
Qanaah adalah sebuah sifat yang utama dimiliki seorang Muslim.
SOSIAL - Keluhan masyarakat serta kegelisahan yang berujung hilangnya ketenangan hati, hampir menjadi salah satu fenomena buruk dalam kehidupan masa kini.
Hal ini disebabkan oleh banyak hal. Sebab paling menonjol adalah kurangnya sifat qanaah dalam memandang hidup. Mereka tidak lagi yakin akan rezeki yang diberikan Allah SWT kepadanya, dan ia juga tidak merasa puas dengan apa yang telah diberikan kepadanya.
Rasulullah SAW bersabda, “Qanaah adalah harta yang tidak pernah habis dan simpanan yang tidak pernah berkurang.” (HR Thabrani).
Qanaah adalah sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang diusahakannya serta menjauhkan diri dari dari rasa tidak puas dan perasaan kurang. Orang yang memiliki sifat qanaah berpendirian bahwa apa yang diperoleh atau yang ada di dirinya adalah kehendak Allah SWT.
Sikap manusia mengeluhkan pekerjaannya, penampilannya, istrinya, rumahnya, bahkan negara tempat dia tinggal, dan masyarakat di sekitarnya. Dia memandang segala sesuatu dengan ketidakpuasan dan rasa penyesalan. Dia berespektasi apa yang berada di luar kendali dan jiwanya membayangkan kesempurnaan dalam segala hal.
Saad bin Abi Waqqas radhiyallahu 'anhu berkata, "Wahai anakku, jika kamu mencari harta, carilah dengan qanaah, karena itu adalah harta yang tidak dapat habis, dan waspadalah terhadap keserakahan, karena itu adalah kemiskinan yang tidak bertepi. Janganlah berputus asa, karena jika kamu tidak pernah berputus asa terhadap apa pun kecuali Allah akan memperkaya kamu darinya."
Hilangnya sifat qanaah dalam diri pribadi dan keluarga semakin membuat semrawut kehidupan rumah tangga kita. Saat kemewahan dan kekayaan dipertontonkan di dunia nyata dan dunia maya, membuat standar kebahagiaan adalah hal itu.
Percekcokan dalam rumah tangga bahkan berujung pertumpahan darah dan nyawa sering diakibatkan problem ekonomi.
Penanaman sifat qanaah memang tidak semudah berpidato di mimbar-mimbar. Ia adalah perkara berat di era destruktif dan konsumtif seperti sekarang. Namun sifat inilah penyelamat dan penyemangat agar rasa syukur dan optimistis membubung tinggi dalam dada kita.
Oleh karena itu, salah satu konsep paling penting dalam Islam bahwa dunia ini adalah tempat perjalanan, bukan tempat tinggal hakiki bagi manusia. Dunia hanyalah salah satu stasiun dalam perjalanan panjang yang menuju ke tujuan yang tak terhingga di akhirat.
Padahal cara Nabi SAW mengajarkan qanaah sangat sederhana. "Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga, dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR Tirmidzi).
Di antara hal yang paling penting diyakini pula bahwa seseorang di dunia ini hanya akan memperoleh apa yang telah Allah SWT jatah dan takdirkan baginya.
Pena telah mengering dengan apa yang ada, dan tidak ada satu jiwa pun yang akan mati sebelum ia menyelesaikan apa yang telah ditulisnya secara utuh, tanpa berkurang.
Hal ini dijelaskan oleh sabda Nabi SAW, “Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah dalam mencari rezeki, karena tidak akan ada jiwa yang mati sebelum ia mendapat rezekinya, meskipun tertunda, maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah mencari rezeki, ambillah yang halal, dan tinggalkan yang haram." (HR Ibnu Majah). (*)
Tags : harta benda, qanaah, merasa cukup, hikmah ,