Pekanbaru   2024/10/07 10:29 WIB

Kasus Malaria Muncul di Pekanbaru, DPRD: 'Camat Hingga RT-RW Harus Berperan Aktif Gotong Royong'

Kasus Malaria Muncul di Pekanbaru, DPRD: 'Camat Hingga RT-RW Harus Berperan Aktif Gotong Royong'

PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pekanbaru memastikan bahwa kasus malaria yang marak terjadi di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) dan Rokan Hilir (Rohil) kini terdeteksi di Kota Pekanbaru bukan berasal dari penularan lokal, melainkan kasus impor yang dibawa dari luar kota. 

"Kasus Malaria Muncul di Pekanbaru."

"Kasus malaria di Pekanbaru hanya satu, dan itu merupakan kasus impor. Jadi, bukan penularan lokal yang terjadi di dalam kota," kata Sekretaris Dinkes Kota Pekanbaru, Fira Septiyanti, Jumat (4/10).

Menurutnya, Kota Pekanbaru tidak termasuk daerah endemis malaria, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir akan adanya penularan.

Fira menambahkan, sejak awal tahun 2024, pihaknya telah melakukan pemantauan ketat dan hingga saat ini belum ditemukan adanya kasus malaria yang berasal dari penularan lokal di Pekanbaru.

"Kami telah memantau secara rutin. Dari hasil pemantauan, hanya ada satu kasus yang dikonfirmasi, namun itu bukan berasal dari dalam kota. Jadi, tidak ada kebutuhan untuk menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) malaria di Pekanbaru," tegasnya.

Dinkes Kota Pekanbaru tetap waspada dengan mencatat adanya 35 alert atau tanda bahaya yang telah ditangani petugas kesehatan setempat.

Sebagai langkah antisipasi, Tim Surveilans Dinas Kesehatan juga terus melakukan pemantauan dan implementasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) di seluruh fasilitas kesehatan.

"Tim kami secara rutin melaksanakan SKDR, memberikan bimbingan kepada petugas di puskesmas dan rumah sakit, serta memastikan kesiapsiagaan mereka jika ada laporan kasus. Semua laporan SKDR dari puskesmas dan rumah sakit di Pekanbaru sudah lengkap dan dikirim tepat waktu," kata Fira.

Upaya pemantauan ini diharapkan mampu memastikan bahwa Pekanbaru tetap aman dari penyebaran malaria lokal, meskipun kewaspadaan terus dijaga.

"Kami selalu berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan tidak ada penularan lokal, dan masyarakat Pekanbaru bisa merasa tenang," sebutnya.

Meskipun Pekanbaru bukan daerah endemis malaria, tetapi masyarakat tetap diimbau untuk tetap menjaga kesehatan dan melapor segera jika mengalami gejala demam, menggigil, atau lemas yang bisa menjadi tanda malaria.

Dinkes juga mengingatkan warga yang sering bepergian ke daerah endemis seperti Inhil dan Rohil agar selalu melakukan pencegahan, termasuk penggunaan kelambu dan obat antinyamuk. 

 

PEKANBARU - Seiring dengan status darurat malaria yang telah ditetapkan di Kabupaten Inhil dan Rohil, Kota Pekanbaru kini tengah meningkatkan kewaspadaan.

Meski saat ini Pekanbaru tidak masuk dalam daftar daerah endemis malaria, munculnya satu kasus impor dari pendatang luar kota menjadi peringatan bagi pihak berwenang untuk tidak menganggap enteng potensi penyebaran penyakit ini.

"Meski Kota Pekanbaru tidak masuk dalam daerah endemis malaria, namun harus diantisipasi. Caranya tentu dengan menjaga kebersihan lingkungan. Tapi ini jangan dianggap sepele," kata Anggota DPRD Kota Pekanbaru, Davit Marihot Silaban, Jumat (4/10).

Ia menyoroti bahaya genangan air yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk Anopheles, vektor penyebar malaria.

Kondisi cuaca yang tidak menentu dan hujan yang kerap terjadi dalam beberapa pekan terakhir di Pekanbaru memperparah situasi ini.

"Pembersihan lingkungan harus dilakukan secara kolektif, terutama di tempat-tempat lembap dan banyak genangan air. Langkah antisipasi itu tidak hanya sekadar konsep, tapi harus ril di lapangan. Upaya ini harus nyata agar malaria benar-benar tidak ada di Kota Pekanbaru," tegasnya.

Selain kebersihan lingkungan, Silaban juga memberikan saran agar masyarakat Pekanbaru mengurangi aktivitas di luar rumah pada malam hari. Hal ini dikarenakan nyamuk Anopheles lebih aktif menggigit pada senja hingga malam hari.

"Kami sarankan juga untuk menggunakan obat nyamuk atau lebih aman lagi pakai kelambu saat tidur," tambahnya.

Di sisi lain, Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Pekanbaru melalui Sekretarisnya, Fira Septiyanti, memastikan bahwa hingga saat ini tidak ada kasus malaria lokal di Pekanbaru.

"Malaria yang ada satu kasus merupakan kasus impor, berasal dari pendatang luar kota. Bukan penularan di Kota Pekanbaru," jelas Fira.

Sejak awal tahun 2024, Kota Pekanbaru belum mencatat adanya kasus malaria yang berasal dari penularan lokal. Kasus impor yang baru-baru ini tercatat juga telah diatasi dengan monitoring ketat Tim Surveilans Diskes Kota Pekanbaru.

"Ada 35 alert yang muncul, namun semuanya sudah ditindaklanjuti dan dilakukan diversifikasi petugas," tambah Fira.

Pihak Diskes Pekanbaru juga telah menjalankan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) secara rutin, yang mencakup pemantauan dan bimbingan di berbagai puskesmas dan rumah sakit di wilayah kota ini. (*)

Tags : malaria, kasus malaria, pekanbaru, camat hingga RT-RW gotong royong,