Artikel   2025/02/07 10:49 WIB

Haji dan Umroh Mabrur Ditandai dengan Keutamaan Peningkatan Keimanan, 'Hidup Lebih Taat yang Bisa Terhindar dari Dosa'

Haji dan Umroh Mabrur Ditandai dengan Keutamaan Peningkatan Keimanan, 'Hidup Lebih Taat yang Bisa Terhindar dari Dosa'

UMROH MABRUR adalah umroh yang diterima oleh Allah subhanahu wa tala'la. Artinya, perjalanan tersebut dijalankan dengan niat yang murni, diiringi dengan amal yang ikhlas, serta dijalankan sesuai dengan tuntunan syariat Islam.

Kata "Mabrur" berasal dari bahasa Arab yang berarti "diterima" atau "disetujui", yang menunjukkan bahwa umroh tersebut diterima oleh Allah subhanahu wa tala'la.

Haji dan Umroh Mabrur ditandai dengan keutamaan peningkatan keimanan, kehidupan lebih taat dan terhindar dari dosa.

Apa itu Mabrur dan Maqbul?

Dua kata ini sama artinya, yaitu diterima Allah Swt semua pahalanya ketika berhaji dan umrah. Namun bagaimana mengapainya? Dan ternyata ini sulit, para ulama pun sedikit sekali memberi arti pada makna mabrur atau maqbul.

Karena sebenarnya seperti halnya puasa, kita tidak tahu bagaimana bentuknya orang yang diterima pahala nya itu. Namun Mabrur itu bisa diselidiki lebih jauh dari kiat mengapainya.

Dengan demikian mabrur maqbul itu bukan sekedar diterima pahala begitu saja tanpa apa perjuangan gigih mengapainya.

Tentu saja orang yang tidak mempersiapkan sebaik-baiknya sebelum berhaji atau umrah dengan tiba-tiba menganggap dirinya sudah mabrur. Meskipun sah saja menganggap demikian.

Keinginan mabrur seseorang ditentukan beberapa faktor. Yaitu sebelum berangkat, selama menjalankan ibadah, dan terakhir paska kepulangan atau aktifitas harian di Tanah air.

Persiapan sebelum berangkat

Persiapan sebelum berangkat sangat penting sekali, ini menyangkut kesalehan seseorang. Ada beberapa kiat memperoleh pahal mabrur sebelum berangkat yaitu:

Persiapan Zhahir:

  1. Bertobat dari segala dosa dan maksiat, baik dosa kepada Allah Swt, yaitu pelanggaran dari segala larangan-Nya dan keengganan melaksanakan perintah-Nya, maupun dosa kepada sesama manusia.
  2. Meminta izin orang tua atau yang dituakannya.
  3. Membayar semua hutang, mengembalikan segala harta yang diperoleh dengan cara zhalim (korupsi) dan aniaya (merampas hak orang lain).
  4. Dana yang digunakan benar-benar halal dan bersih.
  5. Menyiapkan nafkah yang cukup bagi keluarga yang ditinggalkan.
  6. Banyak memberi sedekah kepada orang-orang dhuafa, fakir dan miskin.
  7. Carilah kawan seperjalanan yang saleh, yang baik, senang menolong, sering mengingatkan jika lupa, suka menegur jika ada kesalahan, memotivasi kepada keteguhan dan kesabaran
  8. Sebelum berangkat, berpamitan kepada teman, tetangga dan saudara lainya yang berdekatan. Meminta restu mereka, dan mendoakan untuk mereka

Persiapan Batin

  1. Niat dan tujuan semata-mata karena Allah Swt, dan bukan untuk mencari kemasyhuran dan gelar.
  2. Mempunyai bekal yang cukup, memperbanyak sedekah, infak dll.
  3. Meninggalkan rafats (ucapan kotor; tidak berguna), fusûq (maksiat, keluar dari ketaatan kepada Allah Swt), dan jidâl (berbantahan, bertengkar dll.)
  4. Rendah hati, lemah-lembut, mengutamakan kebaikan, budi pekerti yang baik. Tidak menyakiti orang lain, husnu zhan (berbaik sangka), sabar dan tabah dalam menghadapi perbuatan yang tidak menyenangkan dan menyakitkan
  5. Ikhlas dalam segala ucapan dan perbuatan. Tidak memperhitungkan segala apa yang telah dikeluarkan untuk menyempurnakan ibadah haji maupun umrah
  6. Ikhlas dan sabar dalam menghadapi musibah atau kerugian yang menimpa fisik dan harta. Sebab segala musibah dan kerugian yang diterima secara ikhlas, termasuk kebaikan berpahala di sisi Allah.

Cirinya Ketika Mabrur/Maqbul :

Lisan yang Santun

Sepulang dari berhaji atau umrah, tutur katanya selalu baik dan menyenangkan orang lain. Memiliki sifat terpuji seperti sabar, rendah hati (tawaddhu), dan tidak sombong. Di tanah suci ia telah ditempa menjadi hamba Allah yang rendah hati. Meski ia seorang pejabat, orang kaya atau penguasa, di tanah suci Allah memandangnya sama dengan rakyat jelata.

Berdasarkan pengalaman banyak pihak yang telah menjalankan ibadah haji dan umrah, jika kita tidak menjaga perkataan dan sikap selama berada di tanah suci, balasannya akan berlangsung cepat sekali. Misalnya kita meremehkan suatu hal atau mengomentari sesuatu secara tidak pantas, dengan cepat kita juga akan merasakan hal yang sama dengan itu. Karena itulah berada di tanah suci mampu menjaga seseorang dari sikap dan perkataan yang buruk.

Lebih Taat Beribadah

Seseorang yang sudah menyandang gelar haji atau pernah umrah akan lebih taat beribadah dibandingkan sebelum ia menunaikan ibadah haji atau umrah. Karena selama berada di tanah suci ia telah dilatih untuk taat beribadah, terutama dalam ibadah salat.

Seseorang yang sudah pernah umrah, seharusnya akan lebih taat beribadah dibandingkan sebelum ia menunaikan ibadah umrah. Jika di Mekkah ia selalu menunaikan shalat berjamaah di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi, saat kembali ke tanah air, hal serupa harus dilakukannya.

Keutamaan dari semua ibadah yang dia lakukan itu akan diterapkan dan ditindaklanjuti dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari.

Bersih Hati Seseorang yang telah berpredikat haji atau pernah umrah akan selalu menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela.

Orang yang mendapat haji mabrur tidak mau lagi berbohong. Ia akan selalu jujur dalam kesehariannya, apapun profesinya.

Jika kebetulan seorang pedagang ia tidak akan mau mempermainkan timbangan, meteran atau perkataan bohong lainnya. Kalau ia seorang aparatur negara ia tidak akan menyalahgunakan wewenang atau melakukan korupsi.

Meningkatnya Jiwa Sosial

Orang yang mendapat gelar haji atau umrah mabrur sifat sosialnya akan meningkat, begitu pula rasa kesetiakawanan terhadap sesama.

Ia akan jadi rajin ber-infaq fi sabilillah, menyantuni anak yatim dan orang miskin. Kepada sekitarnya pun dia akan lebih peka untuk menawarkan bantuan baik berupa materi, tenaga maupun pemikiran yang digunakan untuk kebaikan.

Tentunya dengan sikapnya yang semakin baik ini, ada kecenderungan dia akan memiliki semakin banyak kenalan dan teman yang bisa dipercaya dan diandalkan dalam kebaikan.

Apa itu Umroh Mabrur? 

Umroh, sebuah perjalanan ke Tanah Suci yang diimpikan oleh banyak umat Islam, adalah peluang untuk mendapatkan pahala besar serta mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa tala'la. Namun, tidak semua Umroh dianggap sama di hadapan-Nya.

Umroh yang diharapkan adalah Umroh Mabrur, sebuah perjalanan yang diterima dan diberkahi. Perjalanan Ibadah Umroh ke Baitullah ini juga mengenai seorang hamba yang ingin mensucikan hati dan mendapatkan keridhaan dari Allah subhanahu wa tala'la.

Ciri-ciri Umroh yang Mabrur

1. Niat yang Ikhlas
Umroh yang mabrur dimulai dengan niat yang tulus dan ikhlas hanya untuk mendapatkan keridhaan Allah subhanahu wa tala'la, bukan untuk tujuan dunia semata.

Seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad sallalahu 'alaihi wa salama bahwasanya beliau bersabda:

Dari Ibnu 'Abbas RA, Nabi Muhammad sallalahu 'alaihi wa salama bersabda: "Sesungguhnya Allah (subhanahu wa ta'ala) menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat melakukan kebaikan tetapi dia tidak (jadi) melakukannya, Allah (subhanahu wa ta'ala) tetap menuliskanya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya."

Sehingga, kita juga perlu meluruskan niat supaya Umroh yang kita kerjakan diterima di sisi Tuhan Semesta Alam, Allah subhanahu wa ta'ala.

2. Taat pada Syariat
Umroh yang mabrur dilakukan sesuai dengan tuntunan agama Islam, mengikuti aturan dan ritual yang telah ditetapkan.

3. Amal yang Baik
Selama menjalankan umroh, seseorang harus memperbanyak amal ibadah seperti shalat, dzikir, dan berbuat baik kepada sesama.

4. Menghormati Wanita
Dalam Islam, wanita memiliki peran yang sama pentingnya dalam menjalankan umroh dengan pria, dan karenanya, harus diperlakukan dengan penuh kehormatan dan penghargaan.

5. Keikhlasan dalam Ibadah
Setiap amal ibadah yang dilakukan haruslah dilandaskan pada keikhlasan, tanpa pamrih atau motif dunia.

6. Doa yang Ikhlas
Doa yang diucapkan selama umroh haruslah datang dari hati yang tulus dan ikhlas, memohon ampunan serta keberkahan dari Allah subhanahu wa ta'ala.

Agar Umroh Mabrur
1. Memperdalam Ilmu
Sebelum berangkat, pelajari tata cara dan tuntunan umroh dengan mendalam agar dapat menjalankannya dengan benar.

2. Memperbanyak Ibadah
Selama di Tanah Suci, manfaatkan setiap momen untuk memperbanyak ibadah, seperti shalat, membaca Al-Quran, dan berdzikir.

3. Bersikap Sabar dan Syukur
Hadapi setiap rintangan dan cobaan dengan sikap sabar dan bersyukur, karena itu merupakan bagian dari ujian selama menjalankan ibadah umroh.

Perbedaan Antara Mabrur dan Mabruroh
Meskipun kedua istilah ini terdengar serupa, mereka memiliki makna yang berbeda. Umroh Mabrur mengacu pada umroh yang diterima oleh Allah subhanahu wa ta'ala, sementara Umroh Mabruroh mengacu pada umroh yang diikuti oleh banyak orang atau yang disukai oleh banyak orang. Namun, tujuan utama tetaplah mendapatkan keridhaan Allah subhanahu wa ta'ala.

1. Umroh Mabrur dan Mabruroh
Umroh Mabrur bukanlah sekadar perjalanan fisik, tetapi merupakan perjalanan spiritual yang mengubah hati dan jiwa seseorang. Sementara itu, yang dimasudkan dengan Umroh Mabruroh adalah bagaimana Umroh yang kita lakukan ini menggambarkan perjalanan umroh yang mendapatkan dukungan dan pengakuan dari banyak orang. Namun, yang terpenting adalah mendapatkan keridhaan Allah subhanahu wa ta'ala dalam setiap langkah yang diambil.

2. Perbedaan Antara Mabrur dan Maqbul
Mabrur dan Maqbul merupakan istilah yang sering digunakan dalam konteks umroh. Umroh yang Mabrur adalah umroh yang diterima oleh Allah subhanahu wa tala'la, sementara umroh yang Maqbul adalah umroh yang diterima-Nya tanpa disertai kekurangan. Meskipun keduanya memiliki makna yang hampir sama, namun perbedaannya terletak pada tingkat penerimaan oleh Allah subhanahu wa tala'la.

3. Makna Umroh Mabrur dan Mabruroh
Umroh Mabrur adalah umroh yang diterima oleh Allah subhanahu wa tala'la, sementara Umroh Mabruroh adalah umroh yang mendapat keberkahan dan penerimaan dari banyak orang. Keduanya memiliki makna yang dalam dalam konteks perjalanan spiritual umat Islam.

Ucapan Umroh Mabrur dan Doa Agar Umroh Mabrur

Ucapan yang disarankan selama menjalankan umroh antara lain adalah:

"Labbaik Allahumma Labbaik, Labbaika laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk, laa syarika lak." 

(Aku datang memenuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat, dan kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.)

Doa agar Umroh Mabrur
"Ya Allah, terimalah umroh kami, ampunilah dosa-dosa kami, dan berikanlah kami keberkahan di dalamnya. Jadikanlah umroh kami yang mabrur dan mudahkanlah segala urusan kami."

Sementara itu, dalam buku yang ditulis oleh Syaikh Alauddin Za'tari pada Fikih Ibadah Madzhab Syafi'i, diterangkan bahwa doa umroh yang mabrur di sisi Allah subhanahu wa ta'ala adalah pada saat seseorang sedang melaksanakan tawaf mengelilingi Ka'bah.

“Dari Salim dari saudaranya r.a. (diriwayatkan), ia berkata: Saya melihat Rasulullah sallalahu 'alaihi wa salama, tatkala sampai di Mekah, beliau mengusap Hajar Aswad ketika pertama kali tawaf, yang pertama beliau berlari-lari kecil tiga kali di-antara tujuh putaran.(HR. Bukhari)."

Dengan memperhatikan ciri-ciri, doa-doa, dan ucapan yang tepat, umroh kita dapat menjadi sebuah ibadah yang Mabrur dan memberikan manfaat yang besar baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Semoga kita semua diberikan kesempatan untuk menjalankan ibadah umroh yang diterima oleh Allah subhanahu wa tala'la. (*)

Tags : haji mabrur, haji 2023, tanda haji mabrur, hadits, rasulullah saw, hikmah,