PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Kebakaran di gedung B9 ini merupakan insiden kedua di tahun 2024 yang melanda Komplek Perkantoran Pemko Pekanbaru. Sebelumnya, Kantor BPKAD juga mengalami kebakaran pada Agustus lalu.
"Gedung Perkantoran Tenayan Raya dilalap sijago merah dievalusasi."
"Terkait dengan hydrant dan fasilitas lainnya, saya minta ini segera kita evaluasi bersama," kata Penjabat (Pj) walikota Pekanbaru, Risnandar Mahiwa dengan tegas.
Dua peristiwa berturut-turut ini menjadi alarm bagi pemerintah kota untuk memperbaiki sistem penanganan kebakaran dan memastikan semua fasilitas penunjang bencana dalam kondisi siap pakai.
Apalagi pada insiden terbaru, hydrant di depan gedung B9 tak berfungsi, sehingga petugas terpaksa mengambil air dari bundaran perkantoran dan danau yang berada di belakang gedung.
Pj Walikota menekankan bahwa kejadian ini tidak boleh dianggap remeh dan harus menjadi pelajaran penting bagi semua pihak.
"Saya mencatat ini sebagai masalah serius yang harus segera dibahas dan diselesaikan. Kejadian ini tidak boleh terulang," tegas Risnandar.
Dengan evaluasi menyeluruh yang dijanjikan, diharapkan penanganan bencana kebakaran di Pekanbaru akan lebih siap dan responsif di masa mendatang.
Sementara anggota DPRD Kota Pekanbaru dari Fraksi Golkar, Syafri Syarif menilai, insiden kebakaran Gedung Lipat Kajang yang berada di komplek perkantoran Tenayan Raya, Jumat 20 Septemebr 2024 kemarin lebih dikarenakan kelalaian.
"Ini bukan kebakaran pertama, dan Pemko seolah tidak belajar dari pengalaman. Tahun lalu, Gedung BPKAD juga ludes terbakar, sekarang giliran Gedung Lipat Kajang. Ada apa dengan sistem keamanan di kompleks ini?," kata Syafri Syarif anggota DPRD Kota Pekanbaru dari Fraksi Golkar, Jumat (20/9).
Ia menilai, kebakaran Gedung Lipat Kajang yang menaungi beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) penting, seperti Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim), Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), dan Dinas Perhubungan (Dishub) tidak terlepas dari sistem keamanan yang ada di kompleks tersebut.
Syafri meminta agar Pemko Pekanbaru melakukan evaluasi mendalam terkait sistem keamanan dan proteksi di seluruh gedung perkantoran di Tenayan Raya. Ia menyoroti apakah sistem hydrant kebakaran berfungsi dengan baik atau tidak.
"Kita menduga ada kelalaian di tahap konstruksi awal atau perawatan. Hydrant yang tidak berfungsi optimal akan sangat fatal, terutama di lokasi perkantoran yang jauh dari pusat kota dan sulit dijangkau tim pemadam dengan cepat," ujarnya lagi.
Syafri Syarif juga mempertanyakan anggaran pemeliharaan gedung yang setiap tahunnya dianggarkan oleh pemerintah.
"Anggaran perawatan gedung selalu disediakan, tapi kejadian ini terus berulang. Di mana letak kesalahannya? Kami minta Pemko Pekanbaru, khususnya Pj Walikota, untuk bertindak cepat. Jangan sampai ada kelalaian yang terus dibiarkan," tegasnya.
Selain masalah kebakaran, Syafri menilai ada tantangan dalam desain awal pembangunan perkantoran ini.
"Lokasi yang jauh dari pusat kota dan kemungkinan kesalahan dalam konstruksi membuat penanganan darurat seperti kebakaran menjadi sulit," tambahnya.
Ia juga mengusulkan pemeriksaan menyeluruh atas seluruh gedung di kompleks tersebut, termasuk sistem kelistrikan, hydrant, dan keamanan kebakaran lainnya.
"Kebakaran ini tidak hanya mengganggu kelancaran aktivitas pemerintahan, tetapi juga menambah beban anggaran untuk perbaikan dan rekonstruksi," sebutnya.
Ke depan, Pemko Pekanbaru diharapkan tidak hanya bertindak cepat dalam menangani masalah kebakaran ini, tetapi juga memastikan keamanan jangka panjang di perkantoran yang terbilang baru tersebut.
Tetapi Pj Wali Kota Pekanbaru, Risnandar Mahiwa kembali menyikapi dan komitmennya untuk segera mengevaluasi penanganan bencana kebakaran yang terjadi di Komplek Perkantoran Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru, Tenayan Raya.
Kebakaran tersebut melanda gedung B9 dan menyoroti berbagai kendala, termasuk kehabisan air saat proses pemadaman.
Insiden kebakaran ini menciptakan kekhawatiran mendalam karena api yang bermula di lantai atas gedung dengan cepat menjalar ke lantai lainnya, memicu kepanikan di kalangan petugas dan pegawai.
Kondisi diperparah ketika petugas damkar kesulitan mendapatkan pasokan air yang cukup.
Hydrant di depan gedung B9 tak berfungsi, sehingga petugas terpaksa mengambil air dari bundaran perkantoran dan danau yang berada di belakang gedung.
"Saya mencatat ini sebagai masalah serius yang harus segera dibahas dan diselesaikan. Kejadian ini tidak boleh terulang," tegas Risnandar.
Seperti diketahui petugas Damkar yang berusaha memadamkan api menghadapi tantangan besar ketika air yang digunakan untuk pemadaman habis di tengah proses.
Mereka harus segera mencari sumber air lain, sehingga waktu yang diperlukan untuk memadamkan api menjadi lebih lama. Akibatnya, lantai empat gedung tersebut terbakar, dan kerusakan merembet ke area lain.
Risnandar mengakui adanya keterbatasan dalam fasilitas penunjang kebakaran di kawasan tersebut. Ia menekankan pentingnya evaluasi terkait hydrant yang tidak berfungsi serta kesiapan penanganan bencana di kawasan perkantoran Pemko Pekanbaru.
"Memang ada sedikit permasalahan dengan sumber air, tapi untungnya ada air di belakang kantor. Namun ini tetap menjadi catatan penting untuk kita perbaiki ke depannya," ungkapnya. (rp.ind/*)
Editor: Indra Kurniawan
Tags : gedung perkantoran tenayan raya, pekanbaru, gedung perkantoran tenayan raya terbakar, hydrant tak berfungsi, gedung perkantoran dilalap sijago merah, News Kota ,