"Gading super hewan bongsor (gajahliar) terus terancam diburu bahkan jumlah habitat in terus berkurang"
ewan gajah liar jenis gading super terancam para pemburu liar, bahkan jumlahnya diperkirakan terus berkurang.
'"Ketika saya pertama kali melihat seekor gajah bergading super, saya sangat takjub dengan keindahannya. Gerak-geriknya juga terlihat begitu istimewa," kata Nick Haller.
Haller adalah seorang pilot yang bekerja untuk Tsavo trust, organisasi konservasi yang terlibat melestarikan gajah gading super, yang gadingnya sangat panjang hingga mengikis tanah.
"Ini adalah momen di mana Anda merasa sangat kecil dan dan gajah yang cantik itu memperlihatkan gadingnya yang begitu indah."
Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) mengatakan hanya ada sekitar 415.000 gajah Afrika yang tersisa di alam liar, di luar 50.000 gajah Asia.
Dari jumlah itu, hanya puluhan gajah gading super yang kini masih bertahan.
Pada peringatan Hari Gajah Sedunia yang jatuh pada 12 Agustus, kami menyaksikan betapa pentingnya keberlangsungan gajah ini.
Bergerak tenang dan perlahan
Haller pertama kali melihat seekor gajah gading super sekitar empat tahun lalu saat bepergian dengan mobil di taman nasional Tsavo di Kenya.
"Saya masih ingat betul rasanya berada dekat gajah dengan gading yang luar biasa. Ketika Anda melihat gading super, tampak jelas bahwa mereka sangat istimewa. Mereka langka dan kita harus melindunginya."
Saat itu, gajah gading super tampak sendirian dan bergerak perlahan.
"Dia bersikap tenang dan mudah didekati."
Semua gading super telah diberi nama. Haller kemudian mengetahui bahwa gajah yang dia lihat di bawah pepohonan itu bernama Lugard.
"Lugard sudah sangat terkenal sekarang. Dia adalah gajah yang besar dan spektakuler," jelas Haller dengan penuh semangat.
Rata-rata berusia lebih 50 tahun
Lugard adalah satu dari sembilan gajah gading super yang tersisa di taman nasional seluas 42.000 kilometer persegi itu.
Menurut Haller, hanya ada puluhan gajah dengan gading sepanjang itu yang tersisa.
"Rata-rata panjang gading gajah Afrika adalah dua meter dengan berat 23 kilogram, sedangkan gading super bisa sampai tiga meter dengan bobot lebih dari 50 kilogram," jelas Haller kepada media.
Butuh waktu yang lama untuk gading sebesar itu tumbuh. Mayoritas gajah gading super berusia lebih dari 50 tahun.
"Masa hidup rata-rata gajah di alam liar adalah sekitar 60 tahun, jadi bisa dibilang mereka sudah mencapai akhir kehidupannya," kata Haller.
Beberapa gajah betina juga memiliki gading yang tumbuh lebih besar dari umumnya, meski tidak sampai menyentuh tanah. Ada lima ekor gajah betina yang seperti ini di Tsavo.
"Di sini juga ada 27 gading super yang sedang dalam masa pertumbuhan. Mereka memiliki gading yang besar, tapi belum sebesar gading super. Kalau mereka panjang umur, mungkin akan menjadi gading super," jelas dia.
Gading super juga ditemukan di kawasan cagar alam Amboseli yang bersebelahan dengan Kawasan ini, juga di Bostwana dan Tanzania.
Ancaman dari pemburu liar
Gajah menggunakan gadingnya untuk menggali, mengangkat benda, mengupas kulit kayu dari pohon dan juga berkelahi dengan gajah lain untuk mempertahankan pengaruhnya di antara kawanan.
"Di dalam kawanan gajah, gading super pasti lebih dihormati dibanding gajah lainnya. Saya mengamati bahwa mereka adalah pemimpin kawanan," kata Haller.
Baik gajah Afrika jantan maupun betina memiliki gading. Tetapi penelitian dari Universitas Princeton di AS menemukan bahwa banyak gajah betina menjadi tidak bergading sebagai respons evolusioner terhadap perburuan intensif yang telah menghancurkan populasi gajah di banyak tempat.
Gading super selalu menjadi target para pemburu.
Pada 2017, seekor gajah gading super Bernama Satao 2 terbunuh di Tsavo. Sejak saat itu, pengawasan lewat darat dan udara pun ditingkatkan. Tetapi gajah-gajah itu tidak dipasangkan sinyal pelacak untuk dipantau sepanjang waktu.
Pada April tahun ini, seorang pemburu membayar US50.000 (Rp734 juta) untuk menembak gading super terbesar di Botswana.
Padahal gading super hanya ditemukan dalam jumlah terbatas. Evolusi gading yang sangat panjang pun kemungkinan dipengaruhi oleh gen, kata Haller.
Melindungi masa depan
"Kami percaya [gading super] dipengaruhi genetika. Sangat penting untuk melindungi kumpulan gen mereka dan memungkinkan mereka bereproduksi sebanyak mungkin. Di sini ada puluhan gading super yang muncul yang kami yakini adalah keturunan dari gading super sebelumnya," ujar Haller.
Haller biasanya terbang di atas area luas untuk mengawasi para pemburu liar.
"Menyenangkan melihat mereka berada di alam liar. Kita harus mengupayakan yang terbaik untuk melindungi mereka sehingga anak-anak kita berkesempatan melihat gajah dengan gading yang luar biasa".
Pemuda soroti lingkungan
Kerusakan lingkungan yang terakhir berimbas kepada satwa liar maupun tumbuh-tumbuhan juga terjadi secara lokal seperti di Provinsi Riau.
"Organisasi Pemuda di Riau melihat dibalik 'kehancuran' hutan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) membuat lokasi hutan seperti terasa kiamat pada seisi alam di Kabupaten Pelalawan dan Inhu itu."
"Mabes Polri, Kejaksaan Agung dan Gakkum KLHK untuk segera turun kelapangan, mengecek sekaligus menindak tegas pelaku perambah hutan di kawasan TNTN," pinta Larshen Yunus, Ketua DPD I Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Provinsi Riau, Kamis 4 Agustus 2022.
Perubahan TNTN
Menurut Larshen Yunus,yang juga Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjend) DPP KNPI ini, taman nasional di Provinsi Riau, Sumatera, Indonesia itu dinyatakan sebagai taman nasional oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2004.
Daerah asli taman adalah 385,76 km2, tetapi keputusan telah dibuat untuk memperluas 1000 km2.
TNTN menjadi kediaman koheren rainforest (hutan dengan kadar hujan tinggi) dataran rendah terbesar yang tersisa di Sumatera.
Pusat Pengelolaan Keanekaragaman Hayati (Center for Biodiversity management) telah mensurvei lebih dari 1.800 petak di hutan tropis di seluruh dunia.
Mereka menemukan bahwa tidak ada plot lain yang memiliki banyak tanaman vaskular atau tracheophytes (pohon tinggi) seperti di Tesso Nilo. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mensurvei hutan di seluruh Sumatera, dan juga menemukan bahwa Tesso Nilo memiliki spesies yang paling banyak.
Dalam 25 tahun terakhir, sekitar 2/3 hutan yang menutupi sebagian besar provinsi Riau dihancurkan oleh penebangan dan kemudian diubah menjadi kebun pohon atau perkebunan kelapa sawit.
Sebagai tanggapan terhadap mereka yang peduli dengan hutan, Tesso Nilo National Park dibuat pada tahun 2004, dan ukurannya lebih dari dua kali lipat pada tahun 2007.
Ancaman yang sedang berlangsung ke taman termasuk penebangan ilegal, konversi ilegal lahan menjadi perkebunan kelapa sawit dan pembunuhan gajah liar oleh penduduk desa yang tinggal di perbatasan taman.
"Taman hutan itu kini menderita perambahan berat dari penebang liar dan pemukim ilegal untuk tanaman dan perkebunan kelapa sawit, serta lokasi desa. Sudah, 28.600 hektar, atau sekitar sepertiga luas taman, telah mengalami deforestasi. Pada bulan November 2009 lalu taman itu akhirnya telah diperluas dengan 44.492 hektar tetapi perambahan masih tetap menjadi masalah serius," ungkapnya.
Menurutnya, perkebunan kelapa sawit mencakup 36.353 ha dari kompleks hutan Tesso Nilo, dengan dua kelompok usaha (Asian Agri dan Wilmar Groups) yang terlibat dalam perdagangan buah kelapa sawit yang ditanam secara ilegal di dalam taman nasional. Bahkan hasil diidentifikasi dilapangan ada 50 pabrik beroperasi di sekitar kompleks hutan Tesso Nilo.
"Pada areal hutan rawan terbakar karena maraknya pembukaan kebun sawit, populasi habitat hewan dan tumbuhan terancam," sebutnya.
Larshen Yunus mengaku mendapat informasi, kalau Pemerintah Belgia berkomitmen untuk menyediakan € 200.000 bantuan untuk pembangunan pusat konservasi gajah Sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo itu. Kalau tak salah sejak pada 2011 kuartal pertama bantuan itu sudah disalurkan.
"Pihak luar negeri saja peduli kelestarian hutan, flora dan fauna bagaimana dengan kita?". (*)
Tags : Hewan-hewan, Alam, Afrika,