PERUBAHAN IKLIM buat populasi lebah terancam, "Kekacauan iklim" telah menyebabkan penurunan populasi lebah secara luas di dua benua, menurut para ilmuwan.
Analisis baru menunjukkan peluang untuk menemukan seekor lebah di tempat manapun di Eropa dan Amerika Utara telah menurun sepertiganya sejak tahun 1970-an.
Suhu yang menghangat akan semakin menyebabkan penurunan ini, yang sudah lebih parah dari yang diduga sebelumnya, kata para peneliti.
Lebah adalah polinator utama banyak buah-buahan, sayuran, dan tumbuhan liar.
Tanpa mereka, tanaman bisa gagal panen, sehingga mengurangi makanan bagi manusia dan spesies lainnya.
Dr. Tim Newbold dari University College London mengatakan bahwa beberapa penelitian sebelumnya memang menunjukkan bahwa distribusi lebah bergerak ke arah utara di Eropa dan Amerika Utara, "seperti yang Anda kira dengan perubahan iklim".
Ia menambahkan: "Tapi ini pertama kalinya kami bisa benar-benar mengaitkan kepunahan di tingkat lokal dan kolonisasi lebah dengan perubahan iklim, menunjukkan secara jelas jejak-jejak perubahan iklim dalam penurunan yang kami amati.
Penurunan populasi lebah lebih parah dari yang diduga sebelumnya, kata peneliti utama Peter Soroye dari University of Ottawa di Kanada.
"Kami mengaitkan ini dengan perubahan iklim — dan lebih spesifik, dengan suhu ekstrem dan kekacauan iklim yang dihasilkan perubahan iklim," ujarnya.
Lebah adalah salah satu hewan polinator paling penting. Para ilmuwan telah mendokumentasikan penurunan kelimpahan lebah dan jangkauannya karena berbagai penyebab, termasuk pestisida, penyakit, dan hilangnya habitat.
Dalam studi terbaru ini, para peneliti menilik lebih dari setengah juta catatan tentang 66 spesies lebah, dari tahun 1901 hingga 1974 dan dari 2000 hingga 2014.
Mereka mendapati bahwa populasi lebah berkurang dengan cepat di antara 2000-2014: banyaknya lokasi yang mungkin ditempati oleh lebah berkurang rata-rata lebih dari 30% dibandingkan dengan 1901-1974.
Populasi lebah paling terdampak di wilayah selatan seperti Spanyol dan Meksiko karena tahun-tahun yang lebih hangat dan ekstrem. Dan, meskipun populasi telah bergerak ke wilayah utara yang lebih dingin, ini belum cukup untuk mengompensasi kehilangan.
Jonathan Bridle dan Alexandra van Rensburg dari University of Bristol menyebut temuan ini "mengkhawatirkan". Dalam komentar mereka yang dimuat di jurnal ilmiah Science, mereka mengatakan:
"Studi baru ini menambah bukti, yang semakin banyak, atas hilangnya keanekaragaman hayati yang meluas dan mengkhawatirkan; dan untuk laju perubahan global yang sekarang melebihi batas kritis ketahanan ekosistem."
Ada sekitar 250 spesies lebah di dunia. Menurut Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), penurunan populasi lebah telah dicatat di Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Asia, yang disebabkan oleh berbagai ancaman mulai dari hilangnya habitat dan degradasi hingga penyakit dan penggunaan pestisida.
Para peneliti pun telah menemukan bahwa lebah madu di Vietnam mengumpulkan dan mengoleksi kotoran hewan di sekitar sarang mereka untuk mencegah serangan mematikan lebah raksasa.
Mereka mengatakan temuan itu adalah yang pertama mendokumentasikan penggunaan "alat-alat" oleh lebah madu.
Lebah menggunakan kotoran ayam, kotoran kerbau dan bahkan air seni manusia untuk melindungi sarangnya.
Lebah madu, yang populasinya kian menurun di seluruh dunia, memainkan peran penting dalam penyerbukan tumbuhan yang ditanam manusia sebagai bahan makanan.
Para ilmuwan yang menerbitkan temuan itu dalam jurnal PLOSE ONE pada Rabu (09/12) mengatakan penelitian itu dimulai setelah seorang peternak lebah Vietnam memberi tahu mereka bahwa ada bintik-bintik gelap misterius yang mereka temukan di pintu masuk sarang.
Mereka kemudian melihat bahwa itu adalah kotoran.
"Kami pikir itu gila karena lebah tidak mengumpulkan kotoran," kata ilmuwan utama Heather Mattila kepada kantor berita AFP.
Penelitian tersebut menegaskan bahwa kotoran tersebut merupakan pertahanan yang digunakan oleh lebah, khususnya terhadap lebah raksasa.
Cara ini menambah "daftar pertahanan yang mengesankan yang dilakukan lebah madu untuk mencegah lebah raksasa menghancurkan koloni mereka", kata Dr Mattila, guru besar ilmu biologi di Wellesley College di negara bagian Massachusetts, AS.
Lebah dikenal menggunakan berbagai strategi untuk menangkis serangan dari predator.
Peneliti menemukan lebah madu melindungi koloni mereka dengan melakukan getaran tubuh yang disinkronkan, mendesis, atau membungkus para penyusup sampai mereka merasa kepanasan.
Lebah raksasa Asia - lima kali lebih besar dari lebah madu - dapat membantai koloni lebah madu dalam hitungan jam. Mereka juga bisa menimbulkan sengatan yang kuat pada manusia.
Para ilmuwan menemukan bahwa lebah raksasa kecil kemungkinannya untuk melancarkan serangan massal pada sarang lebah yang dipenuhi banyak kotoran.
Mereka juga menghabiskan 94% waktu lebih sedikit waktu untuk mengunyah di pintu keluar masuk lebah (entrance) jika mereka mendarat di sana.
Penggunaan kotoran baru dilakukan lebah madu Asia, kata ilmuwan, dan menambahkan spesies yang sama di Eropa dan Amerika Utara tidak memiliki pertahanan serupa.
Lebah raksasa Asia baru-baru ini terdeteksi di Amerika Utara di mana mereka dijuluki "lebah pembunuh" karena ancaman yang mereka timbulkan terhadap lebah madu dan ekosistem lokal serta keselamatan manusia.
Sekitar 40 orang dibunuh setiap tahun oleh lebah raksasa Asia, menurut Museum Smithsonian di Washington DC. (*)
Tags : perubahan iklim, populasi lebah, perubahan iklim buat penurunan populasi lebah, hewan-hewan,