LEGENDA yang digambarkan sebagai makhluk cryptid laut gabungan dari gajah dan ikan disebut 'Gajah Mina' itu ditemukan di perairan laut Daik Lingga, Kepulauan Riau (Kepri).
Peristiwa yang menghebohkan sejagad bumi Lingga itu terakhir pernah terjadi pada 13 Januari 2005 lalu di Pantai Dungun Desa Teluk, Kecamatan Lingga Utara Kabupaten Lingga.
Tetapi hewan langka itu yang tinggal berbentuk kerangka tulang-tulangnya sudah dimasukkan dalam Museum Mini Linggam Cahaya Daik Lingga sebagai kota sejarah kerajaan Melayu.
Begitupun pada bulan Maret 2021 lalu, warga di perairan Natuna Kepulauan Riau (Kepri) juga digegerkan dengan penemuan bangkai hewan laut gajah mina.
Warga percaya cerita hewan mitos yang didongengkan turun terumun itu memang benar-benar ada dan hidup di perairan Kepri.
Gajah Mina, sebuah legenda yang digambarkan sebagai makhluk cryptid laut gabungan dari gajah dan ikan.
"Makhluk ini (gajah mine) dikenal luas oleh pelaut Indonesia dan Malaysia."
Gajah mina juga disebut dengan nama fish elephant atau juga elephant seal yang berarti gajah laut.
Kerangka gajah mina di Museum Lingga.
Seperti yang ditemukan di Daik Lingga, rangka gajah mina yang ada di Museum Lingga, biasanya ada di darat tapi kali ini rangka makhluk raksasa dari laut hingga kini masih bisa dilihat di Museum Mini Linggam Cahaya di Daik Lingga.
Penemuan masyarakat terhadap makhluk raksasa laut gajah mina itu sejak 13 Januari 2005 lalu, hewan itu pertama kali ditemukan oleh masyarakat setempat yaitu dan rangka-rangkanya di kumpulkan oleh keluarga Umar Sanen (Pak Cenot) yang kemudian diserahkan ke Museum Mini Linggam Cahaya pada tanggal 6 Januari 2006.
"Tetapi untuk penamaan secara ilmiahnya sedang dalam proses identifikasi oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta."
"Satwa langka itu memang sangat besar, bayangkan saja untuk panjang dari ekor hingga kepala 12.40 meter, panjang gading/taringnya 2.4 meter, tebal kulit 10 cm, panjang sirip bawah 78 cm dan lebar sirip bawahnya 47 cm," kata Umar menjekaskan.
Meskipun sudah beberapa tahun dibawa dan disimpan pada museum Lingga tapi masih banyak masyarakat lokal apalagi masyarakat luar yang tidak tau akan keberadaan makhluk besar tersebut.
"Sungguh kita bersyukur sekali hususnya masyarakat Lingga. Dimana Lingga merupakan tempat yang kaya akan keberadaan hasil laut dan kekayaan alam lain yang melimpah, sudah barang tentu gajah mina tersebut kemungkinan memiliki anak atau saudaranya yang sudah tentu berada di perairan Lingga," sebut Umar lagi.
Tetapi pak Long Leman penjaga museum Mini Linggam Cahaya menyatakan hal sama, Daik Lingga memiliki kekayaan alam dan budaya Melayu tertua di Asia.
"Ini membawa berkah karena dengan adanya kerangka makhluk raksasa ini, Musuem kami banyak dikunjungi dan dilihat orang banyak yang penasaran akan keberadaan kerangka gajah mina," ungkapnya saat riaupagi.com mengunjungi museum itu belum lama ini.
Museum Mini Linggam Cahaya sekarang semakin banyak barang-barang peninggalan sejarah telah dikumpulkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lingga.
"Pemerintah kabupaten setempat juga akan membangun museum yang lebih besar dengan anggaran Provinsi Kepulauan Riau."
Begitu pula yang terjadi di perairan laut Natuna. Masyarakat Pulau Serasan, Kecamatan Serasan, Natuna, juga oernah diikagetkan dengan penampakan sosok langka di pantai Sisi, pada Minggu 14 Februari 2016 lalu.
"Sosok langka itu diduga sebagai hewan langka gajah mina."
“Dari jauh terlihat seonggok barang menyerupai seperti ikan paus terdampar," ujar seorang warga Serasan Robbi Sanjaya (36).
Pada saat itu hendak magrib, Robbi menyangka, onggokan besar di tepi pantai yang sedang surut adalah ikan paus, namun saat didekatinya, ternyata hewan besar yang memiliki gading panjang, belalai diwajah, bertelinga lebar dan berekor seperti paus.
"Saya sangka semula ikan paus ternyata gajah mina, yakni gajah laut yang dulu sering diceritakan masyarakat. Ini hewan dari lautan dalam," ujar Robbi.
Kerangka yang diduga gajah mina yang ditemukan warga Natuna.
Ayah seorang anak itu lalu memanggil beberapa temannya karena hewan aneh yang ditemuinya itu belum pernah mereka lihat.
Dalam sekejab, Pantai Sisi heboh. Masyarakat Serasanpun berduyun melihat bangkai hewan langka bertubuh tambun yang telah menebarkan aroma busuk.
Hewan besar berukuran panjang sekitar enam meter itu semula hanya jadi tontonan, namun pada Selasa 16 Februari 2016, hewan besar tersebut ditarik ke darat dan masyarakat menguburnya.
"Agar tidak mendatangkan penyakit," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau, DR. Eddiwan menanggapi terdamparnya hewan laut dalam itu karena ruaya yang dialami gajah mina tersebut.
"Ruaya atau alur migrasinya terganggu karena perubahan cuaca dan arus laut yang mengakibatkan ikan yang hidup bebas dilaut lepas atau samudra itu terjebak di lautan karang dan kepulauan," ujar Eddiwan did3pan media.
Gajah Mina dalam budaya Hindu Bali adalah salah satu dari 7 binatang mitologi. Bentuk ikan berkepala gajah, sering dicat atau diukir di Candi sebagai ornamen.
Di kalangan masyarakat setempat, dongeng tentang gajah mina ini telah hidup dalam budaya lisan orang Melayu di Daik Lingga.
Gajah Mina atau lebih fasih dilafalkan ’Gajah Mine’ dalam dialek Melayu ini, menjadi dongeng pengantar tidur.
Ada juga yang menyebutnya sebagai Gajah Laut. Gajah Mina ini hidup dalam tutur lisan tetua melayu.
Seperti diungkapkan Sulaiman Atan (65), warga Kepri, Dia masih ingat betul cerita tentang Gajah Mine. Bahkan saat masih kecil, kakek 8 orang cucu ini, selalu diceritakan dongeng tersebut oleh neneknya.
Kerangka yang diduga gajah mina.
“Gajah Mine hewan laut yang bertubuh besar. Separuh gajah, separuh ikan. Ia penunggu laut. Hidup di dalam laut,” tutur pria yang akrab disapa Paklong itu.
Dari cerita pengantar tidur neneknya, Gajah Mine akan naik ke daratan di bulan purnama. Gajah Mine akan memakan daun pandan berduri, karena itulah makanannya. (*)
Tags : Gajah Mina, Gajah Mine, Legenda Gajah Mina, Hindu Bali, Monster Gajah, Kepulauan Riau, Kepri, Perairan Natuna,