EYANG ENTANG atau dikenal juga dengan sebutan Embah Dalem Jagat Sakti merupakan panglima perang dan penyebar agama Islam sudah ada sejak abad ke-17.
Makamnya yang terlihat sederhana itu ada di Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.
Lokasi makam ini tak terlalu sulit dijangkau karena cukup dekat dari Jalan Raya Purwakarta-Padalarang. Makam ini kemudian dikenal dengan nama Makam Eyang Entang.
Warga di kampung tersebut tak semua mengetahui dengan keberadaan makam yang sosoknya yang legendaris ini. Bahkan, banyak warga di sana kebingungan jika ditanya di mana keberadaan Makam Eyang Entang atau Embah Dalem Jagat Sakti.
Sebagian dari mereka hanya bisa mengarahkan pada sebuah makam tanpa tahu cerita menarik di baliknya. Padahal, makam yang mereka tunjukkan adalah Makam Eyang Entang.
Makamnya sederhana dan tidak lah megah, tetap terawat tetapi tidak sepeerti petilasan makam keramat lainnya.
Makam Eyang Entang memiliki kawasannya tersendiri, sebuah area pemakaman berpagar besi usang dengan pendopo yang kotor tempat peziarah hendak berdoa maupun nadran.
Di area itu, tepatnya disebelah makam Eyang Entang ada makam sang istri, yang disebutkan oleh Suhandi (88), juru rawat makam, sebagai Ibu Entang.
Makam keduanya jauh dari kesan megah. Hanya sebuah makam biasa tanpa nisan yang dibatasi batu sebagai penanda bahwa itu makam gegeden alias orang penting di kampung tersebut.
"Iya, ini makam Eyang Entang (Embah Dalem Jagat Sakti) dan istrinya, Ibu Entang," kata Suhandi kepada media.
Sosok Eyang Entang setelah diketahui merupakan panglima perang dan penyebar agama Islam.
Bagaimana kisah perjalanan hidupnya hingga layak disebut sosok legendaris?
Abah Otib merupakan kunci serta pemangku adat Desa Nyalindung memberikan informasi, kalau sosok Eyang Entang memang cukup legendaris.
"Betul di sini terdapat situs benda budaya makam Eyang Entang (Embah Dalem Jagat Sakti). Jadi beliau ini merupakan seorang panglima perang di Umbul Kahuripan Kaadipatian Ukur tahun 1620," ungkap Hernandi Tismara, Pamong Budaya pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Bandung Barat yang mengaku mendapatkan informasi dari Abah Otib.
Sebagai tokoh penyebar agama Islam dan panglima perang, Embah Dalem Jagat Sakti dikabarkan menguasai kesaktian dan kedigdayaan. Namun, lebih dari itu, ia juga menguasai keahlian ilmu hitung (falaq) serta ilmu perbintangan. Hal itu yang membuatnya dijuluki Embah Dalem Jagat Sakti.
Oleh sebagian warga yang mengetahui kisahnya, sosok Eyang Entang ini sangat dihormati. Bahkan, mereka kerap meminta 'izin' pada Eyang Entang jika akan melakukan kegiatan tertentu.
"Menurut sesepuh Desa Nyalindung, jika masyarakat hendak membangun rumah, membuat kampung baru, upacara atau ritual tertentu seperti hajatan, pernikahan, bepergian, dan sebagainya selalu dikomunikasikan dengan Embah Dalem Jagat Sakti," kata Hernandi.
Sejumlah tradisi yang berkaitan dengan Eyang Entang pun masih terjaga sampai sekarang, khususnya oleh tokoh atau sesepuh Desa Nyalindung. Selayaknya tradisi pada umumnya, ada makna dan nilai tersendiri di dalamnya. Di antaranya Ritual Hajat Arwah, Upacara Mikul Lodong, Upacara Hajat Cai, dan upacara lainnya.
Dikutip dari laman resmi Desa Nyalindung, turut dijabarkan dengan cukup jelas soal sejarah sesepuh mereka, yakni Embah Dalem Jagat Sakti alias Eyang Entang.
Di laman tersebut dijelaskan jika Embah Dalem Jagat Sakti berasal dari daerah Kampung Sanalika, Cikundul, Cianjur. Ia ditugaskan menetap di Kampung Pondok Kondang.
Sebab, saaitu, diperkirakan pada tahun 1601 atau sekitar abad 17 awal, wilayah Cikalong Cianjur masuk Umbul Kahuripan Tumenggung Wirasuta yang beribukota di Pangheotan, sekarang Cikalongwetan.
Tugas beliau membantu dan mengawasi perjalanan pasukan atau bala tentara Adipati Ukur yang mengemban amanat Raja Mataram yang melewati jalur Kahuripan/Cikalongwetan yang akan menyerang Batavia (Jakarta).
Selain mengemban tugas pemerintahan, beliau merupakan cikal bakal adanya masyarakat serta pemukiman di Pondok Kondang. Istilah Pondok Kondang artinya rumah yang ditempati oleh orang Cikondang, Cikundul, Cianjur yang sekarang berubah menjadi Parakan Salam. Parakan Salam sendiri merupakan kampung tempat makam keramat Embah Dalem Jagat Sakti kini berada.
Sebutan nama Parakan Salam mengambil dari tradisi mengambil ikan atau marak lauk dalam persiapan hajat cai ngaruwat lembur yang dimulai acaranya dari Cimani Agung. Ritualnya adalah membawa sesaji berupa kambing untuk disembelih yang diiringi aneka tetabuhan dan berakhir dengan mengambil ikan (marak lauk) di Sungai Cikubang.
Istilah nama Parakan Salam dibuat keturunan Eyang Entang dan Ibu Entang, yaitu Mama Idris atau Ayah Katmah. Dalam pengembaraannya, Eyang Entang tidak pernah menyatakan keturunan menak Cikundul. Sehingga, keturunannya sampai saat ini tidak ada satupun yang memakai gelar nama menak dengan alasan penyamaran.
Oleh karena itu, masyarakat lebih mengenal beliau dengan nama Eyang Entang. Entang sendiri bisa didasarkan pada karyanya, jasanya, serta loyalitas beliau kepada Tumenggung Wirasuta sangat tinggi. Sehingga ia mendapat penghargaan Bentang atau Entang dari Umbul Kahuripan yang dipimpin oleh Tumengung Wirasuta.
Air dan tanah makam dibawa ke IKN
Embah Dalem Jagat Sakti atau Eyang Entang dipercaya sakti, sehingga air dan tanah dari makam menjadi salah satu yang dibawa oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil ke lokasi Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Utara, untuk prosesi Kendi Nusantara.
Makam kuno yang berada di Kampung Parakansalam RT 1 RW 8 Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) juga masuk dalam situs budaya.
"Berdasarkan kepercayaan sesepuh kampung dan masyarakat serta pengunjung yang datang berziarah, bahwa tanah dan air keramat Embah Dalem Jagat Sakti memiliki sejumlah khasiat. Misalnya Air Keramat Cikarahayuan dan Cikahuripan kerap dimanfaatkan untuk mandi oleh orang-orang yang mengalami kegagalan/frustasi," tutur Pamong Budaya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) KBB, Hernandi Tismara menyebutkan, Sabtu (19/3/2022) kemarin.
Eyang Entang, merupakan seorang panglima perang di Umbul Kahuripan Kadipatian Ukur tahun 1620. Eyang Entang, juga seorang tokoh penyebar agama Islam. Embah Dalem Jagat Sakti menguasai kesaktian dan kedigdayaan.
Tanah Embah Dalam Jagat Sakti yang selalu dipakai sawen atau tolak bala serta upacara-upacara tertentu. Di mana tanahnya selalu dihadirkan bersama sesajen kemudian dikubur. Khasiatnya rumah menjadi asri serta mampu menangkal santet, baruang, dan teluh.
"Berdasarkan penjelasan dari juru kunci soal tanah dan air keramat itu, maka kami dari Disparbud mempertimbangkan jika tanah dan air keramat dari Makam Embah Dalam Jagat Sakti, memenuhi syarat untuk dipakai dalam upacara Ibu Kota Negara," tuturnya.
Seperti disebutkan Juru rawat makam keramata, Embah Dalam Jagat Sakti, Suhandi (88), meskipun sederhana namun makam ini kerap didatangi peziarah yang hendak berdoa maupun nadran.
Jadi area kompleks makam Eyang Entang dan makam istri yang masih sederhana tanpa batu nisan dan hanya dibatasi oleh batu sebagai penanda itu masih terus di ziarahi banyak warga dalam dan luar daerah karena dipercaya kesaktiannya. (rp.her/*)
Tags : Eyang Entang, Panglima Perang dan Penyebar Agama Islam, Budaya Jabar, Makam Eyang Entang, Embah Dalem Jagat Sakti, Makam Keramat,