
BERAGAM tradisi terkait peristiwa kematian masyarakat Batak, salah satunya adalah Drs St. Jahotlan Simamora (Op. Mychael Doli) yang dilakukan oleh masyarakat suku Batak.
Jahotlan Simamora adalah Adik Kandung dari Orang Tua Larshen Yunus, Ketua DPD I KNPI Provinsi Riau sekaligus sebagai Wasekjend KNPI Pusat dan Ketua Umum DPP Gabungan Rakyat Prabowo Gibran.
Upacara kematian Jahotlan Simamora dianggap istimewa karena menjadi penanda bahwa orang yang telah meninggal dunia itu telah sempurna dalam hal kekerabatan.
Oleh karena itu, ada juga yang menyebut bahwa saur matua menjadi jenis kematian yang diidamkan oleh orang Batak.
Sehingga biasanya pada upacara kematian saur matua tidak ada ratap tangis atau kesedihan, namun dihiasi dengan pesta suka cita.
Dalam adat Batak, seseorang yang telah meninggal memang tidak hanya dilihat sebagai jenazah yang siap untuk dikuburkan.
Larshen Yunus menceritakan, Jahotlan Simamora lahir di Huta (Kampung) Sosor Lobu, 12 Desember 1956. Meninggalkan Anak 7 Orang (4 Baoa/Laki-Laki dan 3 Boru/Perempuan).
Anak Siakkangan (Nomor 1) Mangalap (Memiliki Istri) Boru ni Raja i Boru Pakpahan Sian (dari) Lampung. Jala di Basa-Basa Tuhan do Nasida (di Karuniai Anak) 2 Orang Baoa/ Laki-Laki.
Anak si Nomor Dua (Nomor 2) Mangalap/Marhasohotan (Memiliki Istri) Boru ni Raja i Boru Silaban Sian (dari) Pekanbaru. Jala di Basa-Basa Tuhan do Nasida (di Karuniai Anak) 1 Orang Baoa/ Laki-Laki dohot 2 Orang Boru/Perempuan.
Sejumlah ibu-ibu mengenakan busana tradisional Batak dengan aneka kain tenun ulos. Mengenal Upacara kematian saur matua yang tidak diwarnai ratap tangis atau kesedihan, namun dihiasi dengan pesta suka cita.
Anak si Nomor Tolu (Nomor 3) dohot Anak si Nomor Opat (Nomor 4) Dang Marhasohotan Dope (Belum Menikah).
Boru (Anak Perempuan) Siakkangan (Paling Besar) (Nomor 1) Menikah (Muli) dan atau di Alap (Memiliki Suami) Marga Sihombing Sian (dari) Huta Lobusuksuk. Jala di Basa-Basa Tuhan do Nasida (di Karuniai Anak) 6 Orang, 2 Baoa/Laki-Laki dohot 4 Boru/Perempuan.
Boru (Anak Perempuan) si Nomor 2 (Paling Besar) (Nomor 2) Menikah (Marhamulian) dan atau di Alap (Memiliki Suami) Marga Purba Sian (dari) Huta Purba-Manalu Jala di Basa-Basa Tuhan do Nasida (di Karuniai Anak) 4 Orang, 2 Baoa/Laki-Laki dohot 2 Boru/Perempuan.
Boru (Anak Perempuan) Siakkangan (Nomor Tolu) (Nomor 3) Menikah (Muli) dan atau di Alap (Memiliki Suami) Marga Manullang Sian (dari) Huta Jukkang Lumban Marroba. Jala di Basa-Basahon Tuhan do Nasida (di Karuniai Anak) 1 Orang Boru/Perempuan.
Marujung Ngolu (Meninggal) di Hari Rabu, 12 Febuari 2025, Jadi Meninggal Marumur (di Umur) 69 Taon/Tahun.
Menyinggung dengan sistem nilai budaya masyarakat Batak yang menjadi pedoman hidup ini, Larshen kembali menceritakan yakni hamoraon (kekayaan), hagabeon (banyak keturunan), dan hasangapon (kehormatan).
Sehingga peristiwa kematian orang Batak dianggap mempunyai makna yang melibatkan sistem kekerabatan dan harapan bagi keluarga yang ditinggalkan.
Apa Itu Saur Matua?
Saur matua adalah upacara kematian yang dilakukan oleh masyarakat suku Batak dalam menghormati orang tua yang sudah meninggal.
Saur artinya lengkap atau sempurna, atau kondisi dimana orang yang telah meninggal dunia pada usia tua itu dikatakan telah sempurna dalam hal kekerabatan.
Sehingga jika orang tersebut meninggal maka acara adat penguburan pun dilaksanakan dengan sempurna (saurmatua).
Jika sudah sempurna kematiannya, maka acara pemberangkatannya juga harus dilakukan sempurna atau yang disebut ulaon na gok (acara dengan adat penuh).
Hal ini seperti dikutip dari penelitian Winton Tambunan (2017) dari Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana yang berjudul “Makna Upacara Kematian Saur Matua Bagi Komunitas Batak Toba Diaspora di Salatiga”.
Lebih lanjut, saur matua juga dapat diartikan sebagai sebutan untuk orang yang sempurna dalam suatu kekerabatan.
Dalam hal ini, seseorang yang telah meninggal tersebut dianggap sempurna karena berhasil dalam kehidupan sosial, materi, dan keturunan yang ditandai dengan semua keturunan telah menikah dan memiliki cucu dari semua anaknya. Sehingga mate saur matua menjadi tingkat tertinggi dari klasifikasi upacara kematian karena saat orang tua tersebut meninggal semua anaknya sudah berumah tangga dan dianggap sudah gabe (berhasil dan sukses).
"Dalam hal ini, seseorang yang telah meninggal tersebut dianggap sempurna karena berhasil dalam kehidupan sosial, materi, dan keturunan yang ditandai dengan semua keturunan telah menikah dan memiliki cucu dari semua anaknya," jelasnya.
Kerabat Jahotlan Simamora yang ikut menjenguk di kediaman
Sehingga mate saur matua, sebutnya, menjadi tingkat tertinggi dari klasifikasi upacara kematian karena saat orang tua tersebut meninggal semua anaknya sudah berumah tangga dan dianggap sudah gabe (berhasil dan sukses).
Selanjutnya adalah kegiatan mangonda-ondai dan kegiatan panggalangon. Dalam hal ini, sebut Larshen, mangonda-ondai dilakukan sebagai pengganti kegiatan mangandung.
Alasannya orang yang telah saur matua tidak pantas untuk ditangisi atau diratapi karena telah menyelesaikan segala tugas dan kewajibannya semasa hidupnya, atau dalam arti lain sudah berbahagia. Sehingga sepatutnya pihak keluarga atau yang ditinggalkan tersebut berbahagia dengan menari dan bersuka cita.
Selanjutnya adalah partuatni na saur matua yang meliputi beberapa tahapan, mulai dari panambolon (menyembelih kerbau atau lembu), kegiatan di jabu (di rumah duka), dan kegiatan di maralaman (di halaman) sebelum diantarkan ke liang kubur. (*)
Tags : batak, upacara kematian, saur matua, saur matua suku batak, saur matua disebut sempurna, Jahotlan Simamora meninggal dunia,