurangi ketergantungan pada sektor komoditas.
Dalam hal ini, sektor industri manufaktur seperti pulp dan kertas serta pariwisata dinilai memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak ekonomi baru di Riau.
"Riau memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor-sektor tersebut, yang jika dimaksimalkan, dapat membantu daerah ini keluar dari ketergantungan pada sektor komoditas primer," tukasnya.
Dengan dukungan kebijakan yang konsisten dari Bank Indonesia dan sinergi antara berbagai pihak, prospek ekonomi Riau di tahun 2024 tetap positif.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau pada triwulan II 2024 menunjukkan hasil yang menggembirakan dengan mencatatkan peningkatan sebesar 3,70 persen year on year (yoy).
Menurutnya, angka ini lebih tinggi dibandingkan triwulan I yang hanya mencapai 3,42 persen.
Panji Achmad menyampaikan, pertumbuhan ini didorong oleh kinerja konsumsi rumah tangga, lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT), serta sektor pemerintah yang tetap stabil.
Kenaikan konsumsi masyarakat selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan liburan sekolah menjadi faktor pendorong utama.
“Kondisi ini juga diperkuat oleh daya beli masyarakat yang stabil, inflasi yang terkendali, serta penyaluran gaji ke-13 dan Tunjangan Kinerja (Tukin) untuk ASN,” ujar Panji Achmad.
Dari segi lapangan usaha (LU), sektor pertanian dan industri pengolahan menjadi motor penggerak utama ekonomi Riau.
Panji menjelaskan, sektor pertanian mengalami peningkatan signifikan pada triwulan ini, terutama pada subsektor kehutanan dan peternakan.
“Kinerja sektor pertanian tumbuh lebih tinggi didorong oleh peningkatan produksi hasil hutan serta peningkatan pada subsektor peternakan, terutama ayam ras pedaging,” jelasnya.
Selain sektor pertanian, sektor industri pengolahan juga mencatatkan pertumbuhan yang solid, terlihat dari meningkatnya volume ekspor komoditas seperti kertas/karton (HS 48) dan produk kimia (HS 38).
“Peningkatan ini sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi Riau ke depannya, terutama di tengah tantangan ekonomi global dan nasional yang terus berkembang,” pungkas Panji. (*)
Tags : ekonomi riau, ekonomi tumbuh 3, 70 persen, ekonomi riau triwulan II 2024, sawit dan migas jadi tantangan,