KAWASAN Kota Lama Semarang memang menyimpan segudang cerita. Selalu ramai hilir mudik warga baik hanya sekedar berjalan di aspal hitam di kota hingga ke Taman Srigunting Kota Lama yang pernah menjadi Markas Militer Belanda itu.
Tiap bangunan di kawasan itu memiliki kisah sejarah peninggalan zaman kolonial, kata Ir Ganda Mora M.Si, Pendiri Yayasan Sahabat Alam Rimba (SALAMBA) yang sore itu berjalan bersama keluarga istri dan anak-anaknya menikmati suasana di sore hari Kota Lama.
Sore itu Ia fokus pada penglihatan salah satunya pada Taman Srigunting yang terletak di sebelah timur Gereja Blenduk.
"Taman yang saat ini kerap digunakan sebagai lokasi berfoto itu memang terlihat nyaman. Apalagi, banyak tumbuh-tumbuhan di taman itu sehingga memberikan kesan teduh dan sejuk," sebutnya melaporkan melalui Whats App [WA] nya, Sabtu (3/6/2023) tadi ini.
Sedikit Ganda menceritakan, kalau pada zaman kolonial Belanda Taman Srigunting kerap digunakan sebagai lapangan parade militer.
"Lapangan parade atau dalam bahasa Belanda yakni paradeplein merupakan tempat bagi para tentara Belanda untuk berkegiatan militer. Lapangan itu kerap digunakan tentara Belanda berlatih baris-berbaris, upacara, maupun latihan militer."
Taman Srigunting Kota Lama Semarang
"Kalau keterangan beberapa warga disini; dulu, saat digunakan kegiatan militer tentara Belanda, Taman Srigunting cukup luas. Bahkan mencakup tanah yang kini digunakan bangunan Gedung Kerta Niaga, yang terletak tepat di sisi timur taman," katanya.
Mengutip seperti disebutkan Rukardi Achmadi, Penggiat Sejarah Semarang menyatakan, lapangan parade itu dibangun saat VOC melakukan perluasan benteng. Perluasan dilakukan karena bertambahnya aktivitas dan perkembangan situasi.
“Jadi sejarahnya dulu Kota Lama itu adalah benteng pertahanan VOC. Bentuknya segilima kecil, bukan seluas sekarang. Awalnya, sekitar tahun 1690-an Belanda memindahkan pusat pertahanan dari Jepara ke Semarang. Jadi dibangunlah benteng di dekat Jembatan Berok. Benteng VOC kala itu sering disebut benteng lima sudut,” ujar Rukardi kepada wartawan di Semarang.
Namun kembali disebutkan Ganda Mora, dari pantauannya, di dalam lapangan parade tersebut dulu juga terdapat fasilitas yang bisa digunakan masyarakat Belanda, seperti sumur artetis, tugu reklame, dan gazebo untuk bermain musik.
Sejarahnya, Taman Srigunting, dibangun akhir 1970 hingga awal 1980-an. Namun, kala itu taman belum bisa diakses untuk umum.
“Awalnya taman itu merupakan taman statis, tidak bisa diakses masuk. Hanya sebagai paru-paru kota. Dulu [taman] Tugu Muda juga sama, enggak terbuka untuk umum,” kata Ganda yang memperoleh informasi dari warga setempat.
Baru pada tahun 2004, mulai dibangun jalan setapat yang berada di empat penjuru taman. Hal itu dilakukan agar masyarakat bisa menikmati keindahan taman yang menjadi salah satu ikon Kota Lama Semarang.
Berburu kuliner favorit malam hari
Ketika berkunjung ke Semarang, tidak lengkap jika tidak mencicipi kuliner yang khas dan hanya di temukan di Semarang. Bukan hanya lumpia, Soto Bangkong dan tahu bakso, masih banyak lagi makanan dan jajanan yang ada di Ibu Kota Jawa Tengah ini. Mulai dari makanan tradisional hingga makanan kekinian yang bisa ditemukan di kafe-kafe.
Pasar kuliner di Semarang
Dari beberapa tempat wisata kuliner di Semarang, ada beberapa tempat makan yang menarik untuk dikunjungi di malam hari.
Beberapa tempat kuliner Semarang yang dapat dikunjungi di malam hari, seperti Pasar Semawis atau juga dikenal dengan sebutan Waroeng Semawis, adalah pasar malam yang menawarkan berbagai jenis makanan dan minuman serta oleh-oleh khas Kota Semarang.
Pasar ini terletak di Jalan Gang Warung atau di kawasan Kampung Pecinan.
Pasar ini dibuka setiap hari Jumat, Sabtu dan Minggu mulai pukul 6 sore hingga 11 malam.
Di pasar ini akan berdiri puluhan tenda sepanjang jalan gang yang menawarkan berbagai jenis makanan.
Seperti soto, tahu gimbal, lumpia, nasi ayam, pisang planet, juga berbagai jajanan seperti kue serabi, bubur kacang hingga es puter.
Pasar Semawis ini bisa menjadi pilihan kuliner street food yang patut dicoba jika berkunjung ke Kota Semarang.
Dalam perjalanannya di Semarang, Aktivis Ganda Mora juga menyempatkan diri untuk mencicipi kuliner di malam hari bersama istri dan anak-anaknya.
Seperti warung yang dibuka dengan gaya lesehan, menyajikan berbagai menu seperti nasi gudeg, ayam goreng, lontong opor, babat goreng, dan koyor.
"Setiap harinya, warung lesehan sederhana ini tidak sepi pengunjung. Baik warga setempat, pendatang, hingga pengunjung dari luar kota tertarik untuk mencicipi masakan disini," sebut Ganda.
Bersama keluarga menikmati pasar kuliner
Jadi, tidak hanya soal kuliner nya saja yang terkenal, tetapi Semarang sebagai Kota metropolitan terbesar ke-5 di Indonesia ini juga memiliki julukan Venetië van Java karena kota memiliki banyak sungai yang tersebar di tengah kota.
"Selain terdapat berbagai tempat wisata yang menarik, Semarang juga mempunyai bermacam-macam tradisi yang unik," sebut Ganda.
Diperoleh informasi dari masyarakat setempat, adat atau tradisi unik yang populer di kota ini, seperti: Dugderan, Popokan, Megengan, Padusan, Siraman.
Angkringan Blendoek merupakan salah satu tempat wisata kuliner sebagai budaya masyarakat Semarang selalu ramai pengunjung.
Angkringan Blendoek, menyajikan nasi dengan porsi yang kecil dan dibungkus dengan daun pisang dilengkapi dengan berbagai lauk, atau yang juga disebut dengan nasi kucing.
Selain nasi kucing, Angkringan Blendoek juga menawarkan berbagai lauk tambahan berbagai gorengan, sate, hingga telur.
Selain Angkringan Blenduk, Semarang juga punya satu lagi tempat makan murah yang menjajakan sajian nasi kucing, yaitu Nasi Kucing Pak Gik.
Nasi Kucing Pak Gik dapat ditemui di Jalan Inspeksi, Sekayu, Semarang. Di sini, anda bisa mendapatkan banyak pilihian menu nasi kucing dengan bungkusan kecil.
Seperti nasi ayam rica, nasi ayam lomkok ijo, nasi kering tempe, nasi tahu telur, nasi babat hingga nasi uduk.
Selain itu, juga terdapat lauk-lauk tambahan seperti gorengan hingga sate yang dapat dipilih sesuai selera.
Salah satu bangunan bersejarah Puri Gedeh di Semarang.
Sementara seiring perkembangan kota, Semarang juga masih menyimpan kenangan sebagai Kota bersejarah. Tiap bangunan di kawasan itu memiliki kisah sejarah peninggalan zaman kolonial yang sampai kini masih dilestarikan, diantaranya:
- Puri Gedeh: Puri Gedeh merupakan Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah, rumah yang masuk dalam daftar bangunan kuno di Kota Semarang ini sebelumnya rumah ini dimiliki oleh keluarga Liem. Gubernur yang benar benar menempati Puri Gedeh ini pertama kali adalah Gubernur Soepardjo Roestam, diikuti oleh gubernur selanjutnya. Lokasinya di sebelah barat Taman Gajah Mungkur.
- Gedung Keuangan Negara Semarang: Gedung ini dulunya berdiri gedung bernama Het Groote Huis (balai kota) yang menggantikan Staadhuist di Brajangan. Karena bentuk keseluruhannya seperti balok persegi panjang maka gedung ini dinamakan Gedung papak. Selain sebagai balaikota, gedung papak ini juga difungsikan sebagai Kantor Polisi dan Kantor Karesidenan, Kantor Pos dan keuangan dan Ruang sidang Raad Van Justice (Pengadilan Untuk Rakyat Eropa). Pada tanggal 30 Nopember 1954 Gedung papak ini terbakar. Kemudian dibangunlah gedung dengan bentuk seperti sekarang ini. Fungsinya menjadi Gedung Keuangan Negara.
- Masjid Layur Kampung Melayu: Masjid Layur merupakan salah satu bangunan kuno berupa masjid tua di kota Semarang ini disebut pula Masjid Menara Kampung Melayu. Lokasi Masjid Layur ini mudah dijangkau, dari Pasar Johar ke arah Kota Lama melalui Kantor Pos Besar jalan Pemuda, sebelum Jembatan Berok belok kiri. Bangunan masjid sendiri tidak bergaya Arab, tetapi memiliki lebih banyak unsur lokal. Lantai bangunan setangkup tersebut dinaikkan dan hanya dapat dicapai dengan tangga yang terdapat pada sisi muka. Walaupun sudah dimakan usia namun masjid ini masih kokoh dan masih digunakan oleh masyarakat sekitar untuk beribadah. Sampai sekarang masjid ini masih terus dirawat oleh yayasan masjid setempat sebagai upaya pelestarian sejarah dan sebagai masjid tua kebanggaan Kota Semarang. Secara menyeluruh Masjid Layur masih asli seperti pertama kali dibuat, hanya ada sedikit perbaikan seperti penggantian genteng dan penambahan ruang untuk pengelola pada sisi kanan kompleks masjid. Dinamakan Kampung Melayu karena sudah merupakan tempat hunian pada tahun 1743 yang sebagian besar orang yang mendiami kawasan tersebut adalah orang melayu. Pada masa tersebut di kampung ini terdapat tempat untuk mendarat kapal dan perahu yang membawa barang dagangan. Lokasinya yang sangat strategis mengundang orang untuk berdiam disitu pula. Dicatat bahwa orang-orang dari Arab kemudian menempati kampung tersebut. Pada masa itulah kiranya masjid yang telah ada dikembangkan lagi dan memperoleh pengaruh yang dapat dilihat sekarang. Berpengaruhnya orang Arab di situ diperkuat oleh catatan Liem (1930) yang menyebutkan bahwa usaha pendirian klenteng oleh masyarakat Cina yang tidak begitu banyak jumlahnya di kampung tersebut ditentang habis-habisan oleh penduduk keturunan Arab pada tahun 1900. Penambahan menara pada bagian depan masjid menyebabkan masjid juga terkenal dengan nama masjid menara.
- Gereja Katolik St. Yusuf dan Pastoran Semarang Ronggowarsito: Komplek Gereja St. Jusuf yang dibangun antara 1870 – 1875 ini terdiri atas bangunan-bangunan Gereja, Pastoran dan gedung pertemuan. Gereja Katolik pertama di Semarang ini terletak disisi Timur Jl. Ronggowarsito, sehingga bangunannya menghadap ke Barat. Bangunan Gereja terletak di bagian paling Selatan dari tapak dan membujur dari Barat sampai ke Timur. Ciri yang mencolok dari bangunan ini (dan sekitarnya) ialah bangunan bahan bata klinker . Bagian Tengah bangunan menjulang tinggi dengan jendela yang membentuk busur yang meruncing ke arah puncak dan ruang altaran yang terletak di sebelah Timur dengan jendela kaca berbingkai timah berwarna-warni merupakan ciri gothik yang nyata. Pondasi dari batu dan memikul struktur dinding dengan perkuatan kolom pada tempat tertentu. Sebagian dinding diplester dan di cat, sedangkan sebagian yang lain menonjolkan susunan bata. Bagian kaki dinding dilapisi dengan lempeng batu berwarna abu-abu. Setiap kolom bangunan dipertegas dengan pembedahan bata. Bentuk atap adalah pelana dan ditutup dengan sirap. Pada bagian pintu masuk dibuat semacam menara dengan jendela kecil-kecil. Selain itu juga terdapat parapet. Pintu masuk yang mempunyai ambang atas yang dasar, dibingkai oleh busur dengan ujung meruncing ke atas. Di atas pintu terdapat bovenlicht. Hal seperti ini terulang pada jendela-jendela samping, namun dengan ornamentasi yang lebih sederhana. Ruang pengakuan dosa, seperti pada gereja yang berasal dari abad yang lalu, dibuat menonjol, berbentuk segi banyak. Bangunan pastoran,merupakan bangunan setangkup dengan fasade tunggal, bertingkat, membujur dari Timur ke Barat pula. Bangunan ini dikelilingi serambi dengan atap sosoran yang ditutup genteng. Atap bangunan adalah pelana dengan listpank kayu berornamen. Pintu-pintu memiliki ambang melengkung, seperti halnya bangunan Renaissance. Demikian pula halnya dengan jendela. Sejarah Gereja Katolik di Semarang berawal di sebuah rumah penduduk pada tanggal 1 Agustus 1808, setelah Semarang dinyatakan sebagai stasi kedua di Nusantara. Selanjutnya dipilihlah Santo Yusuf sebagai pelindung cikal bakal gereja tersebut. Tahun berlalu, tetapi tidak ada kemajuan yang berarti. Selain tidak mempunyai seorang imam pun, stassi Semarang tak kunjung memiliki gedung dan pernah dalam satu kurun waktu memakai Gereja Immanual secara bergantian dengan umat Protestan. Menjelang tahun 1870 barulah diperoleh sebidang tanah di Gedangan yang disebut demikian karena pada masa sebelumnya tanah tersebut ditumbuhi pohon pisang. Pada tanggal 1 Oktober 1870diselenggarakan upacara perletakan batu pertama bagi Gereja Saanto Yusuf . Lima tahun kemudian, yaitu pada tanggal 12 Desember 1875 gedung yang diarsiteki oleh W. I.Van Bakel tersebut siap dan diberkati oleh Mgr.Lijen. Inilah Gereja Katolik pertama di Semarang. Pada tahun 1976 diadakan pemugaran besar-besaran atas gedung ini. pastoran Gedangan didirikan hampir bersamaan dengan gedung Gerejanya karena kemudian stasi tersebut mempunyai imam.
- Jembatan Berok: Jembatan Berok Semarang merupakan jembatan yang melintas Kali Semarang dan menghubungkan antara Kota Lama, Jl.Mpu Tantular Semarang, dengan Jl. Pemuda. Orientasi jembatan adalah Timur – Barat. Jembatan dibentuk dari empat buah kolom utama dengan bentuk menyerupai obelisk, dan pada puncak kolom terdapat lampu yang cukup unik. Bentuk tiang jembatan berok menyerupai tiang pada taman di depan Stasiun Tawang. Pagar pembatas jembatan terbuat dari besi. Pada sebelah barat jembatan terdapat Gedung Kas Negara, dan sebelah Timurnya, terdapat Bank Mandiri, PELNI, dan PTP XV. Dulu, jembatan ini berfungsi untuk menghubungkan Kota lama/ Oud Standt yang dipagari dengan benteng berbentuk segi lima (Benteng Vijfhoek) dengan bagian kota yang lain. Namun setelah benteng ini dibongkar pada tahun 1842, jembatan ini dibiarkan saja. Jembatan ini terletak pada Gerbang barat atau Gouvernementsport. Gerbang barat merupakan salah satu dari gerbang benteng oud stadt, selain gerbang selatan atau de Zuider Port (di mulut Jl. Suari) dan gerbang Timur atau Oost port (jl. Raden Patah). Jembatan berok sempat bernama Gouvernementsbrug diganti dengan Sociteisbrug. Namun sekarang terkenal dengan sebutan Jembatan Berok. Nama Berok kolom ini berasal dari pelafalan Brug oleh pribumi. Bentuk kolom pada jembatan ini sudah beberapa kali diubah. Pertama kali terbuat ari kayu dan sangat sederhana. Sebelum tahun 1910, bentuknya lebih pendek dan gemuk, serta memiliki antena pada puncaknya. Masih terdapat jalur pemisah di tengah jalan. Selain itu pagar besinya masih membentuk silang. Kemudian sebelum tahun 1980, kolom diubah dengan menambahkan lampu pada ujungnya. Bentuknya juga menjadi lebih tinggi dan masif. Railingnya sudah diubah menjadi deretan besi, serupa dengan kondisi sekarang. Dan setelah diubah lagi menjadi kondisi sekarang, kolom masih memiliki lampu, namun dengan bentuk kolom yang jauh lebih sederhana.
- Mercusuar Pelabuhan Tanjung Emas: Bangunan mercusuar ini sudah termasuk tua, karena menurut inskripsi yang terdapat di atas pintu mercusuar ini, dapat diketahui bahwa tahun pembangunannya adalah 1884. Tidak diketahui siapa yang merencanakannya. Namun tentu erat kaitannya dengan pengembangan pelabuan sebagai pelabuhan ekspor hasil bumi oleh Pemerintah Kolonial pada waktu itu. Pada masa menjelang akhir abad 19 Jawa merupakan penghasil gula nomor 2 di dunia. Gudang-gudang di pelabuhan disempurnakan demikian pula dengan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang ini agar dapat disingahi kapal dagang yang lebih besar. Pemerintahan Belanda mendirikan mercusuar serupa di beberapa tempat di jawa pada waktu yang hampir bersamaan.
- Pasar Johar Semarang: Sejarah Pasar Johar Semarang dimulai lebih dari seabad yang lalu. Pada tahun 1860 terdapat pasar yang menempati bagian timur alun-alun ini dipagari oleh deretan pohon johar ditepi jalan. Dari sinilah nama Pasar johar itu lahir. Lokasi pasar ini disebelah barat pasar Semarang yang disebut seagai Pasar Pedamaran, dan berdekatan pula dengan penjara sehingga menjadi tempat menanti orang yang menengok kerabat dan kenalan yang dipenjara. Pasar Johar menjadi semakin ramai dan memerlukan perluasan ruang. Setelah melalui proses pengkajian, akhirnya diadakan perluasan Pasar Johar dengan menebang pohon johar dan membangun los baru. Sampai dengan saat pasar ini masih dimiliki oleh pertikelir (swasta). Pada tahun 1931 itu gedung penjara tua yang terletak didekat pasar johar dibongkar sehubungan dengan rencana pemerintah kota untuk mendirikan Pasar Central modern. Pasar Central lantas memang didirikan dengan tujuan mempersatukan fungsi lima pasar yang telah ada, yaitu pasar johar, pasar pedamaran, pasar beteng, pasar jurnatan dan pasar pekojan. Adapun tapak pasar yang akan direncanakan melihat tapak pasar pedamaran, pasar johar, ditambah tapak rumah penjara, beberapa toko, sebagian halaman Kanjengan dan sebagian alun-alun. Bangunan Pasar ini terdiri dari empat blok bangunan yang disatukan oleh gang selebar 8.00 meter. Orientasi bangunan kearah timur. Pasar Johar merupakan bangunan dua lantai hanya pada bagian tepi, sedangkan bagian tengah berupa void. Sisi melintang bangunan terdiri dari enam buah trafe, dan sisi membujur memiliki empat buah trafe. Pondasi dari batu, struktur dari beton bertulang, dengan sistem cendawan pada kolom-kolom. Kolom memiliki modul 6.00 meter dengan penampang berupa persegi delapan. Kolom seperti ini dinamakan kontruksi jamur (mushroom). Atap berupa atap datar terbuat dari beton. Pada bagian tertentu dari atap, diadakan peninggian sebagai lubang udara. Bangunan ini memenuhi tapak yang tersedia, sehingga tidak terdapat halaman ataupun ruang terbuka. Hal ini sesuai dengan prinsip Thomas Karsten yaitu efisien ruang. Disebelah utara Pasar Johar terdapat Pasar Yaik Permai yang dibangun belakangan; sebelah timur terdapat SCJ (Shoping Center Johar) yang selesai tahun 1994; dan sebelah selatan terdapat Kali Semarang. Pada tahun 1933 dibuatlah usulan rancangan pertama oleh Ir. Thomas Karsten, yang bentuk dasarnya menyerupai Pasar Jatingaleh dengan ukuran lebih besar. Pada tahap ini terdapat susunan atap datar beton dengan bagian tertinggi berada di pusat. Bagian kulit dibuat bertingkat, mengingat harga tanah yang sudah tinggi dikawasan tersebut. Namun demikian rancangan tersebut diubah pada tiga tahun berikutnya dengan tujuan untuk mengadakan efisiensi. Karena belum memenuhi keinginan, maka rencangan inipun diubah kembali dengan gagasan konstruksi cendawa kembali dimunculkan. Rencana yang terakhir inilah yang jadi dibangun. Konon kabarnya pasar johar pernah tersohor sebagai pasar yang terbesar dan tercantik di asia tenggara. Pada tahun 1960-an pernah diadakan perubahan berupa penempelan dinding tambahanpada sekeliling pasar. Hal ini menyebabkan tampilan arsitektur tidak serasi serta sistem penghawaan yang kurang lancar. Tambahan ini sekarang sudah dibongkar kembali.
- Toko Oen Restaurant: Toko Oen merupakan salah satu restoran tertua di Indonesia dengan menu masakan Indonesia, Chinese food, serta Belanda. Restoran ini merupakan salah satu bangunan kuno di Kota Semarang. Bangunan Restoran Toko Oen ini tidak mempunyai halaman yang luas. Gang yang kosong di bagian timur bangunan digunakan sebagai tempat parkir disamping jalan depan restoran ini sendiri. Restoran Oen ini semula dimiliki oleh orang inggris bernama Grillroom. Kemudian pada tahun 1936 dibeli oleh Oen Tjoe Hok, kemudian diwariskan kepada Oen Liem Hwa. Sedangkan manager yang mengelola operasi restoran ini bernama Djoa Kok Tie. Restoran Oen terdapat di semua kota besar di Jawa, antara lain Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Kemudian diwariskan kepada anak-anaknya. Sehingga Restoran Oen yang ada di Semarang ini dikelola oleh keluarga Megaradjasa. Kini Restoran Oen selain sebagai rumah makan juga sebagai toko yang menjual roti. Bangunan ini masih terawat dengan baik, dan dilakukan beberapa perombakan khususnya pada bagian belakang bangunan. Sejak berdiri 1936 hingga sekarang, bisa dikatakan tidak ada yang berubah dengan Toko Oen ini. Tempat yang berada di jalan Pemuda Semarang ini masih setia dengan masa silam. Tak heran, banyak orang berkata bilamasuk ke restoran tersebut serasa menembus lorong waktu, kembali ke masa lampau. Meski tak sepenuhnya benar, namun pengelola restoran ini, mempertahankan konsep lama meski telah melakukan penyesuaian di sana sini, termasuk dalam menambah luas area restoran tersebut yang kini luasnya mencapai sekitar 600 meter persegi ini. Bangunan Toko Oen ini sezaman dengan bangunan bangunan yang ada di Kota Lama. Sejak dulu banyak wisatawan dari Eropa yang datang ke tempat ini hanya untuk menikmati “Masa Lalu” di masa kini. Dan atas dasar itu pula, pengelola restoran ini, Jenny, bersama adiknya, Gilbert Megaradjasa dan juga beberapa pemerhati bangunan kuno seperti Kriswandhono mendirikan Oen Semarang Foundation yang akan berupaya melestarikan Kota Lama.
- PT PLN UPJ Semarang Tengah: Sebelum digunakan oleh PLN, Perusahaan AaNIEM (NV. Algemeene Nederlandsch-Indische Electricitiet Mij) yang dulu menempati bangunan ini didirikan di Msterdam pada 25 Mei 1909. Perusahaan ini melebarkan sayap ke Nusantara pada 5 juli 1913 mereka resmi mulai beroperasi di kotapraja Semarang. Gedung di Jalan Pemuda ini merupakan kantor pusat sekaligus ruang pamer. Ketikaa Perusahaan tersebut diambil alih oleh Pemerintah RI maka perusahaan pun berganti nama jadi PLN, dan sekarang Perusahaan Umum Listrik Negara. (*)