JAKARTA - Menko Polhukam Mahfud MD dan mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil baru-baru ini masuk dalam deretan nama yang sedang dipertimbangkan untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres) Ganjar Pranowo, yang diusung oleh PDIP. Keduanya dikabarkan telah bertemu dengan ketua umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, secara gamblang mengatakan Mahfud MD dan Ridwan Kamil termasuk dalam nama-nama yang dipertimbangkan menjadi bacawapres. Adapun pengumumannya menunggu “momentum yang tepat”.
"Ada Pak Sandi, ada Pak RK, ada Pak Mahfud Md, ada Tuan Guru Bajang, ada juga Pak Andika. Ini terus dilakukan pencermatan nama-nama dan tunggu momentum yang tepat untuk dapat disampaikan pada waktu yang tepat," kata Hasto, Rabu (13/9).
Hasto mengaku optimistis pihaknya akan menang satu putaran.
“Dan itu pasti menang satu putaran; itu harapan dari rakyat tetapi tentu saja kita melihat dinamika politik yang ada,” sebutnya.
Menurut pengamat politik, Ridwan Kamil kemungkinan besar dipertimbangkan sebagai pendamping Ganjar demi mengamankan suara di Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Adapun pertimbangan untuk Mahfud MD diduga lebih terkait latar belakangnya di Nahdlatul Ulama serta pengalamannya di pemerintah pusat.
Nama Mahfud MD dan Ridwan Kamil sudah lama muncul dalam bursa cawapres berdasarkan sejumlah survei.
Tapi baru-baru ini, keduanya mencuat sebagai bakal calon wakil presiden (bacawapres) Ganjar Pranowo setelah terungkap bahwa mereka sudah bertemu dengan ketua umum PDIP Megawati Soekarnoputri. PDIP adalah partai terbesar yang mengusung Ganjar sebagai capres.
Mahfud sendiri mengonfirmasi tentang pertemuannya dengan Megawati namun dia mengatakan belum ada perjanjian apa-apa.
“Saya belum mengikatkan diri,” katanya kepada reporter detikX.
Sebelumnya, Ganjar mengunggah foto dirinya berdua dengan Mahfud saat sedang “ngopi sore” di akun Instagramnya.
Foto tersebut memantik komentar dari para pendukung Ganjar yang berharap keduanya dapat maju sebagai pasangan calon di Pilpres 2024.
Menko Polhukam mengaku telah mendengar kabar bahwa dirinya dan Ridwan Kamil menjadi kandidat kuat bakal cawapres Ganjar.
Dia mengeklaim tidak pernah menawarkan diri kepada partai maupun Ganjar.
“Biar nanti yang dipilih yang terbaik saja untuk bangsa dan negara ini, untuk kondisi ekonomi dan negara yang lebih baik. Kalau soal mengerucut ke nama-nama, itu kan urusan internal partai,” kata Mahfud.
Adapun pertemuan Ridwan Kamil dengan Megawati pada pekan lalu dikonfirmasi oleh Partai Golkar.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia, mengatakan Ridwan Kamil telah menceritakan pertemuan tersebut ke ketua umum Golkar, Airlangga Hartarto.
“Waktu itu disampaikan bahwa Pak RK diundang oleh Bu Megawati kemudian ditawarkan jadi wakil presiden. Ya, latar belakangnya karena Pak Ganjar membutuhkan figur yang bisa memperkuat di Jawa Barat gitu,” kata Doli kepada wartawan di kompleks parlemen, Senayan, Rabu (13/09).
Menurut Doli, karena Ridwan Kamil adalah salah satu wakil ketua umum di Golkar, pembicaraan seperti itu seharusnya dilakukan di level DPP. Selama itu belum dilakukan, kata dia, maka hanya akan menjadi wacana.
Pihak Mahfud MD maupun Ridwan Kamil tidak merespons permintaan komentar dari BBC News Indonesia.
Ridwan Kamil tampaknya menjadi pilihan yang jelas bagi Ganjar untuk mengamankan suara dari Jawa Barat, lumbung suara terbesar di Pemilu Serentak 2024. Beberapa survei menyatakan bahwa dukungan untuk Ganjar lemah di Jabar.
Survei LSI Denny JA, pada Mei lalu, misalnya, menunjukkan bahwa elektabilitas Ganjar unggul di Jawa Tengah dan Jawa Timur namun kalah dari dua capres lainnya, Prabowo dan Anies, di Jawa Barat. Adapun survei terbaru dari SMRC menemukan bahwa kepopuleran Ganjar di kalangan pemilih Jabar kalah jauh dari Prabowo.
Sementara itu, mantan Walikota Bandung dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, tetap sangat populer di Jawa Barat - meskipun pernah dikritik gagal menangani beberapa masalah seperti penggusuran dan transportasi publik.
Hal itu diakui sendiri oleh Emil, demikian dia biasa dipanggil.
"Saya paling tinggi di sini, dan Mas Ganjar agak sulit di Jawa Barat," kata Emil.
"Jadi kalau digabung, kalau menurut matematika, ya matching. Tapi kan perjodohan itu bukan matematika. Bisa ada pertimbangan-pertimbangan non-matematis," imbuhnya.
Namun ada satu hal yang memperumit ini: Ridwan Kamil adalah anggota Partai Golkar, yang telah menyatakan dukungan kepada Prabowo Subianto.
Selain itu, Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia, mengatakan partai berlambang beringin itu sudah punya rencana sendiri untuk Emil yaitu mencalonkannya di pemilihan kepala daerah (Pilkada) entah di DKI Jakarta atau Jawa Barat.
Pengamat politik dari lembaga survei KedaiKOPI, Hendri Satrio, menilai proses meminang Ridwan Kamil akan lebih rumit karena PDIP harus meminta izin terlebih dahulu ke ketua umum Golkar Airlangga Hartarto.
“Nah kalau Airlangga kasih izin, ini kan artinya Golkar juga mesti pindah koalisi dari koalisinya Prabowo ke koalisinya Ganjar – itu butuh izin dari Pak Prabowo; dan bukan hanya Prabowo, Pak Jokowi yang lebih tinggi. Sudah dapat izin dari Jokowi, mesti dapat izin juga dari Bu Mega,” kata HendrI.
Kelemahan Ridwan Kamil lainnya, imbuh Hendri, adalah dia terkenal suka pindah-pindah kendaraan politik dan bahkan dijuluki “kutu loncat” oleh beberapa pengamat politik.
Arsitek lulusan ITB itu didukung Gerindra dan PKS ketika maju dalam pemilihan wali kota Bandung pada 2013; kemudian diusung Hanura, NasDem, PPP, dan PKB pada pemilihan gubernur Jabar pada 2018; sebelum akhirnya bergabung ke Golkar.
“Itu mungkin dicatat oleh masyarakat. Memang banyak pengikutnya di media sosial, tapi menurut hasil disertasi saya, aktivitas medsos itu nggak signifikan pengaruhnya ke elektabilitas,” kata Hendri.
Arya Fernandes, peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), menduga Ridwan Kamil tidak akan keluar dari Golkar meskipun akhirnya menjadi cawapres Ganjar.
Menurut Arya, jika Emil berhasil menjadi wapres, dia akan tetap membutuhkan partai Golkar.
Situasi yang sama terjadi pada Pilpres 2004 ketika Jusuf Kalla (JK), kader Golkar yang mengusung Wiranto, justru berpasangan dengan Susilo Bambang Yudhoyono.
Waktu itu JK tidak mundur dari Golkar, dan bahkan setelah itu menjadi ketua umum.
“Yang kedua, RK ini bisa menjadi salah satu alternatif kepemimpinan di tengah Golkar. Tentu beliau sadar juga potensi dia untuk menjadi pimpinan Golkar juga terbuka. Jadi dia saya kira tidak akan mundur,” kata Arya.
Sementara itu Mahfud MD, orang Jawa Timur dan berlatar belakang Nahdlatul Ulama (NU), kemungkinan dipertimbangkan untuk mengonter Muhaimin Iskandar alias Cak Imin yang sudah menjadi cawapres Anies Baswedan.
Pengamat politik mengatakan suara NU selalu menjadi incaran para kandidat capres dalam setiap ajang pemilu karena merupakan ormas Islam dengan jumlah pengikut terbesar yang tersebar di seluruh Indonesia.
Doktor ilmu politik di Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, menjelaskan hal lain yang membuat Mahfud populer di masyarakat adalah dia mengungkap beberapa kasus di pemerintahan.
Misalnya, “gerakan bawah tanah” untuk menekan pengadilan dalam kasus Ferdy Sambo dan transaksi janggal 349 Triliun di Kementerian Keuangan.
“Paling tidak, Mahfud sangat disukai oleh publik karena dia membongkar kasus-kasus dalam pemerintahan walaupun banyak juga persoalannya yang tidak selesai. Tapi masyarakat menganggapnya itu sesuatu yang positif dari Mahfud MD,” kata Ujang.
Mahfud nyaris menjadi cawapres Jokowi pada 2019 sebelum digantikan oleh Ma’ruf Amin pada saat-saat terakhir. Menurut Ujang, itu menunjukkan bahwa Mahfud “secara kualitas dia mumpuni” untuk menjadi cawapres.
Kelemahan Mahfud, seperti ditunjukkan oleh Hendri Satrio, adalah elektabilitasnya di survei-survei selalu lebih rendah dari Ridwan Kamil.
Dia tidak pernah masuk tiga teratas seperti Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Sandiaga Uno, Erick Thohir, dan Ridwan Kamil.
PDIP tunggu “momentum yang tepat”
Sementara ini, Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo masih menimbang nama-nama bacawapres yang tepat untuk mantan Gubernur Jawa Tengah itu.
Plt Ketua Umum PPP, Muhammad Mardiono, mengatakan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, bersama tiga ketua umum parpol pengusung Ganjar – PPP, Perindo, dan Hanura – akan menentukan sosok terbaik dari nama-nama dalam bursa cawapres termasuk Sandiaga Uno, Mahfud MD, Andika Perkasa, dan Tuan Guru Bajang.
"Kita mengutamakan bukan orang, nama, dan kelompok dari golongan mana dan daripada apa, tetapi mengutamakan tentang kapasitas ya capres itu sendiri yang akan kita pasangkan dengan Pak Ganjar Pranowo," ujarnya kepada wartawan dalam jumpa pers usai rapat konsolidasi TPN di Jakarta Pusat, Rabu (13/09).
Pada kesempatan yang sama, Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, mengatakan pihaknya terus melakukan pencermatan nama-nama bacawapres, termasuk RK (Ridwan Kamil), dan pengumumannya menunggu “momentum yang tepat”.
“Dan itu pasti menang satu putaran; itu harapan dari rakyat tetapi tentu saja kita melihat dinamika politik yang ada,” kata Hasto.
Dalam sebuah unggahan di akun X resmi PDIP, Rabu (13/09), Hasto menyebut masih ada kemungkinan muncul sosok baru yang menjadi cawapres Ganjar — sosok yang namanya tidak masuk dalam radar lembaga survey.
Dia mengatakan bisa saja muncul tokoh baru menjelang pendaftaran capres dan cawapres ke KPU.
Hasto mengungkap bahwa Megawati mencari sosok yang “diam-diam bekerja dalam sunyi dan tidak punya ambisi pribadi”
Pakar politik Ujang Komarudin menilai semua tokoh yang muncul dalam bursa capres punya peluang untuk dipilih. Tapi pada akhirnya, keputusan tergantung pada Megawati.
Itu karena PDIP adalah satu-satunya partai yang bisa maju sendiri di Pilpres 2024 tanpa berkoalisi — imbas dari aturan presidential threshold.
“Tinggal nanti rasionalisasi dari Megawati sendiri – cocoknya ke mana, sesuai kepentingan PDIP itu,” kata Ujang. (*)
Tags : Politik, Pilpres 2024, Indonesia, Pemilu 2024,