Internasional   2021/01/20 22:2 WIB

Jelang Pelantikan Biden, Warga Washington Terkurung di Rumah

Jelang Pelantikan Biden, Warga Washington Terkurung di Rumah
Barikade beton ditempatkan di sejumlah jalan di Washington DC yang sepi. Walikota Washington DC mengimbau warganya untuk tidak meninggalkan rumah dari 17 hingga 21 Januari, atau sehari setelah inagurasi.

INTERNASIONAL - Pelantikan Presiden terpilih Joe Biden dan Wakil Presiden terpilih Kamala Harris berlangsung di tengah ancaman kekerasan dari grup pendukung Presiden Donald Trump dan pandemi Covid-19.

Kondisi krisis berlapis itu membuat situasi Ibu kota Amerika Serikat terasa mencekam bagi penduduknya, termasuk bagi warga asal Indonesia bernama Mega Valentina. Perempuan itu bermukim tidak jauh dari Gedung Capitol yang diserbu massa pendukung Trump pada 6 Januari lalu. "Aku tinggal di daerah namanya Capitol Hill. Kebetulan daerah ini adalah tempat di mana US Capitol Building berada. Rumahku kurang lebih 800 meter dari gedung itu," kata Mega melalui sambungan Zoom dari Washington DC dirilis BBC.

Sedemikian dekatnya apartemen Mega dengan Gedung Capitol, dia bisa jelas mendengar dengungan sirine mobil-mobil polisi dan truk pemadam kebakaran di kawasan permukimannya saat gedung itu diserbu. Setelah kejadian itu, Mega bertahan di apartemennya. Akibat jalan-jalan ditutup memesan kebutuhan pokok di supermarket secara online menjadi tantangan. Ia harus membuat pesanan sejak tiga hari sebelumnya serta mempertimbangkan barter kebutuhan pokok dengan sesama warga asal Indonesia lainnya.

Apalagi sejak Walikota Washington DC mengimbau warganya untuk tidak meninggalkan rumah dari 17 hingga 21 Januari, atau sehari setelah inagurasi. Guna mengantisipasi perusuh, pagar-pagar setinggi empat meter didirikan mengelilingi Gedung Capitol dan tidak akan diturunkan selama 30 hari. Kini pagar-pagar itu pun telah dilengkapi kawat berduri. Selain itu, sebanyak 15.000 personel Garda Nasional pun telah dikerahkan di Washington DC.

Mobil-mobil lapis baja juga ditempatkan di berbagai jalan kota yang kini telah dibagi menjadi zona hijau dan zona merah. Banyak jalan ditutup sehingga menyulitkan warganya bepergian. Di satu sisi Mega mengaku merasa aman melihat sejumlah personel militer bersenjata di permukimannya. Namun, di sisi lain, Mega merasa ancaman kekerasan semakin nyata. Meski demikian, Mega memutuskan untuk tidak mengungsikan diri. "Nggak mengungsi, nggak keluar kota karena selain ada ancaman kericuhan di pelantikan, ini masih pandemi dan itu yang jadi dilema kalau keluar kota," jelas Mega.

Thomas Pepinsky, seorang profesor ilmu pemerintahan dari Universitas Cornell, Amerika Serikat, menolak anggapan itu. "Secara visual penyerbuan gedung Capitol dan gedung DPR MPR di Indonesia kelihatannya sangat sama. Tapi yang terjadi di belakang visual itu adalah proses yang sangat berbeda," kata Thomas.

Menurutnya, yang terjadi pada 1998 di Jakarta, mahasiswa dan massa lain berdemonstrasi dan masuk ke gedung untuk menunggu keputusan Presiden Suharto dan rezim pemerintahannya. Sedangkan yang terjadi di Washington DC, kata Thomas, adalah massa bersenjata yang mengamuk karena menuduh ada kecurangan dalam pemilu walau klaim itu tidak dapat dibuktikan melalui penghitungan ulang maupun lewat pengadilan. "Itu jauh berbeda dengan yang kita lihat di Jakarta pada hari-hari terakhir rezim pak Harto," ujar Thomas yang pernah tinggal di Indonesia untuk meneliti dampak politik dari krisis moneter.

Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih akan tetap diadakan di area luar Gedung Capitol yang rutin digunakan untuk acara pelantikan Presiden AS. Media setempat menganggap kelangsungan ini adalah bukti ketahanan rakyat Amerika. Yang lebih penting, menurut Thomas Pepinsky, acara pelantikan ini menunjukkan bahwa pemerintahan Amerika tetap berjalan dan ancaman dari perusuh tidak bisa menghentikan roda pemerintahan.

Selain menanti acara pelantikan Joe Biden dan Kamala Harris, rakyat Amerika tengah menunggu sidang Senat soal pemakzulan Donald Trump atas tuduhan menghasut massa untuk menyerang Gedung Capitol. Jika Senat menyetujui, Trump berpotensi dilarang mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden di masa mendatang. Persetujuan Senat, menurut Thomas, harus dicapai oleh dukungan Partai Demokrat dan Partai Republik. "Kalau persetujuan antarpartai itu tidak mungkin, kondisi demokrasi di AS memburuk lagi," tutur Thomas.

Pasca serangan Gedung Capitol, seluruh negara bagian di Amerika bersiaga atas ancaman keamanan lanjutan. "Mungkin akan ada lagi insiden, saya pikir peristiwa tersebut bukanlah yang terakhir. Meskipun begitu, penting untuk diingat bahwa pemerintahan Biden punya agenda ambisius untk membina hubungan konstruktif dengan mitra-mitra internasional Amerika. Ini bisa terjadi, walau insiden itu hanyalah yang pertama dari serangkaian gangguan ddalam politik Amerika," kata Thomas.

Di New Orleans, Negara Bagian Lousiana, jurnalis sebuah stasiun TV lokal, Paul Dudley, mendapat instruksi dari atasan untuk mencopot stiker-stiker logo stasiun televisi dari truk yang biasa ia kendarai untuk bekerja bersama timnya. Hal ini dilakukan menanggapi serbuan Gedung Capitol, ketika sejumlah jurnalis menjadi target penyerangan. "Ada satu hal yang menarik. Atasan kami mengimbau tetap membawa tanda pengenal untuk bisa diperlihatkan Tetapi penting untuk tidak menggunakan tali untuk menggantung kartu identitas di lehermu, karena itu bisa digunakan untuk melumpuhkanmu," kata Paul di New Orleans.

Paul mengamati opini yang berseliweran di jejaring sosial yang digunakan kaum berhaluan ekstrem kanan yang menargetkan jurnalis. "Ada sebuah postingan yang cukup viral yang mengatakan bahwa kami menghalangi proses revolusi," jelas Paul.

Presiden AS Donald Trump telah menyampaikan pidato perpisahannya sebelum meninggalkan Gedung Putih, dengan mengatakan, "Kami telah melakukan sebagaimana yang harus kami lakukan saat menjabat - dan ada banyak lagi. Dalam sebuah video yang diunggah di YouTube, dia berkata bahwa dia menjalani "pertempuran yang sulit, pertarungan yang paling sulit ... karena itulah yang Anda ingin saya lakukan ketika memilih saya."

Trump masih belum sepenuhnya menerima hasil pemilu November lalu, yang menunjukkan ia kalah dari kandidat Demokrat Joe Biden. Biden akan dilantik sebagai presiden pada hari Rabu (20/01).

Dua minggu terakhir masa jabatan Trump didominasi oleh dampak dari kerusuhan mematikan di Capitol Hill, ketika massa pendukungnya menyerbu Kongres, berusaha untuk membatalkan hasil pemilu. "Kekerasan terkait politik adalah serangan terhadap segala sesuatu yang kita hargai sebagai orang Amerika. Itu tidak pernah bisa ditoleransi," kata Trump dalam videonya. Ia tidak menyebut nama Biden dalam video itu.

Trump telah dimakzulkan karena "menghasut pemberontakan" terkait serangan di Capitol dan akan diadili di Senat setelah dia meninggalkan jabatannya. Jika terbukti bersalah, dia bisa dilarang mencalonkan diri untuk jabatan publik. Dia adalah presiden pertama dalam sejarah AS yang dimakzulkan dua kali. Pada persidangan pertamanya, dia dibebaskan dari tuduhan terkait masalah Ukraina oleh mayoritas Partai Republiknya.

Kekerasan bermotif politik telah membayangi kasus Covid-19 yang meningkat di negara itu, dengan lebih dari 400.000 orang Amerika meninggal dan 24 juta orang telah terinfeksi virus itu. Dalam pesannya, Trump mengatakan pemerintahannya membangun "ekonomi terbesar dalam sejarah dunia". Pasar saham AS telah pulih dari pandemi virus corona, dengan indeks Nasdaq naik 42% pada tahun 2020, dan S&P 500 naik 15%.

Namun, sektor perekonomomian lain menghadapi banyak tantangan. Sejumlah pengusaha memangkas pekerja-pekerja pada bulan Desember. Penjualan ritel turun dalam beberapa bulan terakhir, sementara klaim pengangguran meningkat. "Agenda kami bukan tentang [sayap] kanan atau kiri, ini bukan tentang Republik atau Demokrat, tetapi tentang kebaikan bangsa, dan itu berarti seluruh bangsa," kata Trump.

Dia meninggalkan kantor dengan peringkat approval sebesar 34%, rekor yang rendah untuk presiden yang akan meninggalkan jabatannya. Donald Trump, dalam pidato perpisahan 20 menit yang direkam sebelumnya, mengatakan bahwa pemerintahannya telah melakukan apa yang harus dilakukannya selama menjabat dan ada banyak lagi yang sudah dilakukan.

Seseorang dapat memperdebatkan seberapa penting pencapaiannya - apakah tembok perbatasan sepanjang 640 km yang dibangun kembali, pemotongan pajak, pembatalan sejumlah peraturan yang dibuat pendahulunya, hakim-hakim yang ditunjuknya, perang dagang, hingga perjanjian diplomatik Timur Tengah - bisa dianggap pencapaian substantif.

Trump mencalonkan diri sebagai presiden pada 2016 untuk mengguncang tatanan politik yang ada. Dia berkampanye sebagai orang luar yang berjanji untuk memberikan suara kepada mereka yang tidak mempercayai sistem yang ada dan merasa sistem itu tidak lagi berfungsi untuk mereka. "Saya menjalani pertempuran yang sulit, pertarungan yang paling sulit, pilihan yang paling sulit karena itulah yang Anda ingin saya lakukan ketika memilih saya," katanya.

Kerusuhan dan kebencian yang ditunggangi Trump ke Gedung Putih memuncak dan pecah di Capitol AS dua minggu lalu, meninggalkan reruntuhan - baik secara literal maupun metafora- yang akan membutuhkan waktu dan sejumlah upaya untuk diselesaikan. Setelah empat tahun menghancurkan norma dan tradisi, mengubah ekspektasi terhadap perilaku presiden, Trump meninggalkan pemerintahan AS yang berubah - secara fundamental dan, mungkin, tidak dapat diubah kembali.

Bagaimana Biden mempersiapkan diri?

Biden dan istrinya Jill Biden meninggalkan negara bagian asal mereka di Delaware pada hari Selasa (19/01) untuk kembali ke Washington. Di Washington pula lah dia pernah menjabat sebagai senator selama 36 tahun sebelum menjadi wakil presiden untuk Barack Obama dari 2008 hingga 2016. "Ketika saya meninggal dunia, Delaware akan tertulis di hati saya," katanya dalam pidato perpisahan yang emosional.

Pada hari Rabu, dia akan berangkat ke Gedung Putih dan kemudian ke Capitol untuk pelantikannya pada pukul 12:00 waktu setempat. Kali ini pelantikan Presiden AS akan sangat berbeda: Washington berada di bawah pengamanan ketat setelah kerusuhan Capitol, dengan ribuan tentara cadangan dari Garda Nasional dikerahkan dan pagar besi dipasang di sekitar Gedung Putih.

Hanya sejumlah orang yang diizinkan berada di National Mall untuk menyaksikan pelantikannya, berbeda dengan pelantikan presiden sebelumnya yang biasanya dihadiri ratusan ribu orang. Di antara mereka yang tidak datang adalah Trump. Dia terbang ke Florida pada Rabu pagi - presiden pertama yang melewatkan pelantikan penggantinya sejak Andrew Johnson pada 1869.

Pelantikan di Washington DC Rabu siang waktu setempat, digelar dengan pengamanan yang sangat ketat, menyusul insiden penyerbuan para pendukung Donald Trump di Gedung Capitol dua pekan lalu yang menewaskan lima orang. Tak kurang dari 25.000 personel dikerahkan untuk mengamankan prosesi pelantikan Biden. Selain di Washington DC, anggota Garda Nasional juga ditempatkan wilayah-wilayah di sekitarnya, seperti Virginia dan Maryland. 

Kehadiran aparat keamanan membuat suasana seperti perang, apalagi jalan-jalan menuju ke Washington DC ditutup, sebagaimana disaksikan oleh Didi Prambadi, chief operations officer di Indonesianlantern.com, portal komunitas Indonesia di Amerika Serikat. "Sejumlah pasukan tidur dan berdiam dalam gedung parlemen untuk beristirahat dan sebagian lainnya berjaga di luar gedung. Tidak lupa mereka mendirikan pagar tinggi, sekitar 3 meter, untuk menghalang demonstran yang diperkirakan akan hadir dan merusak suasana pelantikan," kata Didi. 

Ucu Agustin, pembuat film dokumenter Indonesia yang tinggal di Washington DC, menyaksikan pelantikan Trump pada 2017 lalu. Ia bercerita seperti apa perbedaannya dengan kondisi sekarang. "Terlihat sekali memang berbeda. Waktu pelantikan Trump, kita santai aja bisa masuk ke area tempat pelantikan, orang calo tiket dagang tiket inagurasi. Sekarang boro-boro itu terjadi. "Yang kita lihat sudah semakin ketat [penjagaan keamanannya]," kata Ucu. (*)

Tags : Pelantikan Joe Biden, Presiden AS, Warga Washington Terkurung di Rumah,