Artikel   2025/10/02 11:44 WIB

Jauhi Kebiasaan Menunda-nunda Pekerjaan karena Bisa Berdampak Buruk pada Diri Sendiri

Jauhi Kebiasaan Menunda-nunda Pekerjaan karena Bisa Berdampak Buruk pada Diri Sendiri
Saat ini bekerja tidak harus dari kantor atau rumah, tetapi bisa dari kafe./ilustrasi 

KEBIASAAN menunda pekerjaan akan berdampak buruk. Bersegera dan tidak menunda adalah cerminan pribadi seorang Muslim. Tepatnya, cerminan dari orang yang sadar akan hakikat waktu.

Waktu cepat sekali berlalu. Sekali lewat, ia tidak akan pernah kembali dan tidak akan pernah tergantikan. Karena itu, waktu menjadi harta termahal yang dimiliki manusia. Menggunakannya dengan cara yang tepat adalah sebuah kewajiban.

Ada tiga alasan mengapa Allah dan Rasul-Nya mewajibkan manusia untuk tidak menunda sebuah pekerjaan. Pertama, tidak ada jaminan kita bisa hidup hingga esok hari. "Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati" (QS Luqman: 34).

Siapakah yang dapat menjamin kita bisa hidup hingga besok, lusa, bulan depan, atau tahun depan; padahal kematian begitu dekat dengan tiap manusia. Seorang penyair berkata, "Selesaikan pekerjaanmu hari ini, jangan menunggu besok. Siapa yang akan menanggung perkaramu di esok hari?"

Kedua, dalam setiap waktu ada hak dan kewajiban yang harus ditunaikan. Tidak ada waktu yang kosong dari aktivitas. Pengabaian terhadap hak dan kewajiban tersebut akan membawa kemudharatan berlipat-lipat bagi yang melakukannya.

Seorang ahli hikmah berkata bahwa kewajiban pada tiap-tiap waktu memungkinkan untuk diganti, namun hak-hak dari tiap waktu tersebut tidak mungkin diganti. Ibnu 'Atha mengungkapkan, "Sesungguhnya pada setiap waktu yang datang, maka bagi Allah atas dirimu kewajiban yang baru. Bagaimana kamu akan mengerjakan kewajiban yang lain, padahal ada hak Allah di dalamnya yang belum kamu laksanakan!"

Ketiga, baik bersegera ataupun menunda yang terus dilakukan akan menjadikan jiwa terbiasa melakukannya. Tidak akan pernah menjadi penunda "kelas berat", kecuali diawali dengan menunda kecil-kecilan dalam intensitas yang tinggi. Kebiasaan menunda akan menjadi tabiat kedua yang akan sulit ditinggalkan.

Karena itu, Allah SWT melarang hamba-Nya melalaikan waktu sedikitpun, termasuk menunda pekerjaan. Rasulullah SAW menjelaskan, "Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam. Seandainya dia meninggalkan dosa itu, beristighfar dan bertaubat; niscaya noda itu akan dihapus. Tapi jika dia kembali berbuat dosa, niscaya noda-noda itu akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya.

Itulah penutup yang difirmankan Allah, 'Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka lakukan itu telah menutup hati mereka' (QS al-Muthaffifin: 14).'"

Kebiasaan menunda-nunda pekerjaan atau prokrastinasi menjadi salah satu tantangan yang kerap dialami oleh Generasi Z.

Meski sering dikaitkan dengan kemalasan, pakar menilai bahwa penyebab kebiasaan ini jauh lebih kompleks, mencakup faktor psikologis dan sosial.

Pakar ilmu keluarga dan konsumen IPB University Dr Melly Latifah mengungkapkan, prokrastinasi erat kaitannya dengan kesulitan dalam mengatur emosi, menjaga motivasi, serta mengelola kecemasan terhadap tugas.

"Masalah ini bukan sekadar soal malas, tetapi lebih pada kesulitan mengelola emosi, motivasi, dan kecemasan terhadap tugas," ujar Melly dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (6/8/2025).

Menurutnya, ada beberapa faktor utama yang memicu prokrastinasi di kalangan Gen Z. Pertama, mereka tumbuh di lingkungan digital sejak lahir sehingga akses tanpa batas ke teknologi membuatnya mudah terdistraksi.

Kedua, pola asuh permisif yang cenderung permisif dan kurang memberikan struktur atau batasan. Ketiga, tekanan sosial yang unik di era media sosial, di mana ekspektasi dan perbandingan diri berlangsung terus-menerus.

"Jika dibiarkan, kebiasaan ini bisa memicu siklus ketidakberdayaan yang berujung pada stres dan kecemasan berkepanjangan. Prokrastinasi dapat berdampak buruk tidak hanya pada produktivitas, tetapi juga kesehatan mental dan kualitas hidup secara keseluruhan," kata dia.

Untuk mengatasi prokrastinasi, Dr Melly menekankan pentingnya dukungan dari lingkungan terdekat. Orang tua disarankan menerapkan pola asuh otoritatif, yaitu disiplin yang membimbing, bukan memaksa.

Guru juga dapat membantu dengan memberi tugas secara bertahap agar tidak membebani secara tiba-tiba. Di sisi lain, teman sebaya pun bisa berperan sebagai accountability partner, saling mengingatkan dan menyemangati.

"Menurut saya, penting sekali peran social support dari orang tua, guru, dan teman," tegas dia.

Melly kemudian memberikan pesan kepada Gen Z yang kerap merasa bersalah karena kesulitan melawan kebiasaan ini.

"Anda bukan pemalas, dan bukan generasi gagal. Anda sedang berjuang melawan siklus yang sebenarnya bisa diputus. Ingat, progres lebih penting daripada kesempurnaan. Kamu tidak sendiri. Minta dukungan dan mulai dari satu langkah kecil hari ini," kata dia. (*)

Tags : bekerja, menunda pekerjaan, menunda-nunda, melalaikan waktu, nasihat Islam ,