Riau   2025/08/07 8:52 WIB

Mahkota Kesultanan Siak Kembali Setelah 80 Tahun di Museum Nasional, 'yang Membuktikan Kemuliaan dan Perjuangan Bangsa Melayu di Tanah Air'

Mahkota Kesultanan Siak Kembali Setelah 80 Tahun di Museum Nasional, 'yang Membuktikan Kemuliaan dan Perjuangan Bangsa Melayu di Tanah Air'
Artefak Sultan Siak Sri Indrapura tiba di LAM Riau, Rabu (6/8/2025).

PEKANBARU – Masyarakat Riau akan menyaksikan momen bersejarah dalam peringatan Hari Jadi ke-68 Provinsi Riau. Setelah lebih dari delapan dekade berada di Museum Nasional, Mahkota Kesultanan Siak Sri Indrapura akhirnya kembali ke tanah kelahirannya dan akan dipamerkan secara langsung kepada publik.

"Mahkota Kesultanan Siak kembali setelah 80 tahun di Museum Nasional."

"Pameran tahun ini sangat istimewa. Untuk pertama kalinya, mahkota, pin, dan pedang Sultan Siak kembali ke Riau setelah sekian lama berada di Jakarta. Ini menjadi daya tarik utama dan momen bersejarah bagi kita semua,” kata Roni Rahmat, Ketua Panitia Pameran sekaligus Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Kamis (7/8).

Pameran ini akan berlangsung selama empat hari, mulai tanggal 7 hingga 10 Agustus 2025, berlokasi di Jalan Sultan Syarif Kasim, tepat di depan Masjid Raya Annur Pekanbaru.

Selain mahkota megah tersebut, dua artefak lainnya juga turut diboyong dari Jakarta, yakni pin dan pedang peninggalan Sultan Siak—tiga simbol kejayaan dan kebesaran kerajaan Melayu yang pernah berjaya di bumi Lancang Kuning.

Menurut Roni Rahmat, sepanjang sejarah, inilah kali pertama masyarakat Riau dapat melihat langsung ketiga benda pusaka tersebut, yang selama ini hanya bisa diakses melalui dokumentasi museum nasional atau literatur sejarah.

Pameran akan dibuka setiap hari pada pukul 14.00 hingga 20.00 WIB, dengan pengamanan ekstra ketat sesuai prosedur dari pihak Museum Nasional Indonesia yang memberikan izin peminjaman.

“Saya saat ini masih berada di Museum Nasional. Mahkota, pin, dan pedang sedang dalam proses pengepakan oleh tim profesional. Insya Allah, besok tiba di Pekanbaru dan akan langsung disambut dengan prosesi adat Melayu di Balai Adat LAMR," tambah Roni.

Mahkota Kesultanan Siak memiliki nilai sejarah dan simbolis yang sangat tinggi. Dibuat pada abad ke-19, mahkota ini terbuat dari material mewah: emas, berlian, rubi, zamrud, dan mutiara.

Dengan berat mencapai 1.803,3 gram, diameter 33 sentimeter, dan tinggi 27 sentimeter, mahkota ini disebut sebagai salah satu artefak kerajaan Melayu paling megah yang ada di Indonesia.

Mahkota ini meninggalkan tanah Siak sejak tahun1945, saat Sultan Syarif Kasim II secara sukarela menyerahkan simbol-simbol kebesaran kerajaan kepada pemerintah Republik Indonesia sebagai bentuk dukungan terhadap kemerdekaan.

Tak hanya itu, sang sultan juga memberikan sumbangan satu juta gulden—jumlah fantastis saat itu—untuk mendukung perjuangan Indonesia yang baru saja memproklamasikan kemerdekaannya.

Kehadiran mahkota dan artefak lainnya dalam pameran pembangunan ini tidak hanya menjadi tontonan budaya, tapi juga menjadi momentum penting dalam membangkitkan kembali kebanggaan masyarakat Melayu Riau akan sejarah dan jati dirinya.

Pameran ini diharapkan dapat menjadi pengingat akan kejayaan masa lalu, serta inspirasi bagi generasi muda Riau untuk mencintai warisan budaya dan sejarah lokal yang begitu kaya dan membanggakan.

“Ini bukan sekadar pameran artefak, tapi bentuk penghormatan terhadap identitas kita sebagai orang Melayu. Mahkota ini adalah lambang kebesaran, sekaligus bukti cinta Sultan Siak terhadap Indonesia," sebut Roni Rahmat.

Artefak berupa mahkota, pin, dan pedang Sultan Siak itu masih tersimpan di dalam box itu tiba di Kantor Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Jalan Jenderal Sudirman pukul 18.15 Wib.

Mahkota tersebut disambut oleh Gubernur Riau Abdul Wahid didampingi Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heryawan di VIP Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

Setibanya di LAM Riau, artefak tersebut diterima oleh Dewan Pimpinan Harian (DPH) LAM Riau Datuk Seri Taufik Ikram Jamil, Ketum Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAM Riau Datuk H Raja Marjohan Yusuf didampingi Bupati Siak Afni Zulkifli.

Pihak Museum Nasional Indonesia telah memberikan izin peminjaman benda-benda pusaka ini dengan prosedur keamanan yang ketat.

Mahkota Siak dibawa ke Jakarta pada tahun 1945, saat Sultan Syarif Kasim II menyerahkan simbol-simbol kebesaran kerajaan kepada pemerintah Republik Indonesia sebagai bentuk dukungan terhadap kemerdekaan.

Selain mahkota, sang sultan juga menyumbangkan dana sebesar satu juta gulden untuk perjuangan negara yang baru merdeka.

Mahkota Kesultanan Siak merupakan salah satu artefak kerajaan Melayu yang paling megah di Indonesia.

Dibuat pada abad ke-19, mahkota ini terbuat dari emas, berlian, rubi, zamrud, dan mutiara. Mahkota tersebut memiliki berat 1.803,3 gram, diameter 33 sentimeter, dan tinggi 27 sentimeter.

Kehadiran mahkota ini dalam pameran pembangunan dipandang sebagai momen penting dalam memperkuat kembali jati diri dan kebanggaan masyarakat Melayu Riau terhadap warisan sejarah dan budayanya.

Gubernur Riau Datuk Seri Setia Amanah Abdul Wahid menyebutkan kehadiran Mahkota Kerajaan Siak di Pekanbaru sebagai momen bersejarah yang sarat makna.

Ia menegaskan bahwa mahkota bukan sekadar benda pusaka, tetapi simbol kemuliaan dan perjuangan bangsa Melayu untuk Republik Indonesia.

"Alhamdulillah, dalam rangka Hari Jadi ke-68 Provinsi Riau, kita bisa membawa Mahkota Asia kembali ke Riau untuk dipamerkan dan bisa dilihat oleh seluruh masyarakat yang rindu akan Mahkota Kerajaan Siak," ujar Gubernur Wahid, sambutannya pada acara penyambutan Mahkota Sultan Siak, pin, dan pedang di Balai Adat LAMR, Rabu (6/8).

Ia menyebut bahwa Mahkota Siak merepresentasikan lebih dari sekadar lambang kekuasaan. Mahkota itu merupakan simbol keikhlasan dan komitmen besar Sultan Syarif Kasim II terhadap kemerdekaan Indonesia.

"Yang diserahkan kepada Republik Indonesia bukan hanya kekuasaan, tetapi juga kemuliaan, keikhlasan, dan perjuangan. Bahkan Sultan Syarif Kasim II menyumbangkan satu juta Gulden untuk kemerdekaan bangsa ini," katanya.

Gubernur menekankan pentingnya kehadiran pusaka ini sebagai sarana edukasi bagi generasi muda. Ia ingin agar anak-anak muda Riau mengenal jati diri sejarahnya, serta memahami bahwa bangsa Melayu adalah bangsa besar, berdaulat, dan beradab.

"Kita ingin generasi muda tidak merasa asing dengan sejarahnya sendiri. Kita ingin mereka bangga, bahwa leluhurnya bukan hanya berbudaya tinggi, tapi juga rela berkorban demi persatuan bangsa," ucapnya.

Ia juga menyinggung pesan simbolik dari mahkota yang diyakini bertuliskan kalimat bermakna spiritual, salah satunya dikenal sebagai "mahkota bulan purnama".

"Kalau engkau memandang mahkota itu, bacalah tulisannya. Karena di sana ada pesan, ada cahaya, ada pengingat siapa kita sebenarnya," kata Wahid.

Pameran Mahkota Sultan Siak akan digelar mulai 7 hingga 10 Agustus 2025 di Jalan Sultan Syarif Kasim II, tepat di depan Masjid Raya Annur, Pekanbaru. Pameran terbuka untuk umum dan dapat dikunjungi setiap hari mulai pukul 14.00 - 20.00 WIB. (*)

Tags : Mahkota Kesultanan Siak, Mahkota Seberat 1, 8 Kg, Mahkota Kesultanan Siak Kembali ke Riau, Mahkota Kesultanan Siak Bukti Kemuliaan Melayu, Mahkota Kesultanan Siak Bukti Perjuangan Bangsa Melayu ,