Sektor filantropi Islam di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan.
JAKARTA -- Sektor filantropi Islam di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari rendahnya literasi zakat hingga isu sumber daya manusia (SDM). Hal disampaikan Ketua Bidang Inovasi dan Literasi Forum Zakat (FOZ), Eko Muliansyah dalam diskusi bertema Menakar Kontribusi Filantropi Islam Dalam Pengentasan Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia yang digelar PEBS UI pada Selasa (19/8).
"Kami melihat ada beberapa tantangan-tantangan utama yang kami hadapi di lembaga zakat itu, jadi literasi zakat memang kami rasa masih cukup rendah ya," kata Eko dalam diskusi yang digelar PEBS UI pada Selasa (19/8).
Ia menjelaskan bahwa banyak orang masih memilih menyalurkan zakat secara langsung kepada mustahik (penerima zakat), karena ingin melihat dana zakat diserahkan secara langsung kepada penerimanya.
Menurut Eko, masyarakat belum sepenuhnya menyadari potensi besar dari pengelolaan zakat oleh lembaga amil zakat (LAZ).
Sangat disayangkan masyarakat tidak melihat dana zakat tersebut jika dikelola dan dihimpun dengan baik oleh LAZ, akan lebih berdampak besar hasilnya.
Selain itu, Eko juga menyoroti tantangan internal yang dihadapi lembaga zakat. Setiap LAZ punya core value yang kadang-kadang sama dengan LAZ lain, tapi ada juga core value yang beda dengan LAZ lain.
"Kemudian posisi-posisi lembaga zakat (LAZ) juga di satu tempat juga ada dua sampai tiga lembaga, itu kelihatan juga ada yang tumpang tindih, tapi justru ini akan menghasilkan titik kolaborasi yang mungkin kalau kita lihat tantangan ini menjadi sebuah peluang," jelasnya.
Ia juga memaparkan bahwa banyak SDM di LAZ berlatar belakang dari yayasan atau pesantren. LAZ yang menjadi anggota FOZ, mungkin mayoritas SDM-nya dari pesantren dan yayasan.
Mereka mungkin memiliki niat tulus ingin membantu dan menjadi jembatan antara muzakki dan mustahik. Kemudian ada aturan pemerintah terkait pengelolaan zakat, sehingga mereka membuat legalitas dan surat izin beroperasi sebagai LAZ.
Melihat latar belakang SDM di LAZ, Eko menilai bahwa kapasitas SDM di LAZ memang harus ditingkatkan. Itu menjadi perhatian FOZ dan tantangan bersama yang harus diselesaikan.
Eko juga menilai bahwa LAZ harus terus berupaya beradaptasi dengan teknologi demi meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.
"Sekarang beberapa lembaga zakat sudah berusaha untuk lebih terbuka dengan menggunakan sistem blockchain. Jadi saking kami ini, saking lembaga zakat ini berusaha untuk meningkatkan transparansi, meningkatkan akuntabilitas. Kami berusaha berdamai dengan teknologi, berdamai dengan teknologi untuk meyakinkan kepada publik bahwasannya, melalui kami pemberdayaan masyarakat ini lebih maksimal dampaknya," kata Eko.
Eko menilai, keberadaan lembaga zakat membuktikan efektivitas distribusi dan pendayagunaan dana.
"Kami menilai efektivitas dari distribusi dan pendayagunaan. Eksistensi lembaga zakat itu membuktikan bahwasannya kami efektif dan kami mendistribusikan penyaluran ini secara baik dan benar."
Ia mencontohkan, lembaga yang berlatar belakang pesantren sudah berkontribusi pada pendidikan dan bisnis sebelum adanya LAZ.
Jadi sebelum ada penyaluran dana dari LAZ, pesantren sudah berkontribusi meningkatkan dan memajukan dunia pendidikan, dan memberikan peluang bisnis.
Menurutnya, program-program LAZ menjadi poin yang harus disinergikan dengan seluruh elemen masyarakat.
Eko menekankan pentingnya sinergi, terutama dalam pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.
Contohnya, kalau masyarakat penerima zakat masih belum terpenuhi kebutuhan dasarnya. Maka sulit bagi LAZ untuk meningkatkan kemampuan ekonominya.
Sehingga perlu ada sinergi setiap LAZ, ada LAZ yang mengatasi kebutuhan dasarnya, kemudian LAZ lain meningkatkan kemampuan ekonominya.
"Karena yang namanya mustahik itu kalau perutnya masih kosong, mau dikasih modal berapapun untuk bisnis pasti habis," ujar Eko.
Eko menegaskan bahwa sinergisitas setiap lembaga ini sangat penting dalam upaya pengentasan kemiskinan.
"Jadi sinergitas itu penting banget. Sinergitas itu keren banget kalau kita bisa merangkum ini semua menjadi model proses yang bisa kita bagi bersama-sama, karena tanggung jawab pengentasan kemiskinan itu bukan hanya sekedar mereka berdaya, tapi juga mereka sudah tertutupi kebutuhan pokoknya tanpa harus merusak mentalnya," jelas Eko. (*)
Tags : zakat, forum zakat, zis, ziswaf, lembaga zakat, lembaga filantropi,