Headline Riau   2023/04/30 13:35 WIB

Hadapi Kemarau Kering, Gubri Himbau Semua Pihak Tetap Waspada, 'Tidak Bakar Lahan dan Selalu Hemat Air'

Hadapi Kemarau Kering, Gubri Himbau Semua Pihak Tetap Waspada, 'Tidak Bakar Lahan dan Selalu Hemat Air'
Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar

PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Provinsi Riau merupakan salah satu daerah yang rawan terjadi bencana Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Memasuki musim kemarau yang diperkirakan berlangsung hingga Oktober nanti masyarakat dihimbau tetap waspada. 

"Hadapi kemarau kering masyarakat diminta tidak bakar lahan dan selalu hemat air."

“Kewaspadaan harus ditingkatkan saat musim kemarau, berkaitan dengan kebakaran hutan dan lahan," kata Gubernur Riau Syamsuar, Sabtu (29/4/2023).

Karena itu Gubri mengimbau seluruh pihak diantaranya masyarakat agar selalu waspada bencana yang terjadi di musim kemarau. Terutama, kebakaran hutan dan lahan.  

Dia mengatakan, musibah karhutla rawan terjadi saat musim kemarau. Namun itu bisa diantisipasi asalkan seluruh elemen berniat menjaga dan menahan diri, agar tidak membuka lahan dengan dibakar. 

“Masyarakat  selalu berhati-hati saat menghidupkan api. Bahaya kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau  sangat rawan terjadinya. Selain itu kekeringan juga menjadi ancaman, hal itu harus diwaspadai," katanya.  

Agar musibah kebakaran tidak terjadi maka menurutnya perlu meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat untuk menjaga wilayahnya dari bahaya kebakaran serta bencana kebakaran dan penanggulangannya.

“Karena itu, semua pihak dapat meningkatkan responsibilitas terhadap situasi kondisi secara intensif dengan unit kerja terkait untuk melakukan antisipasi terkait penanggulangan bahaya bencana kebakaran. Bagi masyarakat agar tidak membakar atau membuang puntung rokok disembarang tempat untuk menghindari terjadinya kebakaran lahan kebun, hutan dan lahan kering,” pesannya.

Provinsi Riau sudah mulai memasuki musim panas yaitu kemarau kering, Gubri mengingatkan masyarakat agar tidak membakar supaya tidak terjadi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Bumi Melayu Lancang Kuning. 

"Insya Allah hari Rabu bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi Riau dan kabupaten/kota akan melaksanakan rapat bersama," kata Syamsuar, Senin (13/2) kemarin.

"Termasuk Bupati, Wali Kota, Kapolda, Dandrem, Dandim, Kapolres untuk membahas agar daerah ini jangan sampai lagi terbakar hutan dan lahan," tambahnya.

Ia menjelaskan bahwa musim kemarau tahun 2023 ini merupakan musim kemarau yang kering dan berbeda dengan tahun sebelumnya yakni kemarau basah. 

"Kalau kemarau kering ini sering terjadi kebakaran hutan dan lahan dan itu tidak kita harapkan," imbuhnya. 

Sebagai orang nomor satu di Riau Gubernur Syamsuar berpesan kepada seluruh kepala desa untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat supaya tidak ada yang membakar. 

"Kita khawatir di tahun politik ini terjadi bencana asap yang tidak kita harapkan.

"Pada tahun 2019 lalu kita dihajar dengan asap, namun Alhamdulillah mulai 2020 sampai sekarang kita dapat melihat langit biru setiap hari. Makanya saya berharap 2023 ini jangan sampai hilang langit biru," pungkasnya.

Gubri juga mengajak seluruh warga untuk menghemat air selama musim kemarau tiba di tahun ini.

"Untuk yang sifatnya air bersih kita mengimbau agar masyarakat menghemat air," kata dia.

Dia mengatakan berdasarkan keterangan BMKG puncak musim kemarau tahun 2023 akan terjadi di bulan April hingga Oktober ini dan biasanya musim kemarau memiliki dua dampak.

Dampak yang pertama, kata dia, ialah terhadap suplai air bersih yang biasa digunakan oleh warga dan juga dampak irigasi di pertanian.

"Dan kita sudah punya SOP kepada PDAM di seluruh Riau untuk menyediakan layanan ekstra di antaranya menjual air yang harganya terjangkau dengan jemput bola. Jadi mendatangi daerah-daerah atau titik warga yang membutuhkan air bersih," kata dia.

Sedangkan terkait dengan kekeringan yang melanda persawahan, pihaknya telah berkoordinasi dengan PSDA agar memonitor penurunan debit air di sistem irigasi.

"Tolong diatur debitnya tidak sederas musim penghujan. Jadi aliran tetap ada tetapi dengan jumlah volume yang dihemat dan dikurangi kepada yang benar-benar kering," kata dia.

Jika sudah mendesak dan wilayah terdampak kekeringan meluas, pihaknya juga akan mencarikan solusi lain untuk mengatasi kekeringan yakni dengan melakukan rekayasa cuaca.

"Yang tentunya harus dilihat efektivitas karena harganya juga tidak murah tapi bukan tidak mungkin itu jadi solusi untuk daerah daerah yang kondisi ekstrem," kata dia.

Gubri juga menyinggung soal kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kota Dumai dan Kabupaten Bengkalis diharapkan jadi pelajaran bagi masyarakat Riau, karena sulitnya memadamkan api jika sudah luas.

Sebelum masuk musim kemarau, Riau mendapatkan arahan dari Kepala BMKG Pusat agar tetap waspada terhadap Karhutla pada tahun 2023, karena masuk musim kemarau kering.

"Kita sebelumnya sudah mendapatkan laporan dari BMKG pusat, tahun ini kita dihadapkan dengan kemarau kering, sehingga berbeda dengan tahun sebelumnya yang terjadi adalah kemarau basah," ucap Gubri.

"Kemarau kering ini akan langka terjadi hujan, maka dari itu pemerintah saat ini mempersiapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mitigasi bencana Karhutla," sambungnya.

TMC merupakan salah satu upaya manusia untuk memodifikasi cuaca dengan tujuan tertentu agar mendapatkan kondisi cuaca seperti yang diinginkan.

Tujuan modifikasi cuaca umumnya untuk meningkatkan intensitas curah hujan di suatu tempat (rain enhancement) atau dapat juga digunakan untuk kondisi sebaliknya (rain reduction).

Dalam konteks pemanasan global yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim, TMC menjadi salah satu solusi yang bisa diandalkan dalam mengurangi kerugian yang dapat ditimbulkan akibat bencana yang disebabkan faktor iklim dan cuaca.

"Alhamdulillah sekarang riau didahului dari provinsi-provinsi lain untuk TMC agar tidak terjadi Karhutla," tuturnya.

Karena itu, Syamsuar mengharapkan dukungan penuh dari semua pihak baik itu TNI-Polri, ninik mamak, tokoh agama dan adat agar menyosialisasikan kepada masyarakat sehingga Riau jauh dari bencana Karhutla.

"Mari bersama-sama kita memberi penyuluhan kepada masyarakat untuk tidak membakar," ajaknya.

"Kalau sosialisasi ini (Karhutla) terus kita lakukan kepada masyarakat, Insya Allah daerah kita ini aman dan tidak terjadi Karhutla," pungkasnya

Sementara saat ini suhu udara di Pekanbaru dan sekitarnya sudah mencapai 34 derajat celcius. Pihak petugas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru memperkirakan suhu udara di Riau bisa mencapai 34 derajat celcius.

Pada Minggu 30 April 2023 ini, cuaca di Provinsi Riau diprediksi panas dan ntuk siang hari suhu udara bisa mencapai 34 derajat celcius.

"Siang hari ada potensi hujan intensitas ringan hingga sedang terjadi di sebagian wilayah Kuantan Singingi, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Pelalawan, Kampar, Siak, Rokan Hulu, Rokan Hilir, dan Bengkalis," sebut , Ahmad Agus, Minggu (30/4).

"Sore hingga malam hari cenderung cerah berawan. Namun asa lotensi hujan intensitas ringan hingga sedang terjadi di Sebagian besar wilayah Provinsi Riau," sambungnya.

Sementara itu prakiraan tinggi gelombang laut di Provinsi Riau masih tergolong rendah, berkisar 0,5 hingga 1,25 meter. (*)

Tags : kemarau kering, hadapi musim kemarau, waspada musim kemarau kering di riau, musim kemarau kering selalu hemat air,