GUNUNG MERAPI teramati mengeluarkan awan panas guguran sebanyak enam kali dari pukul 00.00 WIB sampai dengan 06.00 WIB, pada Minggu (12/03), menurut laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).
Jarak luncur awan panas guguran maksimum 2.000 meter ke barat daya, demikian disebutkan dalam laporan itu.
Meski demikian, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengatakan masyarakat hingga Minggu 12 Maret 2023 pagi belum direkomendasikan untuk mengungsi.
Terakhir kali Gunung Merapi meletus dahsyat adalah pada 26 Oktober 2010. Berdasarkan data yang dihimpun BNPB pada 31 Desember 2010, kerusakan dan kerugian yang diakibatkan dari letusan Gunung Merapi tersebut sebesar Rp3,62 triliun.
Sedemikian dahsyatnya erupsi Gunung Merapi, ia menjadi salah satu tipe erupsi.
Secara umum letusan gunung dapat dibagi menjadi tiga kategori.
Erupsi magma yang disebabkan tekanan gas di dalam perut bumi.
Letusan Freatomagma atau hidrovulkanik terjadi akibat adanya kontak antara magma dengan air bawah permukaan atau formasi batuan yang banyak mengandung air menghasilkan abu dan material vulkanik halus.
Erupsi ini dicirikan dengan semburan abu vulkanik yang kadang kala diselingi oleh suara gemuruh dan dentuman.
Letusan freatik adalah erupsi yang disebabkan adanya kontak air dengan magma. Bedanya dengan erupsi freatomagma, erupsi freatik sebagian besar terdiri dari gas atau uap air.
Erupsi ini terjadi di salah satu kawah Pegunungan Dieng dan di Gunung Agung, sejak Selasa 21 November 2022.
"Begitu air kontak langsung dengan panas atau proses pemanasan yang disebut konduksi, air itu akan berubah fase dari air menjadi uap. Karena itu, tekanannya lebih tinggi dan ingin keluar. Pada saat keluar itulah menjadi letusan freatik yang didominasi uap air," kata pakar vulkanologi, Surono pada media.
Tetapi ada enam erupsi dari tiga kategori ini, erupsi dibagi lagi berdasarkan tingkatan kedahsyatan letusan serta tinggi tiang asap.
1. Tipe Hawaiian, yaitu erupsi yang umumnya berupa semburan lava pijar seperti air mancur dan pada saat bersamaan diikuti leleran lava pada celah-celah gunung berapi atau kepundan. Semburan ini bisa berlangsung selama berjam-berjam hingga berhari-hari. Karena sangat cair, semburan lava ini bisa mengalir berkilometer-kilometer jauhnya dari puncak gunung.
Erupsi tipe Hawaiian merujuk pada Gunung Berapi Kilauea yang terkenal akan semburan lavanya yang spektakuler. Dua contoh erupsi jenis ini adalah letusan kawah Kilauea Iki di puncak Gunung Kilauea (1959) dan letusan Maula Ulu pada 1969-1974.
2. Tipe Merapi. Letupan tipe ini diambil dari letusan gunung Merapi. Tipe letusan ini biasanya terjadi pada gunung api tipe andesit yang berbentuk kerucut. Fragmen-fragmen guguran lava terbentuk ketika kubah lava tidak stabil pada gunung api.
3. Tipe Strombolian hampir sama dengan Hawaiian berupa semburan lava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunungapi sering aktif di tepi benua atau di tengah benua.
Nama Strombolian diadopsi dari letusan gunung berapi Stromboli di Italia.
Beberapa letusan gunung berapi di Indonesia, seperti Gunung Raung di Bali dan Gunung Sinabung di Sumatera Utara dapat dikategorikan sebagai tipe Strombolian yang mengeluarkan lava yang cair tipis, tekanan gas yang sedang, material padat, gas, serta cairan.
Letusan tipe ini tidak terlalu kuat, tetapi bersifat terus menerus, berlangsung dalam jangka waktu yang lama, serta tak dapat diperkirakan kapan berakhir.
4. Tipe Vulkanian adalah erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltik sampai dasit, umumnya melontarkan bongkahan di sekitar kawah. Material yang dilontarkan tidak hanya berasal dari magma tetapi bercampur dengan batuan samping berupa litik.
Letusan tipe ini dicetuskan Guiseppe Mercalli yang menyaksikan letupan di Pulau Vulcano, sebelah utara Italia, tahun 1888-1890. Letusan ini diawali dengan letusan freatomagmatik yang menghasilkan suara dentuman yang sangat keras. Hal ini terjadi karena adanya interaksi antara magma dan air di bawah permukaan.
Material yang dihasilkan oleh letusan tipe Vulcanian lebih luas dibandingkan letusan tipe Hawaiian dan Strombolian. Letusan tipe Vulcanian pernah terjadi pada gunung api Guego (Guatemala, 1944), Augustine (Alaska, 1976), Sakurajima (Jepang, 1985).
5. Letusan Tipe Pelean Letusan tipe ini dinamai sesuai dengan letusan Gunung Pelee di Pulau Martinique, kawasan Karibia, tahun 1902. Jenis erupsi ini menyerupai letusan Vulkanian, hanya saja terdapat campuran gabungan lava dan tingkat gas yang tinggi. Saat erupsi, lava tersebut cenderung encer dan mengalir dengan kecepatan tinggi sehingga sangat membahayakan.
Beberapa contoh letusan tipe Pelean adalah gunung Hibok-Hibok (1948-1951)
6. Tipe Plinian, merupakan letusan paling eksplosif. Material yang dilontarkan bisa berupa gas dan abu setingi 50 kilometer dengan kecepatan beberapa ratus meter per detik. Biasanya erupsi tipe Plinian berwujud seperti jamur. Letusan jenis ini dinamai sesuai dengan sejarawan Romawi, Pliny, yang mencatat sejarah meletusnya Gunung Vesuvius pada tahun 79 Sesudah Masehi.
Letusan tipe Plinian bisa menghilangkan seluruh puncak gunung, seperti yang terjadi pada Gunung St Helens pada 1980. Namun, durasinya cukup singkat, kurang dari sehari atau beberapa hari. Beberapa gunung berapi yang mempunyai karakteristik letusan tipe Planian yaitu Krakatau (Indonesia, 1883) dan Tambora (Indonesia, 1815). (*)
Tags : gunung berapi, awan panas, masyarakat mengungsi, gunung merapi rusak lingkungan,