"Beberapa penelitian menjelaskan bahwa virus corona berisiko besar pada kategori usia di atas 50 tahun dan juga orang dengan penyakit seperti jantung, diabetes dan hipertensi, bahkan ada kecendrungan jenis kelamin pengaruhi imunitas dan pria lebih berisiko terinfeksi Covid-19"
eberapa penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa virus corona berisiko besar pada kategori usia di atas 50 tahun dan juga orang dengan penyakit seperti jantung, diabetes dan hipertensi. Namun selain itu, dari data yang dihimpun di banyak negara, pria juga dinilai lebih berisiko terpapar dan meninggal karena virus corona Covid-19.
Di sejumlah negara, pasien pria lebih banyak terinfeksi dan meninggal karena corona. Seperti di Italia, perbandingan kasus infeksi pria dan wanita 53 berbanding 47 persen. Sementara tingkat kematiannya 68 berbanding 32 persen. Di China, kasus positif corona pasien pria juga lebih banyak, yaitu 51 persen berbanding pasien perempuan yaitu 49 persen. Tingkat kematian pasien pria karena virus corona di China juga lebih tinggi yaitu 64 persen, dibandingkan perempuan 36 persen.
Mengutip data yang ada di kawalcovid19, dari kasus positif yang dilaporkan, 62,5 persen adalah laki-laki dan 37,5 perempuan. Pria juga mendominasi di semua kelompok umur, kecuali di rentang 20-29 tahun. Epidemiolog Indonesia kandidat doktor dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menilai alasan tepatnya terkait kondisi tersebut masih terus diteliti untuk memastikannya.
Meskipun ada sebagian yang menyebut faktor kebiasaan merokok, mobilitas dan obesitas bisa jadi pendorongnya. Hal itu mengingat di negara yang banyak terdampak virus corona seperti China, Perancis, Italia, Korea Selatan pasien pria mengalami kematian 50 persen lebih besar dari wanita. "Secara umum, profile kesehatan para pria di negara tersebut adalah, perokok dan peminum alkohol," kata Dicky pada media.
"Perbandingannya 71 pria mati per 100.000 dibanding 39 wanita per 100.000 kasus," jelasnya.
Selain faktor gaya hidup, Dicky juga mengatakan, ada teori yang menyebutkan bahwa pria memiliki respon imunitas yang lebih rendah dari wanita. Mengenai faktor imun atau daya tahan tubuh ini, Dicky mengatakan, studi pada kasus epidemi HIV dan hepatitis juga memperlihatkan bahwa wanita memiliki reaksi imunitas yang lebih kuat (bagus) terhadap virus. Hal itu mengingat wanita memiliki 2 kopi kromosom X sementara pria hanya satu. Kromosom X ini yang diketahui memiliki banyak sekali gen respon imunitas. Namun dia juga mengingatkan bahwa hal itu perlu diteliti lebih lanjut. Sebab ada faktor budaya atau sosial yang bisa berpengaruh. Seperti misalnya fakta bahwa umumnya wanita lebih sering datang untuk memeriksakan kesehatan, sehingga lebih menurunkan kemungkinan untuk jatuh pada sakit kritis. "Sementara sebaliknya pria cenderung ada dalam sosok perkasa, merasa sehat dan hanya berobat ketika sakit parah," ungkap Dicky.
Tes virus corona Dicky juga menyebutkan dari sekitar 1,5 juta tes Covid-19 yang dilakukan di AS sampai 10 April, menunjukkan bahwa mayoritas peserta tes adalah wanita (56 persen). Dari 56 persen peserta tes ini didapati 16 persenya positif. Sebaliknya, dari 1,5 juta tes itu, meskipun hanya 44 persen pria yang dites tapi dari jumlah tersebut 23 persennya terbukti positif. "Ini memberi tanda bahwa pria belum terdorong atau bersikap pro aktif untuk melindungi kesehatan dirinya sendiri. Pria harus didorong untuk memeriksakan diri lebih awal dan jangan menunggu sampai timbul gejala," jelas dia. Dicky yang juga terlibat dalam penanganan pandemi flu burung mendampingi Siti Fadilah Supari (mantan Menteri Kesehatan RI) mengatakan, kasus serupa juga terjadi pada pandemi SARS, dimana kaum pria menjadi gender yang lebih rawan menjadi korban dan mengalami kematian dibanding wanita. "Saat SARS, angka kematian pasien pria di Hong Kong adalah 21,9 persen dan wanita 13,2 persen," paparnya. "Itu teori yang saat ini difahami terkait hubungan gender dan pandemi, mengacu pada kasus pandemi atau epidemi sebelumnya. Namun untuk lebih tepatnya terkait Covid-19, tentu kita akan melihat penelitian lebih lanjut," ungkap Dicky.
Pria lebih berisiko terkena covid-19
Kasus terkonfirmasi Covid-19 di Riau berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak terpapar adalah laki - laki. "Data dari Dinas Kesehatan Riau, kasus terkonfirmasi Covid-19 di Riau yang paling banyak itu yang berjenis kelamin laki - laki, yakni dengan jumlah mencapai 10.054 orang. Kalau dipersentasekan mencapai 52,1 persen," dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Riau, Mimi Yuliani Nazir, Jumat (27/11).
Sedangkan untuk yang berjenis kelamin perempuan, sambungnya, berjumlah 9.242 orang, dengan persentase mencapai 47,9 persen. "Dan kalau dilihat berdasarkan golongan umur, kasus terkonfirmasi Covid-19 Riau yang paling tinggi itu pada rentang usia 18-40 tahun, dengan jumlah 9.256 orang. Di posisi kedua yakni rentang usia 40-60 tahun, dengan jumlah 5.922 orang," terangnya.
Peringkat ketiga rentang usia 5-18 tahun dengan jumlah kasus 2.232 orang. Lalu, rentang usia 60 tahun ke atas dengan jumlah kasus 1.206 orang, dan rentang usia 1-5 tahun berjumlah 680 orang. "Kalau dipersentasekan, rentang usia 18-40 tahun tersebut mencapai 48 persen, kemudian usia 40-60 tahun persentasenya 30,7 persen, usia 5-18 tahun pepersentasenya sebesar 11,6 persen," sebutnya menambahkan rentang usia 60 tahun ke atas persentasenya sebesar 6,3 persen, dan 1-5 tahun memiliki persentase sebesar 3,5 persen.
Kasus covid-19 masih tinggi
Temuan kasus positif baru Covid-19 di Riau masih cukup tinggi. Tercatat peningkatan kasus baru masih di atas 200 kasus setiap harinya. Begitu juga dengan kasus kematian yang bertambah setiap harinya. Berdasarkan data laporan harian Satgas Nasional Penanganan Covid-19 kasus positif baru bertambah 261 orang, sedangkan pasien sembuh hanya 190 orang dan kasus meninggal dunia sebanyak delapan orang. Jumlah keseluruhan kasus positif di Riau sampai , Jumat 27 November 2020 kemarin berjumlah 19.596, sedangkan total pasien sembuh 16.959 orang dan 436 kasus meninggal dunia. Dengan demikian, sisa kasus positif di Riau yaitu 2.201 orang.
Sedangkan perkembangan jumlah kasus nasional, hari ini terdapat 5.828 kasus baru ditemukan, totalnya mencapai 522.581 kasus. Sementara pasien sembuh bertambah sebanyak 3.807 dengan total keseluruhan 537.456 orang. Sedangkan kasus meninggal dunia dilaporkan bertambah 169 orang, dengan total seluruhnya 16.521 kasus.
428 warga Riau meninggal
Sementara sampai saat ini, Jumat 27 November 2020, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Riau mencatat sebanyak 428 orang pasien yang terkonfirmasi Covid-19 di Riau meninggal dunia. Melihat rekapan data tersebut, berarti terjadi penambahan empat kasus pasien yang meninggal dunia di Riau akibat Covid-19 jika dibandingkan dengan data pada Kamis, 26 November 2020 semalam. "Dalam melakukan penanganan Covid-19 tidak hanya mencegah dan menghambat penularan virus saja, tetapi kita juga harus bisa menekan angka kasus pasien yang meninggal dunia. Terlebih melihat data sekarang, setiap hari selalu ada yang meninggal akibat Corona di Riau, dan hal ini harus menjadi perhatian bersama," ungkap Juru Bicara Penanganan Covid-19 Riau dr Indra Yovi.
Untuk informasi, menurut data Satgas Covid-19 Riau Per 27 November 2020, juga tercacat sebanyak 19.296 kasus terkonfirmasi. Dengan rincian 1.895 menjalani isolasi mandiri, 198 di rawat di rumah sakit, dan 16.775 kasus yang sebelumnya terkonfirmasi Covid-19 dinyatakan sembuh. Sedangkan untuk data suspek, secara keseluruhan berjumlah 53.237, dengan rincian 6.978 menjalani isolasi mandiri, 74 isolasi di rumah sakit, 16.018 sudah selesai menjalani isolasi dan 167 lainnya dinyatakan meninggal dunia. Karena mengingat angka kasus terkonfirmasi Covid-19 Riau yang masih tinggi, makanya Gubernur Riau Syamsuar sebelumnya juga sempat menegaskan bahwa pemerintah daerah didorong semaksimal mungkin untuk melakukan sosialisasi disiplin protokol kesehatan secara masif terhadap masyarakat.
Dan ia juga meyakini bahwa langkah tersebut sangat bisa membantu dalam melakukan penekanan angka kasus terkonfirmasi Covid-19 di Riau. "Kami tidak akan pernah berhenti dan bosan mengingatkan masyarakat untuk patuh dalam menjalankan protokol kesehatan, seperti menerapkan 3M, karena untuk melakukan penanganan wabah ini harus dilakukan secara bersama-sama, dan tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah semata," jelasnya. (*)
Tags : virus, virus corona, corona, gejala corona, update corona, pasien virus corona, corona di indonesia, pria paling banyak terkena corona,