
PEKANBARU - Kabut asap masih pekat terasa menyelimuti hampir seluruh wilayah Kota Pekanbaru, sejak sepekan terakhir ini.
Aroma menyengat dari kabut asap juga tercium kuat oleh warga. Hal ini tentu mengganggu kenyamanan dan kesehatan warga Pekanbaru yang setiap akhir pekan berolahraga di area Car Free Day (CFD).
Sementara itu dari data ISPUnet KLHK, kualitas udara di Kota Pekanbaru berada pada level sedang dengan nilai 72 PM 2.5, dimana tingkat kualitas udara masih dapat diterima pada kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan.
Tetapi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kembali melanda Provinsi Riau. Diketahui sejak kemarin lahan yang terbakar cukup luas di sejumlah daerah seperti Kabupaten Kampar, Rohil, Rohul, Pelalawan dan Kota Pekanbaru.
Bahkan, Sabtu 19 Juli 2025 siang kemarin, kebakaran lahan terjadi dekat perumahan Bumi Surya Damai, Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Garuda Sakti KM 6, Kabupaten Kampar.
Kabut asap pekat juga terlihat jelas di sekitar flyover Mal SKA Pekanbaru. Beberapa pengendara juga terlihat mulai mengenakan masker atau buff.
Selain itu, di beberapa wilayah lain di Kota Pekanbaru juga terasa kabut asap pekat.
Sementara berdasarkan pantauan citra satelit Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) per Minggu 20 Juli 2025, Provinsi Riau kembali mencatat angka tertinggi dalam sebaran titik panas (hotspot) di Pulau Sumatera.
Total sebanyak 586 titik panas terdeteksi di wilayah Riau, dari total 1.208 hotspot yang tersebar di seluruh Sumatera.
“Dari total 1.208 hotspot di Sumatera hari ini, Riau menjadi penyumbang terbesar dengan 586 titik panas,” ujar Forecaster On Duty BMKG Pekanbaru, Anggun.
Ia merinci, Kabupaten Rohil menjadi daerah dengan konsentrasi hotspot tertinggi di Riau, mencapai 354 titik. Disusul Rohul sebanyak 142 titik, Pelalawan 20 titik dan Kampar 16 titik.
Kemudian, di Kabupaten Siak 17 titik, Bengkalis 15 titik, dan Kota Dumai 15 titik. Sementara daerah lain seperti Kuansing mencatat 4 titik, Kepulauan Meranti 2 titik, dan Inhu 1 titik.
Anggun menyebutkan, lonjakan titik panas ini berpotensi besar terkait dengan kondisi kekeringan dan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Kondisi cuaca saat ini cukup kering, sehingga daerah-daerah rawan karhutla seperti Rohil dan Rohul perlu siaga penuh,” ungkapnya.
Secara regional, sebaran titik panas di provinsi lain di Sumatera, terdiri dari Sumut 300 titik, Sumbar 193 titik, Sumsel 67 titik, Jambi 53 titik, Babel 55 titik, Aceh 37 titik, Bengkulu 11 titik, Kepri 4 titik dan Lampung 2 titik.
Dengan melonjaknya jumlah hotspot ini, BMKG mengimbau masyarakat agar tidak melakukan aktivitas pembakaran terbuka, terutama di lahan perkebunan dan hutan.
“Kami meminta masyarakat untuk waspada. Jangan membuka lahan dengan cara membakar, karena kondisi angin dan kekeringan bisa mempercepat penyebaran api,” tutupnya.
Menanggapi titik hotspot semakin banyak, Gubernur Riau, Abdul Wahid melontarkan peringatan tegas kepada seluruh pihak yang masih nekat membuka lahan dengan cara membakar, baik masyarakat maupun korporasi.
Pernyataan ini dikeluarkan menyusul meningkatnya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di sejumlah wilayah provinsi tersebut.
“Kami mengingatkan dengan sangat keras. Jangan lagi membuka atau mengelola lahan dengan cara membakar. Musim kemarau saat ini membuat api sangat mudah menyebar dan sulit dipadamkan,” ujar Gubri.
Data terbaru menunjukkan, Kabupaten Rohil menjadi daerah dengan kejadian karhutla terbanyak, disusul Rohul, Kepulauan Meranti, Siak, Pelalawan, Kampar, Inhu, Dumai dan Pekanbaru.
“Kalau tidak bisa diingatkan, maka akan kami tindak. Saya sudah berkoordinasi dengan Kapolda dan Kejati Riau. Tidak boleh ada toleransi bagi pelaku pembakaran hutan dan lahan, baik individu maupun perusahaan,” tegas Wahid.
Pemprov Riau kini bersinergi dengan BNPB, BPBD, Manggala Agni, serta jajaran Forkompimda, untuk memadamkan titik-titik api.
“Kami telah menyiapkan sejumlah langkah strategis, termasuk mendatangkan helikopter bantuan dari Palembang dan Australia untuk melakukan water bombing,” jelas Gubri.
Tak hanya itu, upaya pemadaman juga dilakukan dengan teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang difokuskan di kawasan dengan luas kebakaran signifikan. Langkah ini diharapkan bisa memaksimalkan curah hujan buatan guna menekan penyebaran api.
“Kami tidak ingin bencana asap seperti tahun 2019 terulang. Kala itu, aktivitas masyarakat lumpuh, anak-anak tidak bisa sekolah, dan kualitas udara sangat buruk,” ujar Wahid.
Senada dengan Gubernur, Kapolda Riau, Irjen Pol Herry Heryawan juga menegaskan komitmen institusinya dalam menindak tegas pelaku kejahatan lingkungan.
“Setiap tindakan pembakaran lahan adalah bentuk kejahatan serius. Ini bukan hanya merusak alam, tapi juga mengancam kesehatan masyarakat dan masa depan generasi penerus,” kata Irjen Herry.
Ia memastikan, Polda Riau tidak akan memberi ruang bagi pelaku pembakar lahan, dan siap menjerat mereka dengan proses hukum tanpa pandang bulu. (*)
Tags : kebakaran hutan dan lahan, karhutla, riau, karhutla mengamuk lagi, titik hotspot kepung riau, karhutla buat kabut asap selimuti riau ,