Artikel   12-06-2025 11:1 WIB

Kisah Pemuda Abdul Karim Disayangi Victoria Ratu Inggris, 'Tetapi Hubungannya Ditutup tutupi'

Kisah Pemuda Abdul Karim Disayangi Victoria Ratu Inggris, 'Tetapi Hubungannya Ditutup tutupi'
Kisah hubungan Victoria dan Abdul ditayangkan dalam film.

HAFIZ MOHANNED ABDUL KARIM CIE CVO, seorang pemuda Muslim (1863 – April 1909), dikenal sebagai “Sang Munsyi”, adalah seorang Muslim India pengiring Ratu Victoria.

Kisah hubungan keduanya hingga ditayangkan dalam film Victoria and Abdul. Ceritanya tentang kisah Ratu Victoria dan Abdul, pelayan istana –keturunan India – yang merupakan seorang muslim. Dari fim itu, terkuak beberapa hal yang jarang diketahui tentang perkenalan Ratu Inggris Victoria dengan Islam.

Abdul bekerja melayani Ratu Victoria selama 15 tahun terakhir masa pemerintahannya, dan selama itu pula beroleh kasih sayang keibuan darinya.

Munshi adalah kata Persia yang berarti sekretaris atau penulis yang kemudian digunakan di British India untuk merujuk pada seorang guru. Namun, sepeninggal Ratu, banyak catatan tentang Abdul yang dihilangkan.

Sebuah artikel di laman About Islam mengisahkannya. Disebutkan bahwa Victoria, Ratu Kerajaan Inggris Raya dan Irlandia, dan kemudian, Permaisuri India, mewarisi takhta pada usia 18 tahun.

Abdul Karim menjadi dekat dengan Ratu Victoria setelah menjadi pembantu dan 'munshi' (guru).

Setelah masa kecil yang tidak bahagia, dia menikahi Pangeran Albert yang sangat dia cintai dan tinggal bersamanya selama 20 tahun sebelum kematiannya di usia yang terbilang muda.

Meskipun memiliki banyak anak, kematian Albert membuat Ratu Victoria mengalami depresi, dan dia mulai menarik diri dari kehidupan publik.

Dalam kekosongan kesedihan dan duka ini, hidup terus berjalan.

Pada Jubilee Emasnya pada tahun 1887, merayakan 50 tahun kenaikannya ke takhta. 50 raja dan pangeran Eropa diundang ke perayaan itu.

Dua hari kemudian, seorang pria bernama Abdul, diberikan kepada Ratu sebagai hadiah.

Hari itu meletakkan dasar untuk persahabatan yang mendalam antara Ratu Victoria dan Abdul. Akhirnya, selain belajar bahasa Urdu darinya – catatan pribadinya termasuk, yang ditulis dalam bahasa Urdu, ‘Abdul mengajari Ratu,’ ‘Kamu akan sangat merindukan Munshi,’ dan ‘Pegang erat-erat.’

Dia menemani Ratu dalam perjalanannya, dan pada satu kesempatan, dalam perjalanan ke Prancis, dia hampir memberontak karena keluarga kerajaan pertama kali menolak untuk makan bersamanya.

Pada tahun 1891, Munshi memiliki pelayan sendiri di rumah tangga kerajaan dan pada akhir tahun 1893, Ratu telah mengiriminya pohon Natal dan memberinya kereta kuda dan sopirnya sendiri.

Dia mencatat bagaimana sang ratu mulai memperkenalkannya kepada tokoh-tokoh kunci dalam pemerintahan dan kekaisarannya, termasuk William Gladstone dan Sir Mortimer Durand, arsitek perbatasan ‘Durand Line’ antara Pakistan dan Afghanistan saat ini.

Dia ingat bagaimana dia diperintahkan untuk memberi tahu Menteri Luar Negeri India tentang ziarah Muslim ke Mekah.

Abdul Karim

“Sekretaris pribadi dan Munsyi India beliau, seorang pria yang luar biasa, pintar, benar-benar saleh dan penuh tata krama, yang suka berkata, ‘begitulah perintah Allah’ … perintah-perintah Allah adalah apa yang serta-merta mereka patuhi! Iman mereka yang sedemikian dan ketekunan yang sedemikian sangat patut kita teladani.” (Surat Ratu Victoria kepada Sir Theodore Martin, 20 November 1888, dikutip dalam Basu, hal. 65)

Ada permusuhan yang begitu besar terhadap Abdul sehingga setelah kematiannya 15 tahun kemudian, upaya dilakukan untuk menghapus semua referensi tentang dia. Misalnya, Raja Edward VII, penggantinya, mengirim Abdul kembali ke India, tempat ia dilahirkan, dan memerintahkan agar semua korespondensi antara Victoria dan Abdul dihancurkan.

Berbicara tentang Abdul, Carolly Erickson, seorang penulis biografi Ratu Victoria menulis: “Kemajuan yang cepat dan arogansi pribadi dari Munshi pasti akan menyebabkan ketidakpopulerannya, tetapi fakta dari rasnya (India) membuat semua emosi menjadi lebih panas terhadapnya.”

Rasialisme adalah momok zaman; itu berjalan seiring dengan keyakinan akan kelayakan dominasi global Inggris.

Bagi seorang India berkulit gelap untuk disamakan dengan pelayan-pelayan kulit putih ratu sama sekali tidak dapat ditoleransi, baginya untuk makan di meja yang sama dengan mereka, untuk berbagi kehidupan sehari-hari mereka dipandang sebagai sebuah kebiadaban. Namun sang ratu bertekad untuk memaksakan keharmonisan dalam rumah tangganya.

Kebencian ras tidak bisa ditoleransi olehnya, dan ‘Munshi yang baik hati’ tidak pantas mendapatkan apa pun selain rasa hormat.’ Ini adalah kesaksian karakter Ratu bahwa ras bukanlah sesuatu untuk dicemooh, melainkan untuk dirayakan.

Dan, kasih sayang serta kebaikannya kepada Abdul merupakan cerminan dari integritas yang menempatkan Inggris dalam kebanggaan.

Beberapa orang berpikir bahwa Ratu Victoria telah kehilangan akal sehatnya karena memiliki persahabatan seperti itu. Misalnya, penulis biografi lain, Julia Baird, menulis, ‘Keluarganya tidak menyukai dan tidak mempercayainya.’

Bahkan sekretaris pribadinya, Courtier Henry Posonby, menulis, ‘Hal-hal telah terjadi sedemikian rupa sehingga polisi telah berkonsultasi … Tetapi itu tidak ada gunanya, karena Ratu mengatakan bahwa itu adalah ‘prasangka ras’ dan bahwa kita semua cemburu dari Munshi yang malang.’

Tentu saja, ketika kita mengetahui bahwa Abdul juga memasak karinya, mungkin bangsa kita dapat memberikan penghargaan kepada Ratu Victoria karena menjadi penentu tren awal, untuk apa yang sekarang menjadi preferensi budaya makan, kari.

Ketika Abdul kembali ke India, dia melakukannya ke sebuah perkebunan yang diberikan Ratu kepadanya di Agra, kota yang sama di mana seorang pria membangun sebuah monumen untuk wanita yang dicintainya, Taj Mahal.

Mungkin bukan kebetulan bahwa Abdul berakhir di kota yang sangat mirip dengan lambang cinta.

Kisah Ratu Victoria dan Abdul, berdasarkan buku tahun 2010, itu dirilis sebagai film di Musim Gugur. Film garapan Stephen Frears dan dibintangi oleh Ali Fazal sebagai Abdul Karim dan Judi Dench sebagai Ratu Victoriaitu menawarkan versi fiksionalisasi dari hubungan antara Karim dan ratu.

Hubungan Ratu Inggris dan pemuda Muslim

Film Victoria and Abdul mengungkap hubungan dekat Ratu Inggris dengan pembantunya, Abdul Karim, pria Muslim India, yang menjadi kontroversi dan ditutupi selama lebih 100 tahun.

Tulisan Urdu Ratu Victoria yang dipamerkan setelah peluncuran film Victoria and Abdul.

Film yang mulai diputar di Inggris sejak pertengahan September ini disebut penulis bukunya, Shrabani Basu, terdengar "seperti fantasi" namun mengisahkan fakta yang terjadi pada lebih 10 tahun terakhir kehidupan Ratu Victoria.

Basu -penulis yang tinggal di London- memperbarui bukunya pada 2011 berdasarkan jurnal yang ditemukan lebih dari 100 tahun setelah Ratu Victoria meninggal pada 1901.

Abdul Karim berusia 24 tahun saat tiba di Inggris dari Agra untuk melayani Ratu Victoria pada perayaan naik takhta "golden jubilee" pada 1887.

Hanya dalam waktu satu tahun, pemuda Muslim ini menjadi tokoh penting di kerajaan dan menjadi guru Ratu Victoria atau mushi yang mengajarkan ratu bahasa Urdu, memasak kari dan memperkenalkan mangga serta kisah-kisah tentang India.

Basu juga mengatakan yang terpenting adalah kisah ini akhirnya diangkat.

"Kisah ini yang dicoba dihapus (oleh Inggris). Sangat penting untuk diangkat. Ratu Victoria belajar bahasa Urdu selama 13 tahun, itu penting, khususnya karena banyak terjadi rasisme terjadi banyak sentimen anti-Muslim" tambahnya.

Hubungan Ratu Victoria dan Abdul dianggap sangat kontroversial oleh anggota keluarganya sehingga semua dokumennya dibakar.

Menurut The Telegraph, putra Ratu Victoria, Edward, langsung meminta surat apa pun terkait Ratu dan Abdul dibakar.

Abdul dan keluarganya juga diusir dari rumah yang diberikan ratu kepadanya dan dia dikirim balik ke India.

Putri Victoria, Beatrice, menghapus dan membuang semua acuan terhadap Abdul di jurnal-jurnal Ratu.

Selama lebih dari 100 tahun, dokumen-dokumen ini tak berbekas sampai ditemukan oleh Basu yang melihat ada petunjuk di kediaman musim panas zaman Ratu Victoria, dan meneliti lebih lanjut hubungannya dengan Abdul.

Lalu mengapa hubungan ini dianggap sangat kontroversial?

Menurut pakar sejarah, keluarga Victoria dan staf kerajaan memandang sebelah mata Abdul karena berasal dari India dan juga ditambah dengan kecemburuan mereka karena Ratu memperlakukan gurunya secara istimewa.

Abdul diajak ke Eropa, mendapat gelar, duduk di tempat khusus saat jamuan, dan sering mendapat hadiah.

Ratu juga memperlakukan khusus keluarganya dan membantu ayah Abdul mendapat pensiun serta meminta pers menulis tentangnya.

Abdul adalah satu-satunya pembantu yang masuk ke lingkaran dalam ratu sejak kematian ajudan asal Skotlandia, John Brown, yang banyak membantunya sejak suami Ratu, Pangeran Albert, meninggal.

Sejarawan Carolly Erickson dalam bukunya Her Little Majesty menulis, "Bagi orang India berkulit gelap dan disejajarkan dengan pembantu kulit putih ratu merupakan satu hal yang tak bisa diterima, duduk di satu meja bersama mereka, dan bersama-sama dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu penghinaan."

Sekretaris pribadi ratu, Fritz Ponsonsby, dalam satu suratnya yang berisi protes terkait Abdul menulis, "Ratu mengatakan yang terjadi adalah berprasangka karena rasis, dan bahwa kami cemburu dengan Munshi."

Shrabani Basu mengungkap persahabatan antara Ratu dan Abdul setelah berkunjung ke kediaman musim panas Ratu dan menulis buku Victoria & Abdul: The True Story of the Queen's Closest Confidant.

Basu menulis saat itu Ratu menginginkan staf dari India untuk membantu jamuan makan malam untuk para kepala negara.

Abdul, putra seorang staf rumah sakit di Agra, India, merupakan salah seorang dari dua pembantu yang dipilih.

Shrabani Basu mengatakan hubungan Ratu Victoria dan Abdul lebih seperti hubungan ibu dan anaknya.

"Dalam surat-suratnya (kepada Abdul) selama bertahun-tahun setelah ia tiba di Inggris sampai kematiannya pada 1901, ratu menandatangani surat dan menyebut sebagai "ibu yang mencintaimu" dan "rekan dekatmu," kata Basu pada saat peluncuran buku yang sudah diperbarui pada 2011.

"Di surat-surat lain, ia menambah tanda ciuman- sesuatu yang sangat jarang terjadi pada saat itu."

Hubungan inilah yang membuat marah anak-anak Ratu Victoria.

"Kisah cinta menakjubkan"

"Pada saat Kerajaan Inggris pada puncak keemasan, seorang pemuda Muslim menduduki posisi penting di kerajaan," tambahnya.

Perasaan marah kepada Abdul ini terlihat dengan dipecatnya Abdul oleh putra ratu, Edward VII, hanya beberapa jam setelah pemakaman.

Namun upaya Basu berhasil melacak buku harian yang masih disimpan anggota keluarga di India dan Pakistan, sejak Abdul meninggal pada 1909. Buku harian ini mengisahkan 10 tahun hidupnya di Inggris.

Buku harian dan jurnal lainnya dibawa Abdul dan keponakannya Abdul Rashid ke India setelah mereka dipecat. Mereka pindah ke Pakistan 40 tahun kemudian saat terjadi perpecahan.

Seorang anggota keluarga Abdul membaca tentang buku Basu di surat kebar Pakistan dan memberitahukannya tentang berbagai catatan yang masih tersimpan di Karachi.

Kisah hubungan Victoria dan Abdul ditayangkan dalam film.

"Saya cukup beruntung dapat mengungkap kisah cinta menakjubkan ini," kata Basu.

Film Victoria and Abdul sendiri mendapatkan berbagai tanggapan.

"Sangat senang akhirnya cerita ini terungkap di balik upaya untuk menyembunyikannya," kata salah seorang pengguna Tori‏ @torilouiseclare melalui Twitter Victoria and Albert.

"Saya tak pernah menangis saat nonton film namun film ini membuat saya emosional," kata pengguna lain Gabriel‏ @gabrielcooper13.

Tetapi tak sedikit yang menyebut film ini sama sekali tak mengangkat penderitaan akibat kolonialisme Inggris di India.

"Film ini perlu diboikot. Kebohongan. Inggris membunuh jutaan orang di India dari berbagai agama," tulis Jay Bhatti. (*)

Tags : abdul dan victoria, kisah pemuda muslim abdul disayangi victoria ratu inggris, mengungkap hubungan abdul dan victoriahubungan victoria dan abdul ditayangkan dalam film,