PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Gubernur Riau (Gubri) H Syamsuar pastikan tidak ada lagi pembatasan aktifitas warga tidak pula melarang warga merayakan malam pergantian tahun baru 2023, tetapi tidak berlebihan dan jangan mengikuti orang musyrik.
"Masyarakat Riau merayakan Tahun Baru 2023 tidak berlebihan."
"Sampai saat ini memang belum ada pembatasan, tapi juga jangan pula terlalu euforia berlebihan. Hura-hura hingga menimbulkan hal tak diinginkan. Biasa-biasa sajalah," kata Gubri Samsuar, Sabtu (24/12/22) kemarin menghimbau.
Gubri meminta perayaan tahun baru tidak dilaksanakan dengan dengan cara euforia berlebihan. Kegiatan berlebihan justru dikhawatirkan dapat menimbulkan hal-hal tak diinginkan.
Perayaan tahun baru diharapkan dapat diisi dengan kegiatan positif. Situasi yang sudah terpelihara dengan baik diharapkan dapat terjaga.
"Memang tahun ini sudah berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tapi sebaiknya bagaimana kita bisa menjaga situasi yang sudah membaik ini kita manfaatkan kegiatan positif," kata Gubri.
Kapolda Riau juga menyatakan harapan yang sama akan kelancaran Nataru. karena itu, pihak kepolisian berama TNI termasuk unsur pendukung akan berupaya melaksanakan cipta kondisi dengan memaksimalkan pengamanan di titik yang dianggap rawan.
"Kita bersama TNI berupaya melaksanakan tindakan preventif mau pun tindakan hukum bagi pelaku yang melakukan aksi yang tak dinginkan," ungkap Kapolda.
Pada kesempatan ini, Kapolda juga meminta masyarakat untuk menahan diri dari kegiatan tak bermanfaat saat pergantian tahun baru.
"Tak perlu juga hua-hura, kebut-kebutan di jalan, apalagi menggunakan narkoba. Kalau ini tentu akan berhadapan dengan aparat-aparat hukum," papar Kapolda yang juga menghimbau tidak melakukan kegiatan konvoi di jalanan dan pesta kembang api.
Tetapi Gubri berharap perayaan tahun baru dapat diisi dengan kegiatan positif. Situasi yang sudah terpelihara dengan baik diharapkan dapat terjaga.
Gubri mengajak seluruh masyarakat Riau agar menjadikan pergantian malam tahun baru untuk bermuhasabah.
Sehingga akan lebih baik jika malam tahun baru diisi dengan kegiatan yang positif dan bermanfaat.
"Kalau bisa di rumah saja, berkumpul bersama keluarga, isi tahun baru dengan kegiatan yang positif, doa bersama dzikir, itu akan jauh bermanfaat ketimbang konvoi-konvoi di jalanan," pungkasnya.
Gubri lebih mengedepankan soal menghadapi tahun depan (2023).
Menurutnya, untuk mengatasi ataupun menghadapi ketidakpastian yang akan datang tahun 2023 mendatang perlu ditingkatkan bentuk kerjasama dan kolaborasi.
"Ini kita harus kerjasama agar bisa mengatasi tahun ketidakpastian ini," disampaikan Gubri Syamsuar saat menghadiri penyerahaan piagam penghargaan dari Kapolda Riau, Irjen Pol Mohammad Iqbal di Halaman Mapolda Riau, Kamis 29 Desember 2022 kemarin.
Ketidakpastian yang dimaksud Gubernur Syamsuar yakni Indonesia bahkan dunia akan menghadapi krisis ekonomi, krisis energi, krisis pangan dan inflasi.
Tahun 2023 merupakan tahun politik, namun Syamsuar mengimbau agar seluruh masyarakat tetap dalam suasana kebersamaan dan kedamaian.
"Suasana aman dan damai juga harus kita pertahankan, karena itu merupakan salah satu citra riau yang harus kita pertahankan secara nasional, walaupun kita akan melaksanakan Pemilu," pungkasnya.
Hadist larangan merayakan tahun baru
Sebelumnya, Prof DR H. Ilyas Husti MA, Ketua Umum (Ketum) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Riau juga sudah menegaskan soal menghadapi Tahun Baru. Ia menyikpai tak perlu foya-foya merayakan pergantian tahun 2023
Menurutnya, ada beberapa hadist tentang larangan merayakan tahun baru masehi.
Tahun baru masehi berbeda dengan tahun baru hijriyah. Tahun baru hijriyah ditandai dengan hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Kota Mekkah ke Madinah. Peristiwa ini terjadi pada 1 Muharram, tahun baru bagi kalender Hijriyah.
Sedangkan tahun baru masehi tak lepas dari sejarah penanggalan atau Tarikh Masehi. Ini merupakan penanggalan yang digunakan secara internasional oleh kalangan gereja yang dinamakan Anno Domini (AD) dihitung sejak kelahiran Isa (Yesus).
Penanggalan masehi adalah sebutan untuk penanggalan atau penomoran tahun yang digunakan pada kalender Julian dan Gregorian. Tahun baru masehi identik dengan menyalakan kembang api, sejalan dengan pengagungan api yang menjadi tradisi Kaum Majusi (penyembah api).
Begitupula meniup terompet yang disebut menjadi tradisi Yahudi dan membunyikan lonceng sebagai tradisi Nasrani.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Artinya: "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka." HR. Abu Daud no. 4031, dishahihkan oleh Al Albani
Selain itu dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ » . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ . فَقَالَ « وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ
Artinya: "Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta." Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah SAW, Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi? Beliau menjawab, Selain mereka lantas siapa lagi?" (HR. Bukhari No. 7319).
Selain hadist tentang larangan merayakan tahun baru. Allah juga melarang kita menghadiri atau mengikuti perayaan hari raya orang musyrik.
Allah berfirman:
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
"Dan orang-orang yang tidak menyaksikan kepalsuan, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya." (QS al-Furqan : 72)
Tags : tahun baru masehi, hukum merayakan tahun baru, tahun baru, islam, muslim, hikmah tahun baru,