Israel terus lakukan serangan intensif di Jalur Gaza.
JAKARTA – Pemerintah RI mengutuk serangan Israel ke Gereja Keluarga Kudus di Jalur Gaza pada Kamis (17/7/2025). Gereja tersebut merupakan satu-satunya gereja Katolik di Gaza.
"Indonesia mengutuk serangan terhadap Gereja Keluarga Kudus di Gaza, satu-satunya Gereja Katolik di Gaza, yang menimbulkan korban jiwa rakyat sipil yang tidak bersalah," ungkap Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI lewat akun X resminya, Jumat (18/7/2025).
Menurut Kemenlu RI, selain melanggar hukum humaniter internasional, serangan Israel mengabaikan kesucian tempat ibadah. "Hal ini semakin menunjukkan tidak adanya komitmen Israel dalam memenuhi kewajiban hukumnya sebagai Kuasa Pendudukan, apalagi terhadap perdamaian dan stabilitas kawasan," katanya.
Kemenlu RI mengingatkan, situs keagamaan, fasilitas medis, serta fasilitas sipil lainnya tidak boleh menjadi target serangan dan dilindungi hukum internasional.
Indonesia mendesak komunitas internasional, terutama Dewan Keamanan PBB, mengambil langkah konkret untuk menekan Israel guna menghentikan semua kekerasan dan kembali ke negosiasi gencatan senjata di bawah solusi dua negara.
Akibat serangan yang disengaja itu, bangunan gereja — yang telah menampung banyak warga Kristen dan Muslim Palestina yang mengungsi sejak Oktober 2023 — serta fasilitas di sekitarnya mengalami kerusakan parah.
Komite gereja Palestina menyerukan supaya para pemimpin gereja dan pemuka agama Kristen di seluruh dunia untuk turut bersuara dan secara terbuka mengecam serangan Israel itu.
Dalam serangan mematikannya di Jalur Gaza, tentara Israel telah mengebom beberapa tempat ibadah, termasuk Gereja Baptis Gaza dan Gereja Ortodoks Yunani Santo Porphyrius, gereja tertua di Jalur Gaza dan tertua ketiga di dunia.
Tiga orang meninggal akibat serangan Israel terhadap satu-satunya gereja Katolik di Gaza pada Kamis pag sementara beberapa orang lainnya, termasuk pastor paroki terluka. Pemerintahan Italia langsung melayangkan kecaman atas serangan tersebut.
Merujuk the Associated Press Badan amal Katolik Caritas Yerusalem mengatakan petugas kebersihan paroki berusia 60 tahun dan seorang wanita berusia 84 tahun yang menerima dukungan psikososial di dalam tenda Caritas di dalam kompleks gereja gugur dalam serangan itu.
Rekaman yang dipublikasikan oleh seorang aktivis Palestina menunjukkan Pastor Gabriel Romanelli, pastor dari Gereja Keluarga Kudus di Gaza utara, setelah serangan Israel.
Video tersebut menunjukkan pastor tersebut dengan kaki kanannya diperban namun dalam kondisi baik. Romanelli sangat dekat dengan mendiang Paus Fransiskus, dan keduanya sering berbicara sejak dimulainya perang di Gaza.
Gereja katolik satu-satunya di Gaza tersebut rusak dalam serangan itu, kata para pejabat. Para saksi mata menyatakan bahwa serangan terhadap gereja itu tampaknya merupakan penembakan dari tank Israel.
Gereja itu selama ini melindungi umat Kristen dan Muslim, termasuk sejumlah anak-anak penyandang disabilitas, menurut Fadel Naem, direktur sementara Rumah Sakit Al-Ahli, yang menerima para korban luka-luka.
Sedikitnya dua orang berada dalam kondisi kritis, dan yang lainnya terluka termasuk seorang anak penyandang disabilitas, dua wanita, dan seorang lansia, kata Naem.
Dalam sebuah pernyataan di Telegram, juru bicara tentara penjajah mengatakan bahwa tentara mengetahui adanya “klaim” mengenai kerusakan pada gereja dan korban luka-luka di lokasi tersebut.
Insiden ini “sedang diselidiki”, tambah juru bicara tersebut. Sejak dimulainya perang di Gaza, Israel telah berulang kali menyerang situs-situs keagamaan, termasuk masjid dan gereja. Pada Oktober 2023, hanya beberapa hari setelah perang dimulai, pasukan Israel mengebom Gereja Santo Porphyrius, gereja tertua di Jalur Gaza, menewaskan sedikitnya 18 orang.
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni pada Kamis mengecam serangan Israel di Jalur Gaza setelah Gereja Katolik Keluarga Kudus di daerah kantong tersebut terkena serangan. “Serangan Israel di Gaza juga telah menghantam Gereja Keluarga Kudus,” kata Meloni dalam sebuah pernyataan.
"Serangan terhadap penduduk sipil yang telah dilakukan Israel selama berbulan-bulan tidak dapat diterima. “Tidak ada tindakan militer yang dapat membenarkan tindakan seperti itu”.
Kantor berita Italia, ANSA mengatakan bahwa pastor paroki gereja, Gabriel Romanelli, termasuk di antara delapan orang yang terluka dalam serangan tersebut. Empat dari delapan orang tersebut mengalami luka kritis, termasuk dua wanita yang awalnya dilaporkan telah meninggal dunia namun kemudian berhasil disadarkan.
Pekan ini umat Kristen di Tanah Suci mulai melaporkan kekerasan pemukim Israel kepada Paus Leo XIV. Ini seiring kecaman terhadap kekerasan tanpa pandang bulu yang dilakukan oleh para pemukim di Tepi Barat semakin meningkat.
Terutama setelah para ekstremis berulang kali menargetkan Taybeh, desa terakhir yang sepenuhnya Kristen di Tepi Barat, termasuk membakar Gereja Santo George dan pemakamannya.
Sebuah dokumen “sangat rinci” tentang masalah ini akan segera diserahkan kepada Takhta Suci, untuk ditinjau oleh Sekretariat Negara dan kemudian oleh Paus. Seorang wakil Takhta Suci berada di Taybeh bersama para patriark gereja-gereja dalam sebuah kunjungan solidaritas.
Di antara mereka adalah Patriark Latin Yerusalem, Kardinal Pierbattista Pizzaballa. “Kami memiliki perwakilan Tahta Suci di sini yang telah memberikan laporan terperinci. Mereka memiliki informasi yang sangat baik (di Vatikan), tetapi saya ulangi, kami atau siapa pun tidak memiliki kekuatan atau formula ajaib untuk segera menyelesaikan masalah ini."
Dia menyatakan, satu-satunya hukum yang berlaku saat ini di Tepi Barat adalah hukum kekuasaan. “Hukum mereka yang memiliki kekuatan dan bukan hukum yang benar. Kita harus bekerja untuk memastikan bahwa hukum kembali di sini juga, di bagian negara ini.”
Dia juga mengecam peran tentara dan polisi Israel, yang diduga gagal melakukan intervensi untuk menghentikan para pemukim. “Tidak semua orang yang kita lihat berseragam militer benar-benar tentara; mereka juga bisa jadi sukarelawan."
Sementara itu, pada Rabu Fransiskan Assisi, yayasan kepausan Aid to the Church in Need, dan Kelompok Aksi Katolik Italia (ACLI) juga berbicara menentang kekerasan para pemukim.
Harian Vatikan L'Osservatore Romano menampilkan foto di halaman depan yang menunjukkan para kepala gereja dan diplomat Kristen berkumpul di Taybeh. “Ini adalah serangan pengecut terhadap orang-orang yang tidak bersenjata,” tulis Pastor Ibrahim Faltas di media Vatikan pada Rabu.
“Pembantaian Gereja di Damaskus baru-baru ini dan apa yang terjadi di Taybeh dan Tepi Barat,” tulisnya, bukanlah perang agama. “Kita harus pertama-tama dan terutama membela dan melindungi nyawa manusia yang tidak bersalah dan tak berdaya."
Menurutnya, tujuan para pemukim selalu sama: melalui pembakaran dan penjarahan, mereka berusaha mengambil sebanyak mungkin tanah dari pemiliknya yang sah. Di Taybeh, baru-baru ini mereka memasang papan bertuliskan, “Tidak ada masa depan bagi Anda di sini.”
“Kami menelepon pusat koordinasi antara pemerintah Palestina dan Israel dua kali,” kata pastor paroki kepada ACS. "Mereka mengatakan akan datang, tetapi mereka tidak pernah muncul. Mereka tidak melindungi kami, mereka tidak menghentikan para pemukim, dan itu karena mereka melindungi mereka, karena banyak tentara yang berasal dari komunitas pemukim dan didorong oleh elemen-elemen fanatik dalam pemerintahan."
Pekan lalu, dalam Misa, Paus Leo XIV berbicara tentang “orang-orang yang telah ditelanjangi, dirampok, dan dijarah, korban sistem politik yang menindas, ekonomi yang memaksa mereka jatuh ke dalam kemiskinan, perang yang membunuh impian dan kehidupan mereka”. (*)
Tags : gereja katolik, gaza, israel, serang gereja, gereja keluarga kudus, israel tabrak gereja keluarga kudus,