ERA MODERN saat ini, semakin banyak kita mendengar tentang generasi tanggung atau "Generation Y".
Generasi ini biasanya dikategorikan sebagai anak-anak muda yang lahir antara tahun 1980-an hingga pertengahan 1990-an dan telah tumbuh dewasa dalam era teknologi digital dan media sosial yang cepat berkembang, kata Larshen Yunus, sebagai Ketua DPD I KNPI Riau ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, sebut Larshen Yunus, orang-orang telah mulai memeriksa gaya hidup, kepribadian, dan sikap generasi ini dan bermunculan beberapa stereotip termasuk pandangan bahwa generasi ini malas dan tidak memiliki motivasi untuk bekerja.
Budaya malas muncul sebagai pandangan umum terhadap Orang Muda yang menjadi tanggung. Kita sering melihat generasi tanggung hanya bermain telepon genggam, atau bermain video game, dan mengabaikan pekerjaan mereka. Namun, kebenarannya sedikit berbeda.
Menurutnya, banyak pekerja muda memiliki semangat dan kesediaan untuk bekerja, namun mereka menekankan arti kerja yang memiliki arti pada diri mereka.
Ada juga banyak orang muda yang merasa kecewa dengan keadaan ekonomi sulit dan sulitnya memulai karir yang membuat mereka enggan untuk mengejar pekerjaan.
Ini membawa kita pada pertanyaan: apakah generasi tanggung benar-benar malas atau hanya kurang memiliki motivasi untuk bekerja?
Pada masa sulit itu, sebutnya, banyak orang yang kehilangan pekerjaan yang telah mereka tekuni selama bertahun-tahun, dan ini mendorong banyak orang muda untuk tidak hanya mempertanyakan keamanan dalam bekerja, tetapi juga konsep bekerja sebagai keinginan yang mendasar.
Namun, memandang generasi tanggung sebagai malas atau tidak memiliki motivasi untuk bekerja sepenuhnya keliru.
"Mereka memprioritaskan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan, merasa puas dengan perbedaan-perbedaan dalam pekerjaan dan kariernya, dan mencari makna dalam pekerjaan mereka."
"Selain itu, mereka juga mengutamakan fleksibilitas, inovasi, dan kesempatan untuk menyumbangkan keahlian dan bakat mereka," sebut Larshen Yunus
Pekerjaan yang tidak memajukan ambisi di kalangan milenial dianggap sebagai cara penindasan atas sistem yang tidak menghargai kreativitas dan inovasi.
Ini semuanya adalah bagian dari pergeseran dalam pandangan tentang 'pekerjaan ideal' dan 'karir' yang mengarah pada perkembangan gagasan seperti 'gig economy' dan 'freelance culture', di mana keberhasilan definisi diri seseorang lebih penting daripada penempatan posisi dalam suatu perusahaan atau organisasi.
Sebagai pemimpin dan kolega, bagaimana cara kita dapat membantu menginspirasi dan memotivasi generasi tanggung untuk bekerja dengan produktif dan bekerja lebih keras?
Jawabannya adalah, dengan memperkenalkan dan menawarkan kesempatan kerja yang menghargai kreativitas, inovasi, dan pengembangan diri.
Motivasi mengacu pada dorongan atau keinginan individu untuk melaksanakan tindakan tertentu.
Mereka mungkin memiliki motivasi intrinsik, yaitu dorongan dari diri sendiri, atau motivasi ekstrinsik, yaitu dorongan dari lingkungan atau orang lain di sekitarnya.
Generasi tanggung memiliki pengalaman hidup mereka sendiri yang unik dan perbedaannya dari generasi sebelumnya menyebabkan mereka memiliki pandangan yang berbeda tentang nilai-nilai dan prinsip pembangunan kualitas hidup, kata dia.
Mereka sering mencari pekerjaan yang terkait dengan passion mereka, dan memilih pekerjaan yang memberikan pengalaman yang bermakna, membantu orang lain, atau diarahkan menjadi tujuan yang lebih besar.
Motivasi intrinsik pada generasi tanggung adalah dorongan dari dalam diri mereka sendiri untuk melakukan tindakan atau bekerja.
Ini dapat terjadi ketika mereka pergi ke pekerjaan yang mereka nikmati dan percaya, atau mendapatkan pengakuan atas pekerjaan atau usaha yang mereka lakukan.
Sementara motivasi ekstrinsik dapat datang dari lingkungan kerja dan penghargaan dari rekan kerja, atau ketika mereka memiliki tujuan yang dapat menghasilkan penghargaan dan insentif keuangan.
Dalam tempat kerja yang bertumbuh dengan cepat di era digital, penting bagi organisasi dan pemimpin untuk memahami pentingnya individualitas dan perilaku dan cara yang tepat secara efektif untuk menghasilkan pekerjaan dan motivasi yang produktif dan bermakna pada mereka.
Termasuk upaya untuk terus memperbaiki kesempatan karier dan memberikan pengakuan pada usaha yang individu lakukan.
Dalam mengatasi masalah motivasi di tempat kerja, organisasi dan pemimpin dapat memperkenalkan sistem insentif dan bonus yang transparan dan memberikan penghargaan bagi karyawan yang bekerja keras dan berkinerja baik dalam memajukan karir mereka.
Pemimpin juga dapat memastikan bahwa lingkungan kerja yang sehat dan komunikatif ada di tempat kerja, dan bahwa karyawan dapat mengajukan pertanyaan dan berkomunikasi dengan pemimpin mereka dengan mudah dan bebas.
Juga penting untuk membuat lingkungan yang kreatif dan inovatif, sedangkan mendukung ketersediaan sumber daya dan teknologi baru yang terkait dengan pekerjaan dan proyek yang diberikan.
Budaya Malas hanya akan memperkuat stereotip negatif pada generasi tanggung, dan hal itu tidak benar.
Generasi tanggung tidak hanya mampu untuk bekerja keras, efisien dan produktif, namun juga memiliki banyak keterampilan dan kemampuan yang berharga dalam era digital.
Generasi tanggung sangat terampil dalam menciptakan konten dan mengelola media sosial, karena mereka tumbuh dengan teknologi digital.
Mereka memahami teknologi dan platform-media sosial, memungkinkan mereka menghasilkan konten yang unik dan bermanfaat.
Selain itu, generasi tanggung juga dicirikan dengan kreativitas dan innovasi, yang merupakan keterampilan penting dalam dunia kerja saat ini yang berkembang sangat cepat.
Karena beragam keterampilan yang dimiliki generasi tanggung, organisasi-individu yang bergabung dengan 'generation Y' dapat bermanfaat dari kontribusi mereka dan meningkatkan kinerja mereka dalam bisnis.
Toleransi dan pembukaan ekspresi ide dan gagasan baru dalam gaya kerja juga dapat menumbuhkan energi positif di lingkungan kerja.
Mempertahankan motivasi, kreativitas, dan inovasi pada generasi tanggung adalah penting, dan perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang memotivasi dan mendukung generasi tanggung untuk berkembang, serta memberikan ruang dan kesempatan kreativitas dan inovasi.
Karena gaya hidup dan norma kerja telah berkembang pesat, generasi tanggung mungkin tidak lagi merespon motivasi tradisional seperti penghargaan moneter semata-mata.
Mereka lebih suka mencari arti dalam pekerjaan mereka, mencari tujuan yang lebih besar, dan menciptakan keseimbangan antara hidup dan bekerja.
Sebelum kami menggeneralisasi generasi tanggung sebagai malas, kita harus menyadari bahwa generasi ini memiliki cara yang unik dalam memandang kerja dan percaya bahwa pekerjaan haruslah memiliki pengaruh yang positif pada kehidupan mereka dan sekitarnya.
Selain itu, kurangnya motivasi pada generasi tanggung juga bisa terjadi karena kurangnya kesempatan dan penghargaan di tempat kerja.
Organisasi dan pemimpin harus menyadari bahwa generasi tanggung adalah kelompok besar yang bisa bermanfaat bagi mereka, dan dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang memungkinkan mereka untuk berkembang dan memperbaharui pekerjaan yang lebih baik.
Bagaimana mempertahankan motivasi dan produktivitas di tempat kerja yang sekarang sangat penting sehingga ketujuh generasi dapat bekerja sama, dan sama-sama mencapai tujuan strategi mereka.
Salah satu cara untuk mengembangkan motivasi pada generasi tanggung adalah dengan memberi mereka kendali dan tanggung jawab yang lebih besar dalam pekerjaan mereka.
Dengan memberikan kesempatan dan kepercayaan pada generasi tanggung, mereka dapat merasa valued dan memotivasi untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik.
Peningkatan peluang pengembangan karir, di mana keahlian teknis-kejuruan dapat dipelajari dan program pelatihan dapat disediakan secara khusus untuk meningkatkan keterampilan individu untuk berkembang dapat menjadi solusi.
Dalam kesimpulan, generasi tanggung bukan generasi yang malas, tetapi kurangnya motivasi dalam kerja mereka dapat lebih diakibatkan oleh perubahan asumsi dan cara pandang pada pengaruh pekerjaan dalam mewujudkan kebahagiaan dalam hidup, serta kurangnya kesempatan dan penghargaan di tempat kerja.
Oleh karena itu, diperlukan pengertian karakteristik generasi tanggung, memahami cara kerja mereka dan membentuk lingkungan kerja yang lebih menunjang untuk merangsang produktivitas dan mempererat kekuatan tim secara keseluruhan. (rilis)
Tags : anak muda, fenomena budaya anak muda, anak muda malas atau kurangnya motivasi, anak muda untuk bekerja, kalangan generasi tanggung,