TEKNOLOGI - Setelah bisnis chip dan ponsel pintar, kini Amerika Serikat (AS) juga menekan lini bisnis komputasi awan milik Huawei. Seperti dirilis Warta Ekonomi.co.id yang melansir dari Straits Times, Jumat (16/10/2020), pejabat AS telah melobi para anggota parlemen dan pemimpin industri Eropa untuk menggunakan teknologi perusahaan Barat--sekaligus menghindari Huawei--dalam membangun pusat data dan infrastruktur komputasi awan.
Dalam kunjungannya ke Eropa pekan lalu, Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Pertumbuhan Ekonomi, Energi, dan Lingkungan, Keith Krach mendesak Eropa meninggalkan peralatan Huawei. "Komputasi awan sangat penting, baik di layanan cloud atau pusat data itu sendiri. Ini masalah besar," ujarnya.
Asal tahu saja, Krach bertemu dengan sejumlah eksekutif operator telekomunikasi Eropa, seperti Deutshe Telekom dan MasMovil dari Spanyol. Ia juga mengatakan, "pertimbangkanlah (larangan ini) sebagai perpanjangan dari (larangan) 5G". Ia melanjutkan, pemain AS mendominasi pasar cloud Eropa, dari AWS milik Amazon, Microsoft, IBM, Google, hingga Oracle. Sementara itu, pemain China seperti Alibaba dan Tencent tak membuat terobosan besar di Eropa, tambah Arend. "Nilai bisnis sektor infrastruktur cloud di Eropa mencapai 12,4 miliar dolar AS (sekitar Rp183 triliun), tumbuh 33% tahun ini daripada tahun lalu," menurut Peneliti IDC, Carla Arend.
Sekadar informasi, AS sebelumnya telah melobi para sekutu untuk mengecualikan Huawei dari pengembangan jaringan 5G. Hasilnya, bisnis telekomunikasi Huawei terkena dampak. Lebih lanjut, Huawei lebih rentan terkena boikot daripada Alibaba Group Holding dan WeChat Tencent Holding yang juga bergerak di sektor komputasi awan. Mengapa? Sebab, pemerintahan Trump telah berhasil meyakinkan sejumlah negara sekutu di Eropa untuk memboikot Huawei dari infrastruktur jaringan 5G-nya. (*)
Editor: Syamsul Bahri
Tags : Huawei, Amerika Serikat,