SOSIAL - Fenomena dikalangan masyarakat yang terjadi banyak mengunjungi ritel hanya untuk rombongan jarang beli (Rojali) jadi perbincangan hangat.
Banyak mal disebut mulai dipadati pengunjung yang datang hanya untuk jalan-jalan, ngadem, atau sekadar nongkrong, tanpa benar-benar berinteraksi.
Direktur PT Indmarco Prismatama (Indomaret), Wiwiek Yusuf, memberikan tanggapan dengan santai terkait fenomena tersebut.
Dilansir dari laman detikcom, ia menyebut karakter Indomaret berbeda dengan mal karena hadir di titik-titik yang memang dibutuhkan masyarakat.
“Saya pikir gini, karena kan kalau fenomena itu lebih ke mal-mal ya. Nah, kalau Indomaret ini kan lebih dekat ke konsumen,” ujar Wiwiek.
Ia pun menegaskan bahwa konsumen yang datang ke Indomaret umumnya memang punya niat untuk belanja. Bukan hanya jalan-jalan atau lihat-lihat.
“Artinya mereka yang butuh, perlu ke Indomaret. Kalau ke mal mungkin mereka ngadem, istilahnya kalau dalam bahasa Jawanya ya. Tapi kalau ke Indomaret, selama ini sih apa yang dia datang, mereka biasanya berbelanja,” tuturnya.
Sementara itu, CEO Indomaret, Sinarman Jonatan, menjelaskan bisnis ritel punya tantangan sendiri yang tak mudah untuk dihadapi. Hal ini karena bisnis ritel dapat mengalami perubahan dengan cepat dan sangat dinamis.
Ia bahkan mengaku dirinya yang telah menggeluti dunia ritel selama 40 tahun pun masih kerap kali bingung dengan industri yang dijalani. Ia mengatakan banyak pertanyaan yang tidak dimengerti.
“Industri retail ini sangat dinamis, sangat tidak menentu karena masalah-masalah yang sangat kompleks sifatnya, sehingga kalau kita tidak berubah, kita menjadi tertinggal,” ujar Sinarman. (*)
Tags : fenomena rojali, supermarket, indomaret, ritel indonesia, News Daerah,