KISAH ini seorang kakek tua 70 tahun selalu berjalan kaki dan bertelanjang dada, menumpang hidup di setiap rumah makan yang ada di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau.
Dahulunya Ican disebut-sebut namanya bisa bikin harimau nurut (bahkan berbicara dengan mahluk ganas) itu, tetapi hidupnya kini terlunta-lunta.
Siapa sangka kakek yang telah sepuh ini kini hidupnya tak menentu, dahulunya Ia menjadi andalan di kampungnya sebagai pawang harimau.
Ican selalu mondar-mandir disekitaran simpang Pematang Reba, berjalan dari satu warung kewarung lainnya, bahkan Ia menawarkan jasa sebagai tukang pijit (urut).
Beberapa warga menyebutkan Ican dahulunya bisa berbicara dengan harimau.
“Saya katakan kepada harimau, ‘Jangan ganggu manusia, jangan kau ganggu milik mereka, kalau kau ganggu, nanti kau kena sanksi. Kalau nanti kamu ditangkap, jangan salahkan kami, kami sudah memperingatkan terlebih dulu’,” kata Ican menirukan percakapannya dengan harimau pada saat berada di salah satu warung teman yang Ia sambil memijit pelanggan yang minum dan makan.
Tetapi pihak petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam juga mengakui Ican dahulunya mampu menjinakkan harimau menggunakan metode tradisional.
Pawang Harimau dengan Metode Tradisional
Sebelum berkomunikasi dengan harimau, Ican memulai ritual dengan membakar kemenyan di atas sabut kelapa dan menanam sebatang pohon kincung.
Setelah itu, dia pun merapalkan doa.
Ican dalam pengakuannya, bisa menjinakan harimau dan Ia salah satu dari sedikit pawang harimau yang masih menggunakan metode tradisional.
Cara yang dia gunakan memang cenderung berbahaya.
Bisa saja, ketika gagal menjinakkan harimau, Ican mengaku sudah siap diterkam sang harimau.
Ican pun mengaku tulus menjalani pekerjaannya.
Keinginannya hanya satu, yaitu mengembalikan harimau ke hutan tanpa menyakitinya.
Dia mulai belajar menjinakkan harimau sejak tahun 1970-an.
Masa Ican yang masih kecil belajar ritual berkomunikasi dengan harimau dari sang ayah.
Sebelum memulai ritual, Ican mencari titik yang tepat.
Biasanya dia melakukan ritual di perbatasan desa dengan hutan atau kawasan perkebunan.
Terkadang, ritual tersebut juga dilakukan di area yang pernah dilewati harimau.
Lokasi harimau itu didapat dari pengamatan jejak atau camera trap.
Dia mengklaim bahwa harimau yang telah ditaklukkannya tidak pernah kembali ke permukiman manusia.
Sejumlah warga yang menyaksikan ritual pengusiran yang dilakukan Ican di sebuah desa pun membenarkan ucapannya.
Biasanya, harimau yang ditangkap akan mengalami luka atau trauma, sehingga harus direhabilitasi sebelum dilepasliarkan.
Namun, hal itu tidak pernah terjadi dalam berbagai kasus yang ditangani oleh Ican.
“Biasanya harimau selalu mematuhi peringatan yang saya sampaikan,” ujar Ican sambil tersenyum lirih.
Bertahun-tahun berprofesi sebagai pawang harimau, bukan berarti ritual yang dilakukannya berhasil 100%.
Ada kalanya juga dia gagal mengusir harimau.
Meski sudah tua, Ican masih kerap dimintai tolong untuk mengusir harimau di sejumlah kampung.
Sekarang, dia mengaku tak lagi mau melakukannya setiap ada panggilan untuk mengusir harimau.
Semakin Banyak Harimau Kehilangan Habitat
Belakangan jasanya tak lagi digunakan seiring meningkatnya jumlah serangan harimau ke permukiman manusia.
Hal itu terjadi karena hutan tempatnya tinggal mengalami deforestasi.
Biasanya, harimau yang harus dia jinakkan atau diusir kembali ke hutan adalah harimau sumatera yang populasinya sudah semakin sedikit.
Tapi melansir vice.com yang mengutip data WWF, jumlah harimau sumatera saat ini tinggal tersisa 400 ekor di seluruh dunia.
“Hampir tiap kampung di Inhu sudah pernah saya lakukan pengusiran harimau. Saya tidak ingat berapa kali persisnya,” ujar Ican lagi yang terlihat nafasnya sedikit ngos-ngosan karena memijit.
Ketika ini terjadi, bagi warga, Ican masih dibutuhkan dan adalah orang paling tepat untuk menanganinya. Tapi Ia mengaku tak lagi mampu untuk melakukan tugasnya.
“Kami sudah pernah mengatakan kepada pemerintah kabupaten agar memanggil pawang harimau, melihat belakangan satwa liar itu sering mengganggu permukiman warga, sayangnya tak ada lagi orang yang bisa melakukan tugas itu seperti Ican,” kata Adul, Batin Adat Desa Siambul.
Petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam memang beberapa kali datang untuk menangani kasus ini.
Biasanya mereka memasang kamera perangkap dan menerapkan sejumlah metode modern lainnya untuk menjinakkan harimau.
Pihak BBKSDA Riau sebenarnya tidak setuju dengan pemanggilan pawang harimau karena metodenya tidak sesuai sains.
Seperti disebutkan Kepala BKSDA Riau, Suharyono, tetap mengapresiasi kontribusi para pawang Harimau.
“Apa yang dilakukan pawang Harimau yaitu seperti komunikasi (dengan harimau) agar (manusia dan satwa liar) saling menjaga ruang masing-masing,” kata dia belum lama ini.
Ican yang telah berusia senja pun mengaku menyerah untuk melakukan tugas itu disaat warga membutuhkan jasanya.
“Saya tak siap lagi jika dipanggil masyarakat saat membutuhkan saya,” ujarnya. (*)
Tags : Indragiri Hulu, Inhu, harimau, hewan langka, kakek 65 tahun, pawang, pemukiman warga, penjinak harimau, Artikel,