SENI BUDAYA - Isi bait-bait syair yang terukir pada batu nisan di kompleks makam bersejarah di Dusun Lampoeh Luboek, Gampong Punge Blangcut, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh, terkuak. Bait-bait itu ternyata berisi informasi penting tentang sejumlah tokoh yang hidup pada zaman Kerajaan Aceh Darussalam.
Dikutip Dream dari Atjehpost, Rabu 3 Desember 2014, tokoh penting yang hidup pada era Aceh Darussalam itu di antaranya adalah seorang wanita bangsawan. “ Inskripsi pada batu nisan –makam wanita bangsawan itu- menyebutkan namanya Paduka Raja...,” tulis peneliti sejarah dan kebudayaan Islam, Taqyuddin Muhammad. Namun, tulisan itu terpotong karena batu nisan patah.
Inskripsi dari batu nisan yang ditemukan pada 30 November silam itu menyebut wanita ini wafat pada hari Rabu, 25 Jumadil Akhir 987 H, atau 19 Agustus 1579. “ Pada batu nisan itu juga tertulis bait-bait syair, yang di antaranya ungkapan Al-Mu’tamid bin ‘Abbad (wafat 488 H/1095 M), raja terakhir Dinasti ‘Abbad di Andalusia (Spanyol),” tambah Taqiyuddin.
Bait-bait syair yang tertulis pada batu nisan itu jika diterjemahkan berbunyi:
Kematian adalah pintu setiap orang pasti lalu
Manalah kau tahu ke negeri mana setelah pintu Syurga ‘Adnin jika amalmu Tuhan kenan
Jika tidak, nerakalah tempat berpulang
Hanya dua tempat, tiada lainnya bagi hamba
Maka pilihlah ke negeri mana jadi pilihan
Syurga Firdauslah tempat bersenang para hamba
Jika khilaf silap terbuat, maka yakinlah Tuhan Pemaaf
Menurut Taqiyuddin, satu nisan di kompleks makam Punge Blang Cut itu merupakan milik seorang pembesar kerajaan Aceh Darussalam abad ke-16. “ Ia adalah perdana menteri,” tulis Ahli Epigrafi Arab ini.
Terjemahan inskripsi pada nisan makam perdana menteri itu tertulis:
“ Ini nisan (makam) perdana menteri yang mulia yang kuat lagi terhormat (rela berkorban), yang melambangkan tutur bicaranya dengan berbagai pertempuran (khotbahnya bukan kata-kata tapi berbagai pertempuran yang diikutinya) Seri Maharaja Tun Hasan bin Tun Darawa (?) bin Kurmah binti Abatab (?/belum diketahui lebih lanjut keterangan tentang tokoh ini, red), Allah telah memuliakannya dalam meraih kemenangan… dan dalam rumah keturunan yang utama dalam masa Sultan ‘Alauddin Ri'ayat Syah tahun 1000 dari hijrah Nabi ke atas beliau seutama-utama shalawat dan seharum-harum salam.”
Sebelumnya, Kepala Pemuda Lingkungan Lampoh Lubhok, Punge Blangcut, Munzir, meminta pemerintah segera membangun cungkup untuk menaungi makam-makam bersejarah ini. Sehingga terhindar kerusakan akibat matahari serta hujan. Pemerintah Aceh juga diminta segera didaftarkan sebagai situs cagar budaya yang dilindungi oleh UU. (*)
Tags : Jejak, Sejarah Islam, sejarah, Aceh,