Pekanbaru   2025/09/22 9:57 WIB

KNPI Riau Risih Lihat Masalah Sampah Plastik yang Bisa Menyumbat dan Memperburuk Aliran Sungai

KNPI Riau Risih Lihat Masalah Sampah Plastik yang Bisa Menyumbat dan Memperburuk Aliran Sungai

PEKANBARU - Krisis limbah plastik sepertinya telah begitu akutnya, khusus untuk masalah sampah yang ada di Sungai Siak (tengah kota) Pekanbaru.

"Masalah sampah plastik masih menghantui pada sungai ketika dunia memperingati Hari Bumi, yang jatuh setiap bulan April."

"Sungai-sungai dan selokan-selokan masih tersumbat oleh botol, tas dan kemasan plastik lainnya," kata Larshen Yunus, Ketua Dewan Pengurus Daerah [DPD] Tingkat I, Komite Nasional Pemuda Indonesia [KNPI] Provinsi Riau yang turut prihatin.

"Para pejabat sepertinya terlibat dalam 'pertempuran' melawan sampah yang menumpuk secepat mereka membersihkannya."

"Ini di kota Pekanbaru menggambarkan sebagai 'musuh terbesar kita'. Saban hari, minggu dan tahun pengendalian dan penanganan sampah tak pernah selesai," kata dia.

Seperti di Kota Pekanbaru ini, kata Larshen, dikenal bukan hanya untuk urusan positif, namun karena kerepotan dalam mengatasi gunung-gunung sampah.

"Ledakan jumlah penduduk juga menjadi faktor lain berdampak pada merajalelanya wadah, pembungkus, serta kantong plastik yang menggantikan kemasan alami dan tradisional yang mudah terurai di alam seperti daun pisang."

"Ya akibatnya, sudah kita ketahui bersama, upaya pemerintah setempat (Pemko) untuk mengumpulkan dan mengelola sampah tidak mampu mengikuti ekspansi dramatis dari sampah yang dihasilkan warga," sebutnya.

Menurut Larshen, budaya lama membuang sampah ke selokan dan sungai menunjukkan bahwa setiap upaya untuk membersihkan lingkungan membutuhkan perubahan besar dalam pola pikir masyarakat.

Di Kota Pekanbaru (kota besar) keempat di Indonesia, kami menyaksikan pemandangan mengguncangkan: konsentrasi sampah plastik yang begitu tebal sehingga tampak seperti gunung es dan menyumbat sebuah anak sungai utama di kota ini.

Petugas kebersihan terpaksa melakukan pembersihan yang ektrem dengan menggunakan tongkang dan jaring untuk mencoba menguraikan kantong plastik, kotak makanan dan botol styrofoam, "tetapi sepertinya usaha yang tampak sia-sia karena sepanjang waktu makin banyak saja limbah plastik mengalir ke arah mereka dari hulu,."

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Pekanbaru, mengatakan kepada saya bahwa persoalan ini 'mustahil dipecahkan tanpa campur tangan lapisan masyarakat.

"Itu sebabnya dia mengambil langkah drastis untuk meminta bantuan tentara untuk terlibat melakukan pembersihan-pembersihan pada selokan, saluran air dan sungai, dan langkah itu memang ada hasilnya," cerita Larshen.

"Hasilnya sedikit membaik ... tapi saya kesal, saya sedih melihat situasi ini. Saya (selaku pemuda) mencoba ikut memikirkan cara terbaik untuk menyelesaikan hal ini ... yang paling sulit adalah perilaku warga dan kemauan politik," kata Larshen. 

"Musuh kita saat ini bukan musuh di pertempuran, apa yang terlihat saat ini adalah sampah, itu adalah musuh terbesar kita."

Namun Larshen juga mengatakan bahwa ada plastik-plastik yang diakui berharga misalnya, karton plastik dan botol minum dapat dipisahkan dari sampah lain dan bisa dijual.

"Mendorong orang untuk melihat plastik sebagai sumber daya adalah langkah kunci untuk menemukan solusi terhadap krisis ini." 

Tetapi Larshen menilai, untuk mendorong daur ulang, pihak berwenang di wilayah Pekanbaru sebaiknya sudah bisa memulainya dimulai prakarsa pada lokasi-lokasi tempat ramah lingkungan.

"Warga dapat membawa barang-barang lama dari plastik dan mendapatkan sejumlah kecil uang sebagai imbalan."

"Plastik kemudian dibagi berdasarkan jenisnya dan bisa memisahkan berbagai jenis polimer menghasilkan harga yang lebih mahal."

Kabar bahwa plastik memiliki nilai dan meningkatkan kesadaran akan masalah sampah plastik tetapi banyak warga yang tetap tidak tertarik atau tidak dapat melihat inti masalahnya.

"Melalui media sosial bisa dengan cepat menyampaikan citra saluran air yang tercekik, mereka segera melihat bahwa 'inilah yang terlihat oleh sungai saya sekarang dan saya melakukan itu karena saya membuang semua plastik ini' sehingga mereka mendapatkan umpan balik lebih cepat dari biasanya." 

"Tantangannya tidak hanya monumental dalam skala belaka, tetapi juga dalam kenyataan bahwa masalahnya terus muncul secara konstan," kata Larshen.

"Saya juga sempat bertanya pada warga setempat (dilingkungan Sungai Siak), umumnya mereka mengeluh bahwa setiap kali mereka mencoba membersihkannya, akan datang lagi sampah plastik lain dari hulu, seperti yang terjadi di sungai tengah kota itu.

Jadi menurut Larshen Yunus yang paling apokaliptik dari itu semua, sebutnya, adalah pemandangan di sebuah sungai itu sendiri. Lumpur di garis-garis pinggiran sungai benar-benar tersembunyi oleh lapisan tebal sampah plastik yang membentang ratusan meter. (*)

Tags : sampah plastik, sampah di belantaran sungai siak, pekanbaru, komite nasional pemuda indonesia, knpi, larshen yunus, knpi risih lihat masalah sampah plastik, sampah plastik menyumbat dan memperburuk aliran sungai,