Linkungan   2024/04/22 11:26 WIB

El Nino Telah Berakhir yang Mungkin Berdampak Selama La Nina, 'Tapi Pendapat Para Ilmuwan Terbelah'

El Nino Telah Berakhir yang Mungkin Berdampak Selama La Nina, 'Tapi Pendapat Para Ilmuwan Terbelah'
Seorang warga di tengah kolam ikan yang surut akibat fenomena El Nino di Kabupaten Tangerang, pada 17 Oktober 2023.

LINGKUNGAN - Fenomena alam El Nino, serta perubahan iklim yang berkontribusi mendorong suhu global ke titik tertinggi selama beberapa bulan terakhir, telah berakhir, kata para ilmuwan.

Badan Meteorologi Australia mengatakan Samudra Pasifik telah "mendingin secara substansial" dalam satu pekan terakhir.

El Nino - yang dimulai Juni 2023 lalu - membawa air hangat ke permukaan Pasifik sehingga menambah panas ekstra pada atmosfer.

Namun, apa yang akan terjadi selanjutnya masih belum pasti, kata para peneliti.

Para ilmuwan khawatir bahwa dunia tengah memasuki fase baru perubahan iklim yang lebih cepat. Menurut mereka, bulan-bulan setelah berakhirnya El Nino akan memberikan indikasi kuat apakah suhu tinggi yang tercatat belakangan disebabkan perubahan iklim yang kian cepat.

Setiap beberapa tahun sekali, El Nino datang membawa perubahan cuaca dramatis di banyak belahan dunia.

Gelombang air hangat yang muncul ke permukaan di lepas pantai Peru di Amerika Selatan pun dikaitkan dengan meningkatnya kekeringan dan banjir di berbagai belahan dunia.

Pola ini disebut El Niño-Southern Oscillation atau ENSO.

Ia biasanya ditandai tiga fase berbeda: El Niño panas, kondisi netral, atau periode lebih dingin yang biasa disebut La Niña.

El Niño kali ini pertama diumumkan terjadi pada Juni 2023 dan mencapai puncaknya pada Desember 2023.

Air hangat yang terbawa ke Pasifik telah berkontribusi mendorong suhu rata-rata global ke sejumlah titik tertinggi.

Hingga terakhir pada Maret, angkanya terus memecahkan rekor selama 10 bulan berturut-turut.

Namun, kini El Niño bisa jadi telah pergi lebih cepat dari perkiraan awal.

Pertanyaan pentingnya: apa yang akan terjadi ke depan?

Soal ini, para ilmuwan terbelah.

Para peneliti AS baru-baru ini mengatakan ada 60% kemungkinan munculnya La Nina pada periode Juni-Agustus, dan 85% kemungkinan ia terjadi pada musim gugur.

Namun, Badan Meteorologi Australia bilang pernyataan itu mesti disikapi dengan hati-hati. Mereka memperkirakan kondisi netral akan bertahan setidaknya hingga Juli.

Mereka merujuk kondisi panas lautan global saat ini, yang mereka yakini mempengaruhi ENSO.

“Karena kondisi laut global saat ini belum pernah diamati sebelumnya, kesimpulan terkait perkembangan ENSO di 2024 berdasarkan peristiwa-peristiwa masa lalu mungkin tidak dapat diandalkan,” katanya.

Muncul atau tidaknya La Nina itu penting, karena ia dapat membawa dampak signifikan pada badai dan topan, kata para peneliti.

Sejumlah pakar memprediksi bila La Nina muncul, itu akan menandai musim badai yang sangat aktif di Atlantik.

Efek dingin dari La Nina juga bisa jadi memperlambat laju pemanasan global.

Dan, ini dapat mengindikasikan bahwa suhu tinggi yang berulang kali memecahkan rekor dalam setahun terakhir adalah sebuah misteri - bukan bukti bahwa dunia telah memasuki fase pemanasan yang lebih cepat. (*)

Tags : Air, Perubahan iklim, Bencana alam, Lingkungan, Alam, Kekeringan, Sains,