ERA DIGITAL membawa berbagai kemudahan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya dalam aktivitas berbelanja. Namun, kemudahan tersebut juga memicu meningkatnya gaya hidup konsumtif, terutama di kalangan generasi muda.
Perkembangan teknologi digital telah menciptakan perubahan signifikan dalam pola hidup manusia, termasuk cara memenuhi kebutuhan.
Berbeda dengan era sebelumnya, kini aktivitas belanja dapat dilakukan secara praktis hanya melalui ponsel.
Kecepatan transaksi, promosi besar-besaran, dan kenyamanan aplikasi belanja menjadi faktor yang menjadikan belanja online sebagai kebiasaan baru.
Fenomena ini semakin terasa di kalangan generasi muda.
Media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube dipenuhi dengan konten promosi, rekomendasi produk, dan gaya hidup selebritas digital yang memengaruhi pola pikir konsumen.
Ditambah lagi, layanan paylater memberikan kemudahan tanpa pembayaran langsung, sehingga perilaku impulsif semakin meningkat.
Situasi ini membuat batas antara kebutuhan dan keinginan menjadi kabur. Banyak pengguna yang membeli barang karena tren, promo, atau dorongan emosi, bukan karena fungsinya.
Oleh sebab itu, penelitian ini penting dilakukan untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi gaya hidup konsumtif di era digital.
Beberapa pPenelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana media sosial, e-commerce, dan layanan pembayaran digital memengaruhi perilaku konsumsi masyarakat di era digital.
Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif berbasis survei melalui Google Form yang disebarkan secara daring kepada pelajar, mahasiswa, dan masyarakat pengguna aktif internet.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku konsumtif dipengaruhi oleh paparan promosi digital, fitur pembayaran seperti paylater, serta dorongan emosional dan sosial.
Hasil penelitian menegaskan urgensi literasi keuangan dan literasi digital guna mendorong masyarakat menjadi konsumen yang lebih bijak di tengah perkembangan teknologi.
Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan strategi survei dan pendekatan cross-sectional, yaitu pengumpulan data pada satu titik waktu.
Subjek penelitian adalah pengguna aktif internet, terutama pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum yang sering berinteraksi dengan platform digital.
Objek penelitian adalah perilaku konsumtif dan persepsi terhadap konsumsi digital.
Dengan teknik yang digunakan adalah purposive sampling, dengan memilih responden yang memenuhi kriteria yaitu aktif menggunakan media sosial, pernah berbelanja secara digital, dan familiar dengan e-commerce.
Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden mendapatkan informasi produk melalui media sosial. Algoritma platform membuat promosi semakin personal, sehingga pengguna lebih mudah tergoda untuk membeli barang yang sering muncul dalam feed mereka.
Flash sale, gratis ongkir, cashback, dan diskon besar-besaran menjadi faktor utama yang memicu pembelian impulsif. Banyak responden mengaku belanja bukan karena butuh, tetapi karena merasa rugi jika melewatkan promo.
Fitur paylater menjadi salah satu pemicu utama meningkatnya gaya hidup konsumtif.
Responden merasa lebih bebas berbelanja tanpa mengeluarkan uang langsung. Namun, hal ini menimbulkan masalah baru berupa tagihan menumpuk dan kesulitan mengatur keuangan.
Hasil survei menunjukkan bahwa belanja sering dilakukan sebagai bentuk pelarian dari stres. Selain itu, tekanan sosial dari tren dan influencer membuat pengguna merasa perlu mengikuti gaya hidup tertentu agar tidak ketinggalan.
Penelitian ini menemukan bahwa gaya hidup konsumtif di era digital dipengaruhi oleh interaksi intens dengan media sosial, strategi pemasaran e-commerce, kemudahan pembayaran digital, serta faktor emosional dan sosial.
Generasi muda menjadi kelompok yang paling rentan terhadap perilaku konsumtif karena dekat dengan teknologi dan sering terpapar konten digital.
Untuk itu, diperlukan penguatan literasi keuangan, literasi digital, dan kemampuan self-control agar masyarakat dapat lebih bijak dalam berbelanja.
Dengan kesadaran yang tepat, teknologi digital dapat dimanfaatkan secara positif tanpa menimbulkan dampak finansial dan sosial yang merugikan.
Tags : generasi muda, gaya hidup konsumtif, era digital,