NUSANTARA - Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, kembali erupsi pada Kamis (13/8), sekitar pukul 06.07 WIB. Tinggi kolom erupsi tercatat sekitar 1.000 meter dari atas puncak gunung.Suasana lingkungan berubah menjadi gelap gulita seperti malam.
Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menerima laporan kolom abu berwarna kelabu ini condong mengarah ke timur, tenggara dan selatan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menginformasikan kondisi dan situasi di tengah masyarakat aman. Di samping itu BPBD melakukan pembersihan dan penyemprotan sisa abu vulkanik pascaerupsi.
Hingga kini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Geologi (PVMBG) - Badan Geologi masih menetapkan gunung dengan ketinggian 2.460 meter di atas permukaan laut ini pada status level III atau 'Siaga.' Terkait dengan erupsi tadi pagi, PVMBG menetapkan notifikasi untuk keamanan penerbangan (VONA) pada status oranye. Ini mengindikasikan adanya potensi erupsi dan meminta maskapai penerbangan untuk semakin waspada.
VONA terbagi ke dalam tingkatan notifikasi, seperti hijau, kuning, oranye dan merah
Hijau mengindikasikan kondisi normal dan aman untuk penerbangan, kuning yakni mulai ada aktivitas vulkanik dan maskapai diminta waspada. Sedangkan merah, ini menunjukkan terjadi erupsi abu vulkanik di udara dengan parameter tertentu sehingga ada larangan kepada maskapai penerbangan untuk beroperasi di sekitar wilayah gunung yang mengalami erupsi tersebut.
Masyarakat di sejumlah kecamatan yang terdampak abu vulanik Gunung Sinabung diimbau agar tidak keluar rumah, sementara warga di dekat sungai yang berhulu di gunung tersebut agar waspada terhadap bahaya lahar. Rencana Sitepu mengurungkan niatnya pergi bekerja ketika mengetahui gumpalan abu vulkanik "sangat tebal" dari erupsi gunung Sinabung menyelimuti Desa Naman, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Senin (10/8).
Pria berumur 46 tahun - sehari-hari menjabat sebagai Kepala Desa Naman - ini memilih masuk kembali ke rumahnya. Dari balik jeruji jendela, ayah tiga anak ini melihat ke luar rumahnya yang seketika "gelap gulita", karena tertutup abu vulkanik Sinabung. "Seperti disulap saja, tadinya terang benderang, tiba-tiba berubah jadi gelap gulita, seperti suasana di malam hari," kata Rencana Sitepu seperti dirilis BBC News Indonesia, Kamis (12/8)
Rencana bersyukur, suasana mencekam itu tak berlangsung lama. Kira-kira berlangsung 20 menit, abu vulkanik itu terbawa angin sehingga suasana kembali menjadi terang. Dia mengaku sejak terjadi erupsi gunung Sinabung sepuluh tahun silam, baru kali ini dia merasakan kengerian.
Abu vulkanik yang jatuh ke perkampungannya - berjarak sekitar 5,2 km dari puncak gunung Sinabung - menyerupai pasir, sehingga merusak tanaman. "Biasanya debunya halus, tapi kali ini debu vulkaniknya kasar seperti pasir, sehingga membuat tanaman gosong. Syukurnya tidak ada korban," ujarnya.
Adapun Andi Ginting, salah seorang warga Desa Sigarang-garang, menyatakan banyak warga yang berhamburan keluar rumah menyelamatkan diri saat terjadi erupsi hari ini. Menurutnya, sudah lama warga tidak melihat erupsi gunung Sinabung "sebesar ini, sehingga mereka panik". "Erupsi yang terjadi dua hari lalu, tidak sebesar erupsi hari ini," akunya.
"Kami terkejut karena sudah hampir setahun lebih gunung Sinabung tidak erupsi," katanya, Senin (10/8).
Seiring meningkatnya aktivitas gunung Sinabung dalam beberapa hari ini, menurutnya, ada beberapa warga yang ingin dievakuasi. Namun tidak sedikit pula warga yang ingin bertahan di desanya. Menurutnya, pemerintah telah berbuat banyak untuk warga yang terdampak erupsi gunung Sinabung diantaranya sudah ada beberapa warga desa yang telah direlokasi ke tempat aman. "Ada beberapa desa yang warganya telah direlokasi ke Siosar yang saat ini dalam tahap pengerjaan," kata Andi.
Mengapa warga dihimbau 'jangan keluar rumah'?
Imbauan ini dikeluarkan otoritas terkait setelah Gunung Sinabung di Sumatera Utara kembali erupsi, memuntahkan abu vulkanik dengan ketinggian 5 km pada Senin (10/08). Dua hari sebelumnya, Sinabung juga erupsi dengan ketinggian 2 km. Letusan-letusan ini yang pertama kali terjadi dalam lebih dari setahun terakhir. "Kita sarankan [warga] jangan keluar rumah, kalaupun keluar rumah memakai masker," kata Kepala BPBD Kabupaten Karo, Nataniel Parangin Angin yang menurutnya, ada empat kecamatan terdampak abu vulkanik-Naman Teran, Berastagi, Merdeka, dan Dolat Rayat.
Apa langkah terbaru otoritas terkait di Sumatera Utara?
Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD setempat tengah mendirikan pos komando (posko) dan dapur umum demi mengantisipasi pemenuhan kebutuhan para penyintas. Mereka juga mengerahkan enam unit mobil tanki air dan satu unit water-canon untuk "membersihkan abu vulkanik yang menutupi jalan atau fasilitas umum" di beberapa wilayah.
Selain membagikan masker dan pendistribusian air bersih, Pemerintah Kabupaten Karo mengimbau warga agar tetap berada di dalam rumah. BPBD melaporkan erupsi yang terjadi pada pagi tadi mengeluarkan abu vulkanik yang mengarah ke timur tenggara.
Kapan terakhir Sinabung erupsi?
Gunung Sinabung berstatus level III atau 'Siaga' sejak 20 Mei 2019. Gunung yang dikenal tidak aktif ini mengalami erupsi sejak 2010 lalu. Gunung Sinabung kembali erupsi setelah dorman selama 400 tahun pada 2010, menyebabkan lebih dari 17.000 orang dievakuasi.
Sejak itu, gunung yang terletak di Kabupaten Karo itu telah beberapa kali erupsi, yang terakhir pada 9 Juni 2019. PVMBG mengimbau masyarakat sekitar gunung berapi itu agar memakai masker bila keluar rumah untuk mengurangi dampak kesehatan dari abu vulkanik.
Terkhusus bagi mereka yang bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung, diperingatkan agar tetap waspada terhadap bahaya lahar. Saat ini erupsi sudah berhenti namun abu vulkanik masih mengganggu aktivitas warga, kata Kepala BPBD Kabupaten Karo Nataniel Parangin Angin. Abu menumpuk hingga setebal 4 cm. "Kita sarankan [warga] jangan keluar rumah, kalaupun keluar rumah memakai masker," ujarnya kepada BBC News Indonesia.
Menurut BPBD Karo, ada empat kecamatan terdampak abu vulkanik - Naman Teran, Berastagi, Merdeka, dan Dolat Rayat. Rekomendasi lainnya, masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar.
Gunung Sinabung di Sumatera Utara kembali erupsi, memuntahkan abu vulkanik dengan ketinggian 5 km pada Senin (10/08). Dua hari sebelumnya, Sinabung juga erupsi dengan ketinggian 2 km. Letusan-letusan ini yang pertama kali terjadi dalam lebih dari setahun terakhir.
Muhammad Nurul Asrori di pos pemantauan Sinabung PVMBG mengatakan berdasarkan pengamatan visual pada Senin siang, puncak gunung tertutup kabut, sementara seismograf menunjukkan masih ada aktivitas tremor. "Artinya masih terus keluar gas," ujarnya kepada BBC News Indonesia.
Apa arti status Level III atau Siaga Gunung Sinabung?
Gunung Sinabung diberi status Level III atau Siaga, yang berarti tidak boleh ada aktivitas manusia dalam radius 3 km dari puncak; sementara desa-desa dalam radius 5 km dari selatan-timur dan 4 km dari timur-utara ditetapkan sebagai "zona merah".
Nataniel mengatakan BPBD telah membagikan masker kepada warga yang beraktivitas di luar rumah, melaksanakan pembersihan abu di jalur-jalur utama, dan mengimbau warga dan wisatawan agar tidak masuk ke zona merah. Asrori dari PVMBG mengatakan, saat ini seismograf masih mendeteksi aktivitas di dalam kawah. Namun belum ada cara untuk memprediksi kapan gunung akan meletus lagi. "Data saat ini, karena energinya sudah keluar, sudah mengurangi akumulasi energi di dalam. Semoga tidak lebih besar dari sekarang... atau bisa saja dia menyimpan energi lagi," ujarnya. (*)
Tags : Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, Sumut, Gunung Erupsi,