Artikel   2025/10/27 11:8 WIB

Kisah Josua Hutagalung, Penemu Meteorit Asal Sumatera Utara 

Kisah Josua Hutagalung, Penemu Meteorit Asal Sumatera Utara 
Josua Hutagalung menunjukkan batu meteor yang menimpa rumahnya.

JOSUA HUTAGALUNG, pria asal Sumatera Utara (Sumut) dikisahkan penemu meteorit mendapat tawaran perantara Jared Collins, warga Amerika Serikat yang mengatakan pembelian batu meteor antara Josua Hutagalung dan pihak ketiga, menyebutkan bahwa jumlah dana yang diterima pria Sumatra Utara itu bukan Rp200 juta dan bahwa "tidak ada harga meteor seharga Rp25 miliar."

Pada Jumat (20/11), Josua Hutagalung mengamini bahwa Jared adalah seorang "perantara".

Dalam penjelasannya, Jared mengatakan dirinya "dihubungi oleh sesama penggemar meteorit yang sedang berada di Amerika, untuk membantunya mendapatkan sebuah meteorit yang jatuh di Sumatera Utara milik Josua Hutagalung."

Jared "setuju untuk membantu koleganya di Amerika" dan kemudian "ditugaskan untuk memeriksa keaslian meteorit yang ditemukan oleh Josua Hutagalung".

Perkara "nilai transaksi telah disetujui oleh Josua Hutagalung dan orang Amerika di luar negeri melalui komunikasi langsung yang sebelumnya dilakukan oleh kedua belah pihak, tanpa melibatkan dirinya [Jared]".

Jared juga mengatakan ia "menerima penggantian untuk biaya perjalanan dan untuk waktunya yang dihabiskan untuk kepentingan membantu kolega ini.

Dia tidak memiliki meteorit ini dan juga tidak menjual meteorit tersebut kepada pihak lain yang memiliki meteorit tersebut saat ini. "

"Tujuan akhir dari keterlibatan Jared Collins sebagai penggemar meteorit adalah kesempatan sekali seumur hidup untuk secara pribadi menyaksikan dan secara fisik memeriksa meteorit yang penting secara ilmiah ini," tambahnya.

Sebelumnya, Josua mengaku menjual meteor itu kepada Jared dan juga mengaku terkejut atas pemberitaan media di Inggris terkait harga meteor.

Akan tetapi, pada Jumat (20/11), Josua mengoreksi pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa Jarred Collins adalah "perantara" dan "bukan" pembeli batu meteor.

Josua juga meralat perkataannya bahwa dirinya "merasa dibohongi dan kecewa" ketika mendengar media di Inggris menyebutnya orang kaya baru dengan harga disebutkan mencapai 757 poundsterling (Rp14,1 juta) per gram di sebuah situs jual-beli online atau bila seberat 1.800 gram setara dengan Rp26 miliar.

"Saya kaget dengan kesalahpahaman dari media asing. Harganya dari saya. Kalau harganya dari saya, sudah pantas lah," kata Josua seperti dirilis BBC News Indonesia, Jumat (20/11).

"Kalau [batu meteor] sudah sampai di sana, itu bukan hak saya lagi. Mau orang itu jual berapa, urusan orang itu," lanjutnya.

Meski demikian, Josua tetap menolak mengungkap berapa sebenarnya jumlah uang yang dia terima atas penjualan batu meteor tersebut.

Sebelumnya, pada Rabu (18/11), Josua, 34 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai pembuat peti mati, mengaku batu meteor tersebut dijualnya dengan harga Rp200 juta. Uang itu pun sudah habis dibagi-bagi kepada keluarga, yatim piatu, gereja, dan perbaikan makam orangtua.

"Uangnya sudah habis, cuma Rp200 juta," kata Josua sambil tertawa getir kepada Dedi Hermawan, wartawan di Sumatera Utara.

Saat diwawancarai pada Rabu (18/11), Josua mengungkap bahwa batu meteor yang menimpa rumahnya tersebut telah dijual kepada Jared Collins, orang Amerika Serikat yang tinggal di Bali pada 17 Agustus 2020.

Josua menyatakan awalnya Jared mengatakan hendak membeli batu meteor untuk kepentingan penelitian dan dikoleksi.

Josua mengaku mendapat Rp200 juta untuk batu meteor. Adapun untuk perbaikan atap rumahnya yang rusak karena tertimpa batu meteor, dia menerima Rp14 juta. Sehingga total dia memperoleh Rp214 juta. Akan tetapi, Josua menolak memberikan bukti pembayaran yang telah diterimanya.

Namun Jared Collins - dalam keterangannya menyebut - "Dia ditugaskan untuk memeriksa keaslian meteorit yang ditemukan oleh Josua Hutagalung, melindungi meteorit tersebut dari kemungkinan kerusakan dan kontaminasi yang mungkin terjadi akibat penanganan meteorit yang tidak tepat, serta menyampaikannya dengan aman kepada koleganya di Amerika."

Jared juga mengatakan "dapat dipastikan bahwa angka yang disebutkan sama sekali tidak benar dan tidak tepat."

"Adapun keaslian, nilai sebenarnya adalah kerahasiaan kedua belah pihak, baik Josua Hutagalung maupun warga Amerika yang tinggal di luar negeri, yang mengambil alih meteor tersebut, berdasarkan kesepakatan bersama."

"Tetapi jumlah yang dibayarkan / diterima bukanlah Rp200 juta atau harga yang terlalu dibesar-besarkan sejumlah Rp25 miliar yang dilaporkan di seluruh dunia. Saat ini tidak ada meteorit dengan nilai seperti itu, dan tentunya tidak ada kolektor yang akan membayar harga tersebut," tambahnya.

Dalam keterangan sebelumnya, Josua menyebut bobot batu meteor yang jatuh menimpa atap rumahnya mencapai 2,2 kilogram, sedangkan yang dia klaim dijual ke Jared hanya 1.800 gram. Sisanya, menurut Josua, telah dibagi-bagi ke sanak keluarga.

"Saya sendiri dapat lima gram, selebihnya saya bagi-bagi ke sanak keluarga. Ada yang dibuat batu cincin," jelasnya.

Joshua berjanji tidak akan menjual sisa batu meteor yang dimilikinya itu, meski harga di pasar internasional cukup mahal.

Dia mengatakan, batu seberat lima gram tersebut akan disimpannya sebagai kenang-kenangan.

"Lima gram itu kan secuil, biarlah jadi kenang-kenangan."

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, mengatakan setiap hari meteorit dengan berbagai ukuran berpapasan dengan bumi dan akhirnya masuk ke atmosfer bumi.

Meski demikian, Thomas mengimbau agar masyarakat tidak khawatir, karena batu meteorit tidak mengandung radiasi, sama seperti jenis bebatuan di bumi.
Bongkahan batu besar menimpa atap rumah

Kejadian bermula pada Sabtu, 1 Agustus 2020. Saat itu, Josua sedang bekerja membuat peti mati di kediamannya yang terletak di Desa Setahi Nauli, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Tiba-tiba Josua mendengar suara gemuruh yang cukup kuat dari atas langit. Suara gemuruh tersebut semakin mendekat ke rumahnya. Tidak berselang lama, terdengar suara dentuman yang sangat keras dari atap rumah.

"Saya terkejut dengar suara dentuman itu, lalu saya periksa ternyata ada bongkahan batu besar yang jatuh menimpa atap rumah saya hingga bocor," kata Josua yang saat itu belum tahu bahwa bongkahan batu tersebut adalah batu meteor.

Josua menyatakan batu yang jatuh tersebut tertanam hingga sedalam 15 centimeter. 

Awalnya dia mengaku takut mendekati lokasi jatuhnya batu. Namun karena khawatir terjadi sesuatu, maka digalinya tanah untuk mengangkat batu yang menimpa atap rumahnya tersebut.

"Saat saya angkat, benda itu masih terasa hangat. Saat itulah saya berpikir bahwa benda yang saya angkat tersebut batu meteor yang jatuh dari langit, sebab tidak mungkin ada orang yang melempar batu sebesar itu ke atap rumah," ujar Josua.

Senang dengan penemuan batu meteor tersebut, dia langsung mengunggah foto temuannya itu ke akun Facebook-nya. Sontak saja, unggahan tersebut mendapat respons dari warganet hingga viral dan diliput banyak media.

Dua hari pascapenemuan batu meteor, seorang warga sekitar berniat ingin membeli batu tersebut dari tangan Josua dengan harga Rp1 miliar. Namun, tawaran tersebut ditolak Josua karena merasa orang yang bersangkutan tidak serius.

"Dia sambil main-main tawarnya, makanya saya tolak," katanya.

Dua pekan berikutnya datang tawaran dari Jared Collins, seorang pria asal Amerika yang tinggal di Bali.

Saat diwawancarai pada Rabu (18/11), Josua menyebut Jared datang ke rumahnya untuk membeli batu meteor setelah mengetahui informasi dari pemberitaan media massa—hal yang kemudian dia ralat.

"Jared tawar batu meteor itu Rp200 juta, saya minta tambah dia tidak mau. Dia hanya bersedia menambah Rp14 juta untuk biaya perbaikan atap rumah saya yang rusak karena tertimpa batu meteor. Setelah dipikir-pikir, saya setuju daripada di rumah, batu itu sering dibuat main sama anak-anak," kata bapak dua orang anak ini.

Namun dalam keterangannya, Jared mengatakan ia menemui Josua setelah dikontak koleganya karena ia "memiliki pengetahuan serta minat pada meteorit, dan setuju untuk membantu koleganya di Amerika."

Ia kemudian ditugaskan "untuk memeriksa keaslian meteorit"

Dalam laporannya, surat kabar The Sun, menyebut Jared Collins sebagai pakar batu luar angkasa yang bermukim di Bali.

Setelah membeli batu meteor dari Josua, sejumlah media menyebut Jared mengirimkannya ke AS. Batu itu dilaporkan dibeli Jay Piatek, seorang pria bergelar doktor dan kolektor batu meteor di Pusat Kajian Meteor, Arizona State University.

Batu meteor tersebut diklasifikasikan sebagai CM 1/2 Kondrit karbon, jenis yang sangat langka.

Pecahan batu tersebut kemudian dijual kembali seorang kolektor kedua melalui situs jual-beli eBay seharga 757 poundsterling (Rp14,1 juta) per gram, menurut harian Inggris itu.

Oleh The Sun, angka tersebut dikalikan 1.800 gram sehingga muncullah angka hampir 14 juta poundsterling.

"Ketika saya membaca angka tersebut, saya tertawa," kata Laurence Garvie, profesor riset di Fakultas Eksplorasi Bumi dan Luar Angkasa, Arizona State University.

Garvie adalah seorang pakar di bidang bebatuan dari luar angkasa dan mampu memeriksa bagian dari meteorit yang jatuh di Sumatera Utara. Dia kemudian membuat penggolongan resmi terhadap batu itu.

"Saya sudah sering melihat cerita semacam ini sebelumnya. Seseorang menemukan meteorit, mencarinya di eBay, dan berpikir batu itu bernilai jutaan karena mereka melihat pecahan kecil dijual dengan harga mahal," kata Garvie.

Tapi, bukan begitu cara menaksir harga meteorit.

"Orang-orang terpukau ketika memiliki sesuatu yang berumur lebih tua dari Bumi, sesuatu dari luar angkasa. Jadi akan ada orang yang bersedia membayar beberapa ratus atau ribu dollar untuk yang berukuran kecil. Namun, tiada yang mau membayar jutaan untuk bongkahan besar," paparnya.

Kenyataannya, harga meteorit biasanya menurun seiring dengan semakin besarnya ukuran meteorit.

Garvie ragu ada yang mau membeli batu dengan harga yang ditawarkan di eBay. Sejumlah pakar mengira batu itu mungkin akan laku setengah dari harga yang ditawarkan.

Lantas, jika harga pasar untuk meteorit hampir mustahil untuk dipastikan, berapa nilai batu meteor dari Sumatera Utara?

Garvie mengatakan 70%-80% komposisi batu meteor adalah tanah liat sehingga meteorit pada dasarnya "bola lumpur luar angkasa".

"Batu itu didominasi secuil besi, oksigen, magnesium, aluminium, dan calcium. Itu mungkin nilainya satu dollar, dua jika saya dermawan."

Garvie memperkirakan meteorit yang jatuh di Sumatera Utara kemungkinan berukuran selebar satu meter saat memasuki atmosfer Bumi. Ketika menembus atmosfer, hanya ada beberapa bongkah yang mendarat—salah satunya yang menjebol atap rumah Josua Hutagalung. (*)

Tags : Josua Hutagalung, Kisah Josua Hutagalung, Penemu Meteorit, Josua Hutagalung Asal Sumatera Utara ,