PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Riau berkomitmen mendukung suksesnya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Riau 2024 dengan damai.
"Pada tahun politik, guru tetap berkomitmen sukseskan Pilkada damai."
"Jadi para guru dapat memberikan pengetahuan yang akurat dan mengedukasi pemilih pemula tentang pentingnya menolak hoaks dan isu-isu SARA," kata Ketua PGRI Riau, Dr Adolf Bastian MPd pada media, Kamis (12/9/2024) kemarin.
Menurutnya, para pendidik memiliki peran strategis dalam proses demokrasi.
Dia mengatakan bahwa guru memegang tanggung jawab besar dalam membentuk karakter siswa, yang merupakan generasi penerus bangsa.
PGRI Riau akan aktif dalam sosialisasi Pilkada untuk memastikan generasi milenial memahami proses pemilihan dengan baik.
Adolf Bastian juga menekankan pentingnya menjaga independensi dalam pendidikan dan tidak terpengaruh oleh tekanan politik.
PGRI Riau turut mendukung upaya Polda Riau untuk menjaga Pilkada dalam suasana damai dan aman, dan mengimbau anggota PGRI untuk menjadi pemilih yang cerdas dan selektif.
Dengan langkah ini, diharapkan Pilkada 2024 di Riau dapat berlangsung dengan sukses dan menghasilkan pemimpin yang amanah.
Dia tak menampik, sejak memasuki tahun 2024 semakin santer pemberitaan tentang pesta demokrasi.
Media beraneka platform, termasuk media cetak, maupun media sosial semakin hari memunculkan semakin banyak informasi baru yang menambah suasana hiruk pikuk Pemilukada 2024 yang akan dilaksanakan pada November 2024.
Tetapi dari seluruh penduduk Indonesia yang mencapai 278,8 juta jiwa terdapat 3,36 juta guru berdasarkan data Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.
"Itu adalah data jumlah guru di Indonesia pada semester ganjil tahun ajaran 2023/2024."
"Data tersebut baru yang terdata di kementerian. Jika ditambah dengan guru tidak tetap dan guru freelance saya kira totalnya sekitar empat juta guru. Pada kenyataannya profesi guru merupakan sasaran empuk bagi pemangku kebijakan suatu daerah untuk mendulang suara," sebutnya.
Menurutnya, walaupun sudah digaungkan netralitas di berbagai peraturan pemerintah, sering kali profesi guru dipolitisasi agar memilih salah satu calon tertentu.
"Guru yang berada di naungan sekolah swasta terkadang juga kurang bisa menempatkan diri. Meskipun tidak ada aturan baku netralitas layaknya aparatur sipil negara atau ASN, tentu setiap guru harus bisa menempatkan diri."
"Bagaimanapun guru di sekolah setiap hari bersama siswa, jadi agaknya kurang elok jika sikap tentang dukungan politik dibawa sampai ke dalam ruang kelas. Memang dapat diakui posisi profesi guru sangat lemah dalam segi proteksi," sebutnya.
Hal ini berbanding terbalik dengan profesi dosen. Walupun sama-sama berprofesi sebagai pendidik, secara hak dan perlindungan berbeda 180 derajat.
Menurut Dr Adolf Bastian MPd, para guru hanya berharap lebih dimanusiakan lagi dalam hal pilih memilih sehingga terwujud keselarasan dan keseimbangan dalam menjalankan profesi ini, sehingga guru dapat menjalankan tugas dalam mendidik putra-putri calon penerus peradaban bangsa. Jadi keberadaan guru dalam pesta demokrasi begitu penting. Ada banyak peran yang diharapkan dari seorang guru. Peran pertama yaitu memberikan edukasi tentang pentingnya pemilu. Guru perlu menjelaskan kepada siswa alasan kenapa perlu diadakan pemilu di suatu negara. (*)
Tags : Guru, Demokrasi, Pemilu 2024, Perlindungan Guru, News,