Sorotan   2021/04/01 19:41 WIB

Kasus Covid Kembali 'Melonjak', Sekolah Terpaksa Ditutup Selama Tiga Minggu

 Kasus Covid Kembali 'Melonjak', Sekolah Terpaksa Ditutup Selama Tiga Minggu

"Sekolah-sekolah selama tiga pekan akan ditutup bersamaan dengan pembatasan kegiatan masyarakat secara nasional untuk mengatasi kasus Covid yang kembali melonjak"

ulai pekan depan semua sekolah harus menerapkan pembelajaran jarak jauh. Kebijakan lockdown itu sudah diberlakukan di beberapa tempat di Prancis awal Maret lalu, namun kini diperluas ke wilayah-wilayah lain. Semua toko yang non-esensial (tidak melayani kebutuhan pokok) harus tutup mulai Sabtu waktu setempat (2/4) dan akan ada larangan bepergian lebih dari 10 km dari rumah tanpa ada alasan yang kuat. 

Lebih dari 5.000 orang dirawat secara intensif di rumah-rumah sakit di Prancis saat ini terkait pandemi. Pada Rabu, kementerian kesehatan mengungkapkan 59.038 kasus baru. Hingga kini terdapat lebih dari 4,6 juta kasus penularan dan 95.495 kematian akibat Covid di Prancis. Dalam siaran televisi secara langsung pada Rabu waktu setempat, Macron menggambarkan situasi di Prancis saat ini "sensitif" dan bulan April ini akan menjadi masa menentukan. "Kita akan kehilangan kendali bila tidak bergerak sekarang," kata Presiden Emmanuel Macron kepada rakyatnya.

Pemimpin berusia 43 tahun itu mengatakan bahwa pemerintah tengah mengupayakan percepatan vaksinasi sekaligus berupaya mencegah meluasnya infeksi virus. Walau sekolah-sekolah tutup mulai pekan depan, kelas tetap terbuka bagi anak-anak pekerja di sektor kunci. Menurut Macron, langkah-langkah pembatasan yang telah diterapkan di 19 distrik awal Maret lalu - termasuk menutup kegiatan bisnis non-esensial, larangan bepergian lebih dari 10 km dari rumah dan tidak boleh pergi ke luar kota tanpa alasan yang kuat - akan diberlakukan secara nasional. "Semua orang harus membatasi kontak dengan orang lain," katanya.

Pihak berwenang tetap memberlakukan jam malam mulai pukul 19.00 dan warga kembali diminta bekerja dari rumah. Presiden Macron menyatakan bahwa "ujung dari lorong" akan terlihat bila masyarakat mematuhi langkah-langkah pencegahan dari pihak berwenang. Sementara itu parlemen akan membahas kebijakan terkini pemerintah itu sebelum digelar pemungutan suara (voting), ungkap kantor perdana menteri. 

Ketimbang momen-momen sebelumnya, politik covid di Prancis kini menjadi menarik. Satu hal, kebijakan Presiden Macron itu telah membuka serangan yang lebih jelas dari pihak oposisi - mereka dapat berargumen bahwa keputusannya pada bulan Januari lalu untuk mengesampingkan para ilmuwan dan tidak meluncurkan lockdown untuk kali ketiga adalah sebuah kesalahan besar.

Dia sudah diperingatkan saat itu bahwa jenis baru yang disebut varian Inggris tersebut akan merajalela di akhir Maret - dan itulah yang terjadi. Bagi musuh-musuhnya situasi saat ini adalah hasil dari keangkuhan Macron - kepercayaan diri yang tak tertahankan yang membuatnya berpikir dia lebih tahu daripada para dokter. Hal lain yang membuat masalah ini kian sensitif adalah Inggris. Setiap orang di Prancis dapat melihat betapa baiknya program vaksinasi di sana. Jika Inggris mulai kembali melanjutkan kehidupan yang normal sementara Prancis masih berjuang, ini jadi pertanyaan sulit yang bakal diajukan kepada presiden.

Dengan meningkatnya kasus penularan baru virus corona di Prancis, rumah-rumah sakit di kawasan Paris Raya mengalami lonjakan pasien di unit perawatan intensif (ICU). Banyak rumah sakit di Paris dan sekitarnya juga mulai mengurangi perawatan kasus non-covid. Federasi rumah sakit Prancis (FHF) pekan lalu mengingatkan bahwa bangsal-bangsal perawatan di penjuru negeri akan menghadapi lonjakan pasien secara luar biasa dalam beberapa pekan mendatang bila pihak berwenang tidak mampu mencegah kasus penularan baru. FHF pun mendesak pemerintah menerapkan "lockdown ketat" bila tidak ingin semua rumah sakit kewalahan.

Dalam wawancara dengan radio France Inter pada Selasa, kepala bagian penyakit menular Rumah Sakit Tenon di Paris, Gilles Pialoux, mengatakan bahwa kebijakan lockdown harus secepatnya diterapkan. "Kita sudah begitu banyak kehilangan waktu sehingga langkah-langkah yang diambil saat ini akan makin sulit dan berlangsung lebih lama," ujarnya, seraya mengaku bahwa para staf rumah sakit sudah sangat kelelahan.

Dukungan publik atas penerapan terkini lockdown secara nasional meningkat dalam beberapa hari terakhir. Hasil jajak pendapat Elabe Institute yang dipublikasikan Rabu menunjukkan bahwa 54% responden mendukung langkah itu. Wali Kota Paris Anne Hidalgo Rabu lalu pun mendukung penutupan sekolah. Bagi dia, langkah itu - yang dipandang pemerintah sebagai langkah terakhir - sangat perlu karena situasi yang dihadapi kini "sudah sangat serius."

Sekelompok guru sekolah sebelumnya melayangkan gugatan hukum atas Menteri Pendidikan Jean-Michel Blanquer karena telah "membahayakan nyawa banyak orang." Dia dituduh gagal melindungi tenaga pendidik saat berkontak secara rutin dengan para murid di ruang kelas. Di Jerman, para pemimpin Bavaria dan Baden-Wuerttemberg, dua wilayah yang paling parah dihantam pandemi di Jerman, sudah menyerukan pembatasan yang lebih ketat karena situasinya sudah lebih parah dari yang mereka duga. Kota Hamburg pun bersiap menerapkan jam malam pada Jumat.

Spanyol akan meninjau kembali peraturan baru yang diterapkan Rabu yang mewajibkan penggunaan masker wajah di luar ruangan - termasuk di pantai dan kolam renang - setelah makin banyak yang mengritik kebijakan itu. Lalu pihak berwenang di Portugal berencana menuntaskan vaksinasi semua warga yang masuk daftar prioritas minimal satu dosis paling lambat pada 11 April mendatang. Kepala satgas covid nasional kepada parlemen mengatakan prioritas diberikan kepada penghuni panti jompo, warga berusia 80 tahun ke atas, dan mereka yang berumur 50 tahun ke atas dengan kondisi tertentu.

Di Republik Ceko, hakim pengadilan membatalkan syarat bagi warga yang akan pulang dari negara-negara yang masuk daftar hitam untuk terlebih dulu dites negatif sebelum berangkat, karena tes covid itu bisa dilakukan saat mereka tiba. Sedangkan di Polandia, pihak berwenang mencatat rekor kematian harian tertinggi terkait Covid di tahun ini, yaitu sebanyak 653 jiwa pada Rabu. Total kematian covid di negara itu sudah sebanyak 53.045 jiwa sejak awal pandemi.

Sementara itu, kalangan pakar yang menyelidiki dugaan kaitan antara vaksin Oxford-AstraZeneca dengan pembekuan darah sejauh belum ditemukan faktor risiko secara spesifik, seperti umur, jenis kelamin, atau catatan medis, ungkap badan regulator obat-obatan Uni Eropa (EMA). Namun pihaknya juga menyatakan terus melakukan analisis.  Covid-19: Paris lockdown lagi, 1200 orang masuk perawatan intensif dalam sehari saat Prancis mulai hadapi gelombang ketiga pandemi corona

Ibu kota Paris, Prancis, bersiap kembali menerapkan karantina wilayah (lockdown) selama sebulan saat negara itu dikhawatirkan menghadapi gelombang ketiga pandemi Covid. Tak hanya Paris, 15 wilayah administratif tingkat dua (département) di negara itu juga menerapkan kebijakan yang sama mulai Jumat dini hari waktu setempat. Langkah-langkah ini tidak akan seketat lockdown sebelumnya, ungkap Perdana Menteri Jean Castex, karena masyarakat kali ini boleh olahraga di luar.

Prancis telah mencatat lebih dari 35.000 kasus baru penularan Covid dalam 24 jam terakhir. Castex mengatakan bahwa penularan "gelombang ketiga" ini tampaknya semakin mungkin terjadi.  Situasi di Paris saat ini tergolong mengkhawatirkan, di mana 1.200 orang masuk perawatan intensif, lebih banyak saat puncak gelombang kedua penularan pada November lalu, ungkap Menteri Kesehatan Olivier Veran.

Dengan lockdown baru ini, kegiatan bisnis non-esensial terpaksa tutup, namun sekolah tetap buka. Masyarakat tetap boleh olahraga di luar rumah sampai sejauh 10 km, namun tidak boleh pergi ke luar kota kecuali punya alasan genting. Mereka yang tinggal di wilayah yang terkena lockdown harus mengisi formulir bila terpaksa bepergian. Jam malam di penjuru Prancis masih berlaku. Namun, dimulai lebih mundur sejam menjadi pukul 19.00 waktu setempat, mengingat durasi waktu di siang hari jadi lebih panjang.
Prancis lanjutkan pakai vaksin AstraZeneca

Kekhawatiran adanya gelombang ketiga itu muncul setelah pemerintah Prancis menghadapi kritik atas lambannya program vaksinasi. Mulai Jumat ini, Prancis akan melanjutkan imunisasi dengan vaksin AstraZeneca setelah Badan Regulator Obat-obatan Uni Eropa (EMA) mengumumkan bahwa vaksin itu aman digunakan. PM Castex menyatakan akan langsung menerima vaksin itu untuk membuktikan keamanannya.

Prancis sebelumnya menunda pakai vaksin Astrazeneca setelah muncul sejumlah kasus pembekuan darah yang dialami penerimanya. Survei yang digelar, bersamaan dengan pengumuman penangguhan itu, mengungkapkan hanya 20 warga Prancis yang percaya dengan vaksin AstraZeneca. Sebelumnya, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, meminta Eropa dan Amerika Serikat segera mengirim 5% pasokan vaksin Covid-19 yang mereka miliki ke negara-negara berkembang.

Macron berkata pada Financial Times bahwa kegagalan membagikan vaksin secara merata telah memperparah ketidaksetaraan global. Sejauh ini sebagian besar vaksinasi telah dilakukan oleh negara-negara berpenghasilan tinggi. Macron mengusulkan rencananya untuk mengatasi ketidakseimbangan vaksinasi menjelang pertemuan puncak virtual para pemimpin dunia G7 pada hari Jumat (19/02).

Adapun Gedung Putih mengatakan Presiden AS Joe Biden akan mengumumkan janji pemberian dana sebesar US$4 miliar, atau setara Rp56,4 triliun untuk skema berbagi vaksin global, yang dikenal sebagai Covax. Sementara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson - yang akan memimpin pertemuan itu - diharapkan akan mendedikasikan kelebihan dosis yang dimiliki negaranya untuk Covax.

Hingga saat ini, setidaknya 110 juta orang telah terinfeksi virus di seluruh dunia dan lebih dari 2,4 juta meninggal dunia, menurut data dari Universitas Johns Hopkins. "Kita tidak serta merta berbicara tentang miliar dosis, atau miliaran dan miliaran euro, " kata Macron kepada FT.

"Ini lebih tentang dengan cepat mengalokasikan 4-5% dari dosis yang kita miliki. Ini tidak akan mengubah kampanye vaksinasi kita, tapi masing-masing negara menyisihkan sebagian kecil dari dosis yang diperlukan bagi puluhan juta dari mereka, dengan sangat cepat, sehingga orang-orang dengan cepat melihatnya terjadi."

Macron menyebut Kanselir Jerman Angela Merkel mendukung inisiatif berbagi vaksin Eropa, seraya menambahkan ia berharap mendapat dukungan dari AS. Dengan belum adanya skema seperti itu saat ini, China dan Rusia mengisi celah tersebut, "membuka jalan bagi perang pengaruh atas vaksin", kata Macron.

Pada Rabu, Sekjen PBB António Guterres mencela distribusi global vaksin Covid-19 yang "sangat tidak merata dan tidak adil". a mengatakan baru 10 negara yang sudah memberikan 75% dari semua vaksinasi di seluruh dunia, sementara 130 negara belum menerima satu dosis pun. Negara yang lebih kaya dituduh menimbun vaksin dengan mengorbankan negara yang lebih miskin.

Beberapa negara berpenghasilan tinggi, seperti Inggris dan Kanada, telah memesan dosis yang cukup untuk memvaksinasi populasi mereka lebih dari satu kali. Pakar kesehatan mengatakan bahwa, kecuali vaksin dibagikan secara lebih merata, mungkin butuh waktu bertahun-tahun hinga akhirnya irus Corona dikendalikan di tingkat global. Tetapi pada pertemuan virtual G7 minggu ini - kelompok yang terdiri dari tujuh negara dengan ekonomi yang kuat - para pemimpin dunia diharapkan mengakui defisit vaksin antara negara-negara berpenghasilan tinggi dan rencah.

Dalam pidatonya di pertemuan virtual G7 nanti, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson disebut akan mengumumkan untuk menyisihkan sebagian besar kelebihan pasokan vaksin Inggris ke negara-negara miskin. Keputusan tentang kapan dan berapa banyak surplus akan didistribusikan akan dilakukan di akhir tahun. Inggris telah memesan lebih dari 400 juta dosis berbagai vaksin Covid-19, yang kemungkinan akan tersisa setelah semua orang dewasa divaksinasi.

Sumber di pemerintah Inggris mengatakan lebih dari setengah dosis berlebih akan masuk ke Covax, sebuah inisiatif PBB yang dimaksudkan untuk memastikan akses yang adil ke vaksin virus corona. Pemerintah Inggris juga menyumbangkan £548 juta, atau sekitar Rp9 triliun, untuk skema tersebut. Hampir 17 juta orang sekarang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin di Inggris, dengan 573.724 di antaranya telah menerima dua dosis. Johnson disebut akan menggunakan posisinya sebagai ketua G7 untuk mendorong kelompok tersebut agar merespons lebih baik terhadap penyakit menular di masa depan. (*)
 

Tags : Prancis Kembali Lockdown, Sekolah Ditutup Selama Tiga Minggu,