Internasional   16-06-2025 16:42 WIB

Iran Lancarkan Serangan Rudal Balistik yang tak Tertangkis Iron Dome, 'Buat Benjamin Netanyahu Pilih Menghindar dan Lari dari Kejaran Maut'

Iran Lancarkan Serangan Rudal Balistik yang tak Tertangkis Iron Dome, 'Buat Benjamin Netanyahu Pilih Menghindar dan Lari dari Kejaran Maut'

INTERNASIONAL - Iran melancarkan serangan rudal balistik yang signifikan ke kota Israel, Tel Aviv, dan lokasi lain sebagai balasan atas Operasi Rising Lion Israel, yang menargetkan situs nuklir dan militer Iran dan melenyapkan pemimpin militer utama Iran, First Post melaporkan.

Serangan rudal dimulai tak lama setelah pidato yang disiarkan televisi oleh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang bersumpah bahwa angkatan bersenjata Iran akan memberikan pukulan telak ke Israel dan memperingatkan kehancuran negara itu karena serangannya.

Apa yang Terjadi di Israel?

Serangan Iran mencakup hingga 100 pesawat nirawak yang diluncurkan secara bergelombang, beberapa di antaranya dilaporkan menembus sistem pertahanan berlapis-lapis Israel meskipun ada intersepsi.

Jumat, sekitar pukul 9 malam waktu setempat, sirene meraung di seluruh Tel Aviv, diikuti oleh suara sistem pertahanan rudal Arrow Israel yang mencegat beberapa rudal yang masuk, dengan puing-puing jatuh ke tanah.

Namun, sistem pertahanan rudal Iron Dome Israel berhasil ditembus ketika rudal Iran menghantam gedung perumahan bertingkat tinggi di pusat kota Tel Aviv, menyebabkan kerusakan parah pada fasad, memecahkan jendela, dan membiarkan baja bengkok terbuka.

Petugas tanggap darurat menelusuri reruntuhan untuk mencapai lokasi kejadian.

Setidaknya 15 orang terluka di wilayah Tel Aviv, dengan dua orang luka kritis, menurut laporan dari layanan darurat dan The Times of Israel.

Serangan rudal Iran juga menyebabkan kerusakan di dekat kompleks militer Kirya di Tel Aviv, yang menjadi markas besar militer dan Kementerian Pertahanan Israel, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang efektivitas pertahanan udara Israel.

Jumlah korban tewas akibat serangan rudal Iran terhadap Israel mencapai sedikitnya tiga orang.

Mengapa Iron Dome Tidak Selalu Berhasil?

Iron Dome adalah sistem pertahanan rudal canggih yang dirancang untuk mencegat dan menghancurkan roket jarak pendek dan peluru artileri.

Meskipun sistem ini telah menunjukkan keberhasilan yang signifikan dalam berbagai konflik, ada beberapa alasan yang terdokumentasi dengan baik mengapa sistem ini terkadang gagal atau tampak kurang efektif.

1. Serangan dalam jumlah besar

Menurut Modern War Institute, Iron Dome dapat kewalahan oleh serangan dalam “jumlah besar"—ketika musuh meluncurkan sejumlah besar roket secara bersamaan dari berbagai arah. Sistem ini memiliki jumlah pencegat yang terbatas dan hanya dapat menangani volume tertentu sekaligus, jadi jika jumlah roket yang masuk melebihi kapasitasnya, beberapa pasti akan berhasil menembusnya. Cara ini yang dilakukan Iran, Houthi dan bahkan Hamas dalam menyerang Israel.

2. Batasan Amunisi Pencegat

Iron Dome mengandalkan rudal pencegat, yang mahal dan jumlahnya terbatas. Jika rentetan serangan berkelanjutan atau sangat besar, sistem dapat kehabisan pencegat, seperti yang terjadi pada serangan Hamas dan Houthi.

3. Prioritas Target dan Logika Sistem

Sistem diprogram untuk menyerang hanya roket yang lintasannya mengancam daerah berpenduduk atau infrastruktur penting. Roket yang menuju lapangan terbuka atau zona tak berpenghuni diabaikan, yang terkadang dapat disalahartikan sebagai "kegagalan" jika roket tersebut masih menyebabkan kerusakan atau korban.

4. Tantangan Teknis

Untuk efektivitas maksimum, pencegat Iron Dome harus mendekati roket yang datang secara langsung untuk menghancurkan hulu ledaknya. Jika pencegat menyerang dari samping atau belakang, kemungkinan menghancurkan hulu ledak akan turun drastis. Analisis jejak kondensasi dan pola keterlibatan telah menunjukkan bahwa banyak pencegat tidak mencapai geometri keterlibatan yang optimal, sehingga mengurangi efektivitas sistem.

5. Roket Jarak Pendek dan Lintasan Rendah

Sistem ini kurang efektif terhadap roket jarak sangat pendek dan lintasan rendah, yang memberikan waktu peringatan lebih sedikit dan lebih sulit bagi sistem untuk mencegat.

6. Penanggulangan Elektronik

Telah ada upaya untuk mengganggu atau mengacaukan radar dan sistem pemandu Iron Dome, meskipun efektivitas tindakan tersebut masih diperdebatkan dan sering kali ditangkal oleh pasukan Israel.

7. Keterbatasan Area Jangkauan

Baterai Iron Dome hanya dapat melindungi area terbatas (biasanya 100–150 kilometer persegi per baterai), sehingga serangan yang meluas atau tersebar dapat memanfaatkan celah jangkauan.

Faktor-faktor lain yang juga memberi pengaruh adalah:

Ketidakseimbangan Biaya
Setiap pencegat Iron Dome mahal, sementara roket yang dicegatnya sering kali murah dan buatan sendiri. Ketidakseimbangan biaya ini mendorong penyerang untuk menggunakan rentetan serangan massal.

Evolusi Teknologi dan Taktis
Musuh mengadaptasi taktik mereka, seperti menggunakan kawanan drone atau mencampur jenis roket, untuk mengeksploitasi kelemahan sistem.

Iron Dome adalah sistem yang sangat efektif dalam parameter desainnya tetapi tidak sempurna. Kerentanannya - terutama terhadap serangan saturasi, batas amunisi, dan area cakupan - berarti bahwa tidak ada pertahanan rudal yang dapat menjamin perlindungan penuh, terutama terhadap musuh yang gigih dan adaptif.

Benjamin Netanyahu tak kunjung ditangkap

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Prof Hikmahanto Juwana menjelaskan alasan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu tidak kunjung ditangkap atas tuduhan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat soal genosida kepada Bangsa Palestina sejak 7 Oktober 2023.

Bahkan Prof Hikmahanto mengungkapkan, International Criminal Court (ICC) atau Mahkamah Pidana Internasional telah mengeluarkan surat penangkapan untuk Netanyahu.

Menurutnya, sebagai masalah yang perlu dihadapi oleh proses hukum internasional.

"Ini menunjukkan bahwa hukum internasional tidak sama seperti hukum nasional," katanya melalui keterangan resmi di Instagram pribadinya, pada Kamis (17/4).

Prof Hikmahanto mengungkapkan bahwa dalam konteks hukum, satu fakta bisa dilihat dari dua perspektif yang berbeda.

Ketika Mahkamah Pidana Internasional menganggap Netanyahu ini sebagai pelaku kejahatan, tetapi di negara asalnya di Israel, Netanyahu ini dianggap sebagai pahlawan.

"Karena apa? Dianggap bahwa Netanyahu melakukan serangan balasan terhadap serangan dari Hamas pada 7 Oktober 2023. Nah karena Netanyahu dianggap sebagai pahlawan atau bukan pelaku kejahatan sehingga ketika surat penangkapan dikeluarkan oleh ICC maka polisi Israel tidak mau mengirim yang bersangkutan," jelasnya.

Meski begitu, lanjutnya, terdapat pengecualian kalau Perdana Menteri Netanyahu sedang berpergian ke luar negeri yang kemungkinan bisa ditangkap dan diserahkan kepada Mahkamah Pidana Internasional.

"Negara tersebut beberapa waktu yang lalu misalnya Hongaria mau untuk menyerahkan Perdana Menteri Netanyahu ke ICC tetapi kenyataannya tidak karena apa Netanyahu dianggap sebagai tamu di Hongaria memang ini permasalahan yang sangat pelik yang tidak bisa mendapatkan jawaban yang tuntas," ungkapnya.

Meski banyak yang kecewa atas kejadian itu, Prof Hikmahanto mengungkapkan bahwa alasan lain susahnya menangkap Perdana Menteri Netanyahu yaitu apabila suatu negara dalam situasi kalah perang maka akan mudah untuk diambil.

"Tetapi kalau dia masih menang perang, maka akan sulit. Saya rasa itu," katanya.

Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menegaskan bahwa masyarakat internasional sedang cacat secara kemanusiaan karena masalah Palestina tak kunjung usai hingga kini.

Gus Yahya menyinggung kecacatan kemanusiaan itu sebagai kegagalan dunia jika gagal menemukan solusi yang manusiawi bagi masalah-masalah akibat peperangan di Palestina.

"Selama ini saya selalu mengartikulasikan melihat masalah Palestina ini sebagai masalah kemanusiaan bukan sekadar masalah politik, bukan sekadar masalah kepentingan-kepentingan ekonomi dan militer," terangnya. (*)

Tags : Israel, Palestina, Iran, Serangan Rudal Balistik Iran, Iron Dome, Benjamin Netanyahu Tak Kunjung dapat Ditangkap,