
PEKANBARU - Jalan provinsi (Arifin Ahmad) kini terasa sempit kemungkinan yang banyak disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya pemeliharaan, peningkatan jumlah kendaraan, atau desain jalan yang tidak sesuai dengan kebutuhan lalu lintas.
"Jalan berstatus provinsi banyak ditumbuhi kuliner dan kedai kopi."
"Pemusatan Jalan Arifin Ahmad sebagai pusat kuliner bermula dari rencana Gubernur Riau saat itu, Saleh Djasit dan Wali Kota Herman Abdullah, di awal tahun 2000an," kata Zulkifli Indra, mantan Anggota DPRD Riau.
Tetapi Jalan provinsi (Arifin Ahmad) yang berfungsi untuk menghubungkan ibukota provinsi dengan kota-kota utama di dalam provinsi itu terasa sempit dipastikan karena kurangnya pemeliharaan.
Jalan yang tidak terawat dengan baik, seperti adanya kerusakan pada permukaan jalan atau kurangnya marka jalan, bisa membuat jalan terasa sempit dan tidak nyaman untuk dilalui.
Selain itu peningkatan jumlah kendaraan terutama di daerah perkotaan atau jalur yang ramai, bisa membuat jalan terasa sempit dan menyebabkan kemacetan.
Desain jalan itu dengan lebar yang tidak mencukupi untuk lalu lintas yang ada, bisa membuat jalan terasa sempit dan berbahaya.
"Aktivitas pedagang di pinggir jalan juga banyak mengganggu kelancaran lalu lintas, seperti pedagang kaki lima atau parkir yang tidak tertib, juga bisa membuat jalan terasa sempit," kata Drs H Lelo Ali Ritonga, pemerhati sosial menilainya.
Dia lantas menyebutkan untuk mengatasi masalah jalan provinsi yang terasa sempit perlu dilakukan pemeliharaan rutin.
"Pemeliharaan jalan secara rutin, seperti perbaikan kerusakan permukaan jalan, pembersihan marka jalan, dan pemasangan rambu-rambu, sangat penting untuk menjaga kualitas jalan," sebutnya.
Menurutnya, memperlebar jalan provinsi di ruas-ruas yang dianggap sempit, terutama di daerah yang mengalami peningkatan lalu lintas, bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah kemacetan.
"Mendesain ulang jalan dengan mempertimbangkan kebutuhan lalu lintas di masa depan, seperti menambah jumlah lajur atau mengurangi tikungan yang tajam, bisa membuat jalan lebih nyaman dan aman."
"Disamping itu menata pinggir jalan dengan baik, seperti mengatur pedagang kaki lima atau membuat area parkir yang tertib, bisa membantu mengurangi gangguan lalu lintas dan membuat jalan terasa lebih lapang," katanya.
Kembali disebutkan Zulkifli Indra, mantan Kepal Bagian Humas Pemko Pekanbaru dan Kepala Bagian (Kabag) di DLHK ini mengakui, Jalan Arifin Ahmad menjadi salah satu tujuan bagi masyarakat di luar Pekanbaru.
"Jalan yang menghubungkan Jalan Jenderal Sudirman dengan Jalan Soekarno Hatta ini berdiri berbagai jenis tempat usaha kuliner."
"Pemusatan Jalan Arifin Ahmad sebagai pusat kuliner bermula dari rencana Gubernur Riau saat itu, Saleh Djasit dan Wali Kota Herman Abdullah, di awal tahun 2000an," kata dia.
Zulkifli Indra ikut dalam perencanaan desain Jalan Arifin Achmad tersebut dan diawali dengan penempatan sejumlah bengkel mobil dan tempat cucian mobil.
"Dulu (2000an) Jalan Arifin Ahmad saat itu masih sangat sepi dan penempatan bengkel mobil dinilai sangat tepat. Sehingga, pemerintah mempermudah izin untuk perbengkelan dan cucian mobil," katanya.
"Setelah agak ramai, barulah disandingkan bengkel dan doorsmer itu dengan toko-toko kue khas oleh-oleh Pekanbaru," tambahnya.
"Pertimbangan pemerintah waktu itu, Jalan Arifin Ahmad kawasan yang sangat strategis, karena orang mau ke Sumbar atau yang dari Bandara akan melewati jalan itu, makanya kita mau kembangkan daerah sana," kata Politisi Demokrat ini.
Bengkel dan cucian mobil ini perlahan mulai pindah karena kawasan yang mulai ramai dan lahan semakin sempit. Namun, masih ada beberapa yang bertahan sampai hari ini.
Beberapa waktu setelah bengkel dan cucian mobil dibuka, Zulkifli diberi jabatan sebagai Kepala Dinas Pasar Pemko Pekanbaru, dan dia ikut terlibat memindahkan pedagang di Pasar Kodim ke Pujasera.
"Pasar Pujasera itu dibangun awalnya pakai dana dari pihak pengembang pasar modern Kodim, ada 106 lapak yang kami sediakan, itu gabungan pedagang di Pasar Kodim dengan Pasar Bom Baru. Sempat juga terisi setengahnya," ujarnya.
"Para pedagang itu kita kasih gratis sewa, tapi semakin kesini para pedagang balik lagi ke tempat dagangan semula, dan makanya banyak menumpuk pedagang di Kodim dan Pasar Bawah itu," tambahnya.
Zulkifli sendiri waktu itu sudah berkomunikasi dengan Dinas Perhubungan agar menjadikan Pasar Pujasera sebagai tempat pangkalan angkot, termasuk rutenya masuk ke Jalan Inpres sampai Kartama.
"Waktu pembangunan Jalan Rambutan yang akses ke Kartama ini, saya Kabid Jalan di Dinas PUPR, dulu skemanya begitu, semua rencana pembangunan masa itu kami konsep dalam bentuk Perda yang mengikat," tutupnya. (rp.ind/*)
Editor: Indra Kurniawan
Tags : jalan arifin ahmad, pekanbaru, jalan arifin ahmad berstatus jalan provinsi, jalan arifin ahmd terasa sempit, jalan arifin ahmad ditumbuhi kuliner dan kedai kopi,