PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Satu orang pekerja karyawan Muhammad Firmansyah Panjaitan tewas karena meledaknya tabung perebusan di perusahaan pabrik kelapa sawit PT Persada Agro Sawita [PAS] di Kabupaten Indragiri Hulu [Inhu], Riau.
"Keluarga korban pasangan suami istri Yanto Efendi Panjaitan dan Sudarmi, telah kehilangan nyawa anaknya Muhammad Firmansyah Panjaitan [18 tahun]."
"Ketika perhatian awal soal peristiwa pekerja karyawan [Muhammad Firmansyah Panjaitan] tewas di pabrik, kelihatannya setelah berjalan lebih kurang 18 hari dari sejak kejadian itu perhatian publik mulai memudar. Perusahaan PT PAS juga seakan ingin lepas tangan dan lari dari tanggungjawab," kata Larshen Yunus, Direktur Kantor Hukum Mediator dan Pendampingan Publik [HMPP] Satya Wicaksana, Sabtu (2/9).
Ia menyikapi mengenai kebakaran dan meledaknya mesin perebusan sawit itu mulai memudar, bahkan sudah menewaskan pekerja akibat ledakan pabrik keras di Inhu itu.
Namun dari sejak peristiwa itu pihak kepolisian hingga saat ini belum menetapkan tersangka dalam kejadian ini.
Pekerja karyawan ada yang mengalami cacat tubuh sampai yang mati ketika perhatian awal terhadap berita mengenai meledaknya mesin perebusan tersebut mulai memudar, merek perusahaan tersebut menjadi semakin tidak responsif, kata Larshen Yunus yang juga sebagai Ketua DPD I KNPI Riau ini.
Peristiwa kejadian hari Rabu 16 Agustus 2023 kemarin itu, Muhammad Firmansyah Panjaitan terkena air panas rebusan buah kelapa sawit di PT PAS, yang mengakibatkan sebagian [70 persen] seluruh tubuhnya mengalami luka bakar.
Satu orang tewas akibat insiden ledakan pabrik ini.
Ledakan dahsyat itu dipicu oleh dan disebabkan kelelaian perusahaan yang tidak sefety dalam pemeriksaan/perawatan peralatan mesin, bahkan menempatkan karyawan yang bukan pada bidangnya.
Yanto Effendi Panjaitan, orang tua Almarhum Muhammad Firmansyah Panjaitan
Kapolres Inhu AKBP Dody Wirawijaya SIK kepada wartawan mengatakan bahwa kasus ini masih dalam proses.
“Masih dalam proses,” tegas Kapolres Inhu, Jumat kemarin.
Hal senada juga disampaikan Kompol Deni Afrial Kapolsek Rengat Barat saat mengungkapkan bahwa proses masih berjalan dan sejumlah saksi sudah dimintai keterangan serta TKP masih di policeline.
“TKP masih di policeline, lagi proses. Saksi sudah dan yang lain lagi dimintai keterangan. Kami juga sudah meninjau TKP dan mengunjungi rumah duka,” ungkap Kompol Deni Afrial Kapolsek Rengat Barat.
Sementara, AKP Agung Rama Setiawan Kasat Reskrim Polres Inhu dikonfirmasi mengatakan, pemeriksaan masih berlanjut terkait dengan kejadian dengan menghimpun data dan keterangan yang ada untuk kemudian digelar dan disimpulkan.
“Masih berlanjut pemeriksaanya, nanti kita himpun dulu di gelar nanti di simpulkan. Untuk tp TKP awal sudah di laksanakan Polsek Rengat Barat termasuk policeline. Tindak lanjutnya akan di periksa hal hal terkait dengan kejadian dan nanti akan dilakukan gelar perkara,” jelasnya.
Sebagaimana yang sudah diberitakan media lokal, ledakan dan tumpahan air rebusan sawit menyebar tak tentu arah yang mengenai pekerja, bahkan kobaran api di lokasi kejadian tersebut tak sempat berhasil dipadamkan.
Berkali kali laka kerja
Manajemen perusahaan pabrik kelapa sawit PT PAS dinilai kurang kontrol terhadap aktivitas karyawan yang bekerja di area bagian boiller produksi perebusan kelapa sawit ini.
Pabrik kelapa sawit di Desa Pematang Jaya Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu Riau ini di duga tidak membekali alat pelindung diri [APD] sesuai dengan SOP nya, hingga menimbulkan kecelakaan kerja pada karyawan yang bekerja di bagian proses perebusan terjadi dimana dua orang karyawan Muhammad Firmansyah (18) yang mengalami luka bakar di sekujur tubuh yang akhirnya meninggal dunia dan Robi Rahmansyah (21) tahun hanya mengalami luka bakar bagian tangan kanan dan bahu yang dalam perawatan medis di rumah sakit Safirah Kota Pekanbaru.
Kecelakaan kerja karyawan PT PAS pada bagian proses perebusan itu sudah tiga kali terjadi insiden yang sama pada tiga bulan terakhir.
Sebelumnya pada bulan Mei dan bulan Juni 2023 juga terjadi insiden yang sama di mana pekerja atas nama Ari dan Lingga warga Desa Pematang Jaya juga mengalami luka bakar, namun keduanya sembuh dan dapat kembali bekerja setelah di rawat di RSUD Indrasari.
Tetapi kembali seperti disebutkan Larshen Yunus, menurut pemahaman awal pihaknya menyikapi, bahwa kejadian peristiwa itu menyebabkan satu orang mengalami kematian kerena mengalami luka bakar cukup serius hingga mencapai 70 persen secara keseluruhan pada tubuh.
Laporan media-media lokal menyebutkan suara ledakan sempat terdengar oleh warga yang berjarak satu kilometer dari lokasi kebakaran.
Kobaran api berukuran besar dan kepulan asap mengepul ke udara.
"Seluruh area benar-benar terbakar," ucap seorang warga setempat yang terkejut seperti terdengar dalam salah satu video yang beredar.
Petugas pemadam kebakaran telah dikerahkan ke lokasi kejadian dan kepolisian setempat turut mengerahkan tim ke lokasi kejadian.
Tetapi penyebab meledaknya tabung perebusan pada pabrik PKS PT PAS di Inhu itu belum diketahui secara rinci.
Kini sejak peristiwa terjadinya ledakan tabung perebusan kelapa sawit berjalan lebih kurang 18 hari terakhir ini, setelah dua orang karyawan itu terjebak dalam ledakan di sebuah pabrik kelapa sawit di Inhu yang digunakan oleh merek perusahaan PT PAS hasil pantauan dilapangan riaupagi.com menemukan bahwa para pekerja sudah kembali menjalankan bisnisnya di pabrik.
Dan para pekerja mengatakan kondisi berbahaya seperti kemarin itu [Rabu 16 Agustus 2023] yang terkunci dalam ruangan mesin teknis yang melihat beberapa baut pengunci tabung rebusan longgar dan rusak masih terjadi di mana hampir puluhan pekerjanya selalu mengalami kepanikan seperti yang terjadi terakhir ini dalam kebakaran dan ledakan tabung perebusan selama satu tahun terakhir.
Sampai saat ini, perusahaan yang memproduksi pengolahan kelapa sawit belum mengumumkan bahwa mereka akan bertanggung jawab dalam insiden peristiwa mematikan yang menuntut perubahan.
"Belum ada terlihat komitmen perusahaan untuk merubah dan menerapkan serangkaian tindakan keselamatan. Tetapi reformasi dilingkungan pabrik terus didesak oleh kelompok hak-hak buruh. Atas beberapa laporan tentang kondisi keselamatan yang dipublikasikan," sebut Larshen Yunus lagi.
“Saya pikir peningkatan standar itu perlu,” kata dia.
Pabrik Kelapa Sawit [PKS] PT Persada Agro Sawita [PT PAS] di Inhu
"Dan itulah yang kami soroti -- meningkatkan standarnya."
"Pertama kali kami hubungi sdr Tulus Ochin Pospos, selaku Direktur yang membawahi lima operasional perusahaan pabrik PT PAS yang tersebar di wilayah Sumatera dengan pertanyaan tentang kondisi keselamatan karyawan pabrik selama ini bagaiamana setelah perusahaan pengolahan kelapa sawit diidentifikasi oleh kelompok buruh sebagai salah satu perusahaan yang paling tidak menerima upaya mereka untuk memperbaiki kondisi kerja ini," ungkapnya.
“Dalam beberapa minggu terakhir, satu pekerja tewas di pabrik itu yang memproduksi kelapa sawit, kami merasa perlu mendorong standar keselamatan yang lebih tinggi di pabrik itu."
“Mereka [perusahaan] belum mengatakan bahwa apakah mereka ada usaha memperbaiki kondisi. Mereka seakan tidak peduli terhadap hak-hak pekerja. Tetapi satu sisinya perusahaan PT PAS mengaku tetap berkomitmen untuk mencegah kebakaran dan tragedi lainnya, tetapi kenyataannya mereka tidak melakukannya," sambung Larshen Yunus menilai.
Pabrik kelapa sawit PT PAS lebih populer sebagai pengolahan kelapa sawit yang berdiri ditengah pemukiman penduduk Desa Pematang Jaya, Kecamatan Rengat Barat, Kabupaten Indragiri Hulu [Inhu], Riau mengalami salah satu insiden paling dahsyat dalam sejarah baru-baru ini.
Diperkirakan dua ratusan pekerja yang menggantungkan harapan di perusahaan itu dan perusahaan populer lainnya di Inhu, sejauh ini banyak peristiwa yang belum terungkap secara pasti.
"Jadi pertiwa ledakan tabung perebusan kelapa sawit PT PAS tampaknya merangkum dalam satu insiden tragis serangkaian bahaya yang selama bertahun-tahun dihadapi para pekerja berupah rendah," sebutnya.
"Belum lagi kemungkinan adanya kabel listrik yang kelebihan beban akibat selalu overload kapasitas daya tampung olahan buah sawit dan menyangkut persoalan-persoalan peralatan digunakan diyakini menjadi pemicu rawannya ledakan dan kobaran api di pabrik kelapa sawit tanpa kebun inti ini," sambungnya.
Lusinan pekerja, yang sedang istirahat untuk makan siang di kantin, terkadang harus terjebak manakala terjadi adanya kepulan yang dipenuhi asap.
Gedung tersebut, seperti kebanyakan pabrik lainnya terkadang tidak memiliki pintu keluar kebakaran, alat penyiram air, dan peralatan keselamatan modern lainnya.
Ketika kobaran api semakin membesar – dipicu oleh tumpukan asap – para pekerja yang berusaha melarikan diri mengatakan mereka menemukan setidaknya satu gerbang pabrik digembok dan kalut untuk melarikan serta menyelamatkan diri.
Seorang pekerja di perusahaan itu, Robi menceritakan pengalamannya di pabrik anti keselamatan itu, awalnya tidak ingin menceritakan.
Awalnya, tidak ada yang bersedia menjawab pertanyaan tentang peristiwa ledakan tabung perebusan kalapa sawit hingga menewaskan Muhammad Firmansyah Panjaitan atau langkah-langkah yang diambil setelahnya.
Salah satu dari mereka pekerja yang terluka dan keluarga korban meninggal, mengatakan bahwa tragedi tersebut awalnya mendorong perusahaan tersebut untuk menjanjikan perbaikan besar-besaran dalam hal keselamatan.
Perusahaan yang berbisnis dengan pabrik pengolahan kelapa sawit saat insiden yang menimpa Almarhum Muhammad Firmansyah Panjaitan setuju untuk menyumbangkan dana santunan dari perusahaan untuk dana bagi keluarga korban yang meninggal.
Perusahaan-perusahaan tersebut juga berkolaborasi dalam ide-ide keselamatan kebakaran lainnya, termasuk video edukasi yang ditujukan kepada para pekerja. Namun Robi mengatakan tidak ada yang lebih dari itu.
Almarhum Muhammad Firmasnyah Panjaitan
Namun kembali disebutkan Larshen Yunus, pernyataan demi pernyataan dari perusahaan sepenuhnya banyak yang salah.
Ia mengatakan bahwa pabrik-pabrik tersebut sudah kehilangan minat terhadap suatu solusi, malah mencapai titik dalam negosiasi di mana menjadi sulit untuk membujuk begitu banyak pihak untuk menemukan titik temu dalam mencari solusi.
Jadi menurut Larshen, kelihatannya pihak perusahaan [PT PAS] salah karena tidak ingin adanya sebuah perjanjian. Sementara itu, semakin banyak pekerja yang mengalami kecelakaan dan berakhir meninggal dalam satu kejadian, ini juga menyebabkan kelompok pekerja terus dihantui panik dan kekhawatiran tinggi manakala pabrik menguap meledak tentu membuat keadaan bangunan pabrik tidak dapat diterima dengan risiko tinggi bagi semua orang yang bekerja di sana. (*)
Tags : pt persada agro sawita, pabrik kelapa sawit pt pas, tabung pengolahan kelapa sawit meledak, karyawan pt pas koban ledakan, inhu, riau, pt pas jangan lepas tangan dari insiden kematian karyawan,