Internasional   2020/12/16 16:20 WIB

Joe Biden Menangkan Electoral College, Mendapat 'Ucapan Selamat dari Kepala Negara'

Joe Biden Menangkan Electoral College, Mendapat 'Ucapan Selamat dari Kepala Negara'

INTERNASIONAL - Anggota senior Partai Republik yang menjabat Ketua Mayoritas Senat, Mitch McConnell, mengucapkan selamat kepada Joe Biden atas kemenangannya dalam pemilihan presiden, enam pekan setelah pemungutan suara berakhir.

Senator McConnell berbicara setelah electoral college secara resmi mengukuhkan kemenangan Biden atas calon petahana Donald Trump. Kandidat partai Demokrat itu memenangkan 306 suara electoral college, sedangkan Trump mendapat 232. Presiden Trump masih menolak mengakui kekalahan, dan membuat klaim-klaim tanpa bukti tentang kecurangan pemilu yang meluas.

Hubungan dengan Senat, yang saat ini dikuasai partai Republik, akan sangat penting bagi kepresidenan Biden. Biden mengunjungi Atlanta, Georgia, untuk berkampanye bersama Partai Demokrat menjelang pemilihan putaran kedua Senat bulan depan. Dua kursi diperebutkan pada 5 Januari dan dapat menentukan apakah Demokrat akan mengambil alih kekuasaan Republik di Senat.

Demokrat telah menguasai DPR

Setelah pengukuhan kemenangan Biden pada hari Senin, tiga pemimpin dunia yang awalnya menolak mengucapkan selamat kepada sang presiden-terpilih, melakukannya pada hari Selasa. Mereka adalah Presiden Rusia, Vladimir Putin; Presiden Brasil, Jair Bolsonaro; dan Presiden Meksiko, Andrés Manuel López Obrador. Dalam pidato di ruang Senat, McConnell berkata ia mengharapkan "hasil yang berbeda" dari pemilihan tanggal 3 November namun electoral college telah berbicara. "Jadi hari ini saya ingin mengucapkan selamat kepada Presiden-terpilih Joe Biden," ujarnya dilansir BBC News.

Juga mengucapkan selamat pada calon wakil Biden, Kamala Harris, ia menambahkan: "Semua warga Amerika boleh bangga bahwa negara kita punya wakil presiden-terpilih perempuan untuk pertama kalinya. Biden belakangan mengatakan ia telah menghubungi McConnell lewat telepon untuk berterima kasih atas ucapan selamatnya, dan keduanya sepakat untuk "ketemuan secepatnya".

Ketua fraksi Demokrat di Senat, Chuck Schumer, meminta Trump untuk "mengakhiri masa jabatannya dengan sedikit keikhlasan dan martabat". "Demi demokrasi kita, demi peralihan kekuasaan yang damai, ia harus menghentikan tindakan tak jujur, menghentikan kebohongan dan mengakui bahwa Joe Biden akan menjadi presiden kita berikutnya," ujarnya.

Presiden Trump tampak tidak mengubah sikapnya. Dalam sebuah twit pada Selasa, ia berkata tanpa menyodorkan bukti bahwa "bukti yang sangat banyak" tentang kecurangan pemilu telah "berdatangan". Kita ditanya apakah Trump mengakui Biden sebagai presiden-terpilih, sekretaris pers Gedung Putih Kayleigh McEnany hanya mengatakan bahwa presiden masih terlibat dalam litigasi yang sedang berlangsung terkait pemilu.

Peluang Trump semakin tipis

Butuh lebih dari sebulan, tapi Mitch McConnell akhirnya mengakui hal yang sudah jelas — bahwa Joe Biden akan menjadi presiden AS berikutnya. Setelah kepergian Donald Trump dari Gedung Putih, pemimpin mayoritas Senat akan menjadi politisi Partai Republik paling senior di AS, jadi ucapan selamatnya kepada sang presiden-terpilih dari Partai Demokrat sangat berarti.

Pernyataan itu akan melindungi anggota Kongres lainnya yang mungkin selama ini bungkam agar tidak menimbulkan kemarahan Donald Trump. Ini memungkinkan proses transisi kepresidenan untuk berjalan secara lebih tradisional — setidaknya dalam hal hubungan antara Kongres dan pemerintahan yang akan datang. Dengan McConnell sekarang menerima kemenangan Joe Biden, langkah terakhir Presiden Trump - menggugat kekalahannya dalam pemilu di Kongres pada 6 Januari - juga menjadi lebih sia-sia. Tidak hanya akan diblokir oleh DPR yang dikuasai Demokrat, tampaknya ia juga tidak mungkin mendapatkan dukungan di Senat.

Sekarang tanggapan Trump dinanti-nanti. Akankah ia mengabaikan pernyataan McConnell atau menambahkannya ke daftar musuh dalam partainya sendiri yang harus dikonfrontasi dan dikecam? Kata-kata dan tindakan presiden selanjutnya dapat mengungkap kedalaman gejolak politik yang akan dihadapi partai Republik di hari-hari mendatang.

Ketika Biden mengambil alih Gedung Putih pada 20 Januari, ia akan membutuhkan dukungan dari kedua majelis di Kongres untuk mewujudkan janji-janjinya semasa pemilu. Meskipun Demokrat menguasai DPR, di Senat partai McConnell memegang 52 dari 100 kursi. Tapi ini bisa berubah pada Januari ketika dua pemilihan putaran kedua secara terpisah diadakan di Georgia. Dalam kedua pemilihan itu, kandidat petahana Republik menghadapi pendatang baru dari Demokrat: Senator David Perdue, 70 tahun, bersaing dengan Jon Ossoff, 33 tahun, pembuat film dokumenter; sementara Senator Kelly Loeffler, 50 tahun, melawan Rev Raphael Warnock, 51 tahun, pendeta senior di sebuah gereja Baptis di Atlanta. 

Berbicara dalam pawai di Atlanta pada hari Selasa, Biden berterima kasih kepada para pemilih karena telah percaya kepadanya dan "berdiri teguh". Ia berkata: "Suara Anda didengar, suara Anda dihitung, dan dihitung dan dihitung lagi. Saya mulai merasa seperti memenangkan Georgia tiga kali". Tapi ia menekankan bahwa untuk mewujudkan program-programnya, ia membutuhkan dua senator Demokrat — "bukan dua senator yang akan menghalang-halangi".

"Beri saya dua orang ini dan kami akan mengendalikan Senat dan kami akan mengubah kehidupan masyarakat di Georgia," kata Biden, seraya menambahkan bahwa Senat seharusnya mengesahkan paket bantuan Covid "berbulan-bulan lalu" tetapi "tidak melakukan apa-apa".

Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan bahwa Warnock mengungguli Loeffler, sementara persaingan Perdue-Ossoff sangat ketat. Jika Demokrat memenangkan kedua kursi itu, Senat akan terbagi rata — namun Demokrat tetap menang. Wakil presiden AS punya kewenangan untuk memecah kebuntuan di Senat, yang berarti bahwa dengan Kamala Harris di jabatan tersebut, Demokrat akan secara praktis mengendalikan kedua majelis. (*)

Tags : Joe Biden, Electoral College, Ucapan Selamat dari Kepala Negara,