RIYADH — Kementerian Pendidikan Arab Saudi memutuskan tetap membuka sekolah selama Ramadhan. Keputusan baru-baru ini akan membuat peserta didik di Arab Saudi tetap belajar selama bulan suci Ramadhan.
Kementerian memberikan waktu fleksibel bagi sekolah untuk menentukan kapan sekolah akan dimulai. Yang pasti, peserta didik akan belajar selama 24 hari selama bulan Ramadhan.
Jam pelajaran akan dimulai pukul 9 pagi dan waktu belajar akan dipangkas menjadi 35 menit. Pelajar akan memulai libur Idul Fitri selama dua pekan, dimulai pada 26 April 2022.
Keputusan tersebut telah menimbulkan pro dan kontmadhan adalah 15 tahun lalu.
Sebuah video seorang anak sekolah yang meminta Menteri Pendidikan, Dr. Hamad Al-Asheikh, untuk menghentikan sekolah di bulan Ramadhan juga ramai di jadat Twitter. Anak tersebut mengatakan, bahwa sekolah disaat berpuasa itu melelahkan dan Menteri mengatakan tidak.
“Hari sekolah Ramadhan seperti hari sekolah lainnya,” kata menteri itu dilansir dari Arab News, Sabtu (2/4).
Percakapan singkat antara pejabat tinggi pendidikan dan anak berusia 11 tahun itu menjadi viral di Internet, memicu perbedaan pendapat.
Beberapa orang menuntut penangguhan sekolah selama Ramadhan karena mereka khawatir hal itu akan membawa kinerja buruk baik dari guru maupun siswa mereka. Mereka mengatakan keputusan itu akan mempengaruhi hasil keseluruhan dari proses pendidikan jika kementerian bersikeras untuk memberlakukannya.
“Beberapa orang mungkin membenarkan perlunya belajar di bulan Ramadhan berdasarkan pertimbangan yang tidak logis, terutama jika membandingkan siswa hari ini dengan tiga dekade lalu. Beberapa faktor harus dipertimbangkan ketika membuat perbandingan yang tidak adil seperti itu,” kata Abdulsalam Al-Muneef, seorang kolumnis di surat kabar Makkah.
Yang lain setuju melanjutkan belajar mengajar di bulan Ramadhan, tetapi dengan syarat bahwa pembelajaran dilakukan dengan cara daring. Menurutnya pembelajaran jarak jauh melalui platform Madrasati yang digunakan pelajar selama Pandemi Covid-19 ini cukup efektif.
“Platform Madrasati sukses selama pandemi. Mengapa anak-anak kita tidak terus belajar melalui platform 'efektif' ini?” ujar Mohammed Abdurrahman, ayah dari empat siswa.
“Dengan cara ini, siswa kami dapat melanjutkan pendidikan mereka dan menikmati spiritualitas bulan ini bersama keluarga mereka,” tambahnya.
Ayah dari dua siswa sekolah menengah lainnya, Basim Felimban mengaku setuju dan berpendapat, bahwa Ramadhan dan pekerjaan tidak pernah bertentangan. Kebijakan baru ini mengingatkannya ketika masih menjadi mahasiswa di Taif 28 tahun lalu.
“Dulu kami makan sahur, shalat Subuh, dan tidur hampir tiga jam sebelum berangkat ke sekolah. Tingkah laku siswa pada hari sekolah Ramadhan umumnya ditandai dengan ketenangan dan ketentraman. Suara keras yang biasanya dibuat oleh beberapa siswa menghilang di bulan Ramadhan,” ujar Felimban.
Tags : Sekolah Arab, Siswa Rab, Ramdhan di Arab,