Yang paling utama dalam memakai pakaian ihram sejak keluar dari rumahnya.
AGAMA - Di dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 196, Allah SWT memerintahkan hambaNya yang beriman untuk menyempurnan ibadah haji dan umrah. Surat Al-Baqarah ayat 196 yang artinya:
"Dan sempurnakanlah Haji dan umrah karena Allah SWT."
Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rah.a menerangkan ayat di atas. Menurutnya, dalam sebuah hadits disebutkan bahwa maksud menyempurnakan haji dan umrah adalah berjalan dari rumahnya dengan memakai pakaian ihram untuk haji atau umrah.
"Yang paling utama dalam memakai pakaian ihram sejak keluar dari rumahnya," katanya dalam kitab Fadhilah Haji.
Menurutnya banyak riwayat yang menyebutkan keutamaannya memakai pakain ihram sejak keluar dari rumahnya. Akan tetapi karena setelah Ihram banyak sekali perkara yang harus dihindari dan karena lamanya seseorang berada dalam keadaan ihram, terkadang ia melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ihra.
"Oleh karena itu ulama memberitahukan bahwa kehati-hatian pada memakai ihram dari miqat agar terhindar dari dosa itu hendaknya lebih diutamakan dan lebih didahulukan daripada pendapat keutamaan memakai pakaian ihram sejak dari rumah," katanya.
Dalam hadirs terdapat banyak riwayat tentang keutamaan umrah sebagian telah disebutkan bersama dengan keutamaan haji pada hadits-hadits sebelumnya.
Setelah berhijrah Nabi SAW, hanya satu kali melakukan haji akan tetapi beliau melakukan umrah empat kali. Salah satunya tidak bisa beliau sempurnakan karena orang-orang musyrik tidak mengizinkan beliau memasuki Makkah.
Pada waktu itu kata Syekh Muhammad Zakariyya diputuskan bahwa pada tahun tersebut supaya tidak berumrah dan pada tahun depan diperintahkan supaya datang dan mengerjakan umrah. Nabi SAW mengerjakan tiga umroh dengan sempurna.
Selain itu harus bisa utamakan sabar saat perjalanan haji dan umrah.
Karena jarak tempuh sangat panjang, perjalanan haji umrah ini erat dengan kesulitan.
Melaksanakan Ibadah haji atau umrah di Makkah merupakan ibadah paling melelahkan karena panjang perjalanannya.
Karena jarak tempuh sangat panjang, perjalanan ini erat dengan kesulitan.
Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al Kandahlawi Rah.a dalam kitab Fadhilah Haji menyarankan segala macam kesusahan dan rintangan di jalan ini hendaknya dihadapi dengan senang hati dan lapang dada.
Jangan jamaah haji dan umrah tak sabar dalam menghadapi segala cobaan selama perjalanan.
"Jangan sampai menunjukkan ketidaksabaran dan rasa tidak syukur," kata Syekh Muhammad Zakariyya.
Menurut Syekh Maulana Muhammad Zakariyya, para ulama menulis bahwa penderitaan apa saja yang menimpa badan di jalan ini sama kedudukannya dengan membelanjakan harta dijalan Allah.
"Maksudnya kalau membelanjakan harta adalah sedekah yang bersifat kebendaan sedangkan penderitaan ini bersifat jasmani," katanya.
Ia juga menyarankan, dalam perjalanan haji ini para jamaah haji, ketika membelanjakan hartanya selama dalam perjalanan hendaknya didasari perasaan senang dan gembira. Jadi jangan sekali-kali membelanjakan harta dijalan ini dengan hati yang sempit.
"Karena telah disebutkan dalam hadits bawa satu rupiah pahalanya sama dengan 700 rupiah," katanya.
Selain itu, kata dia, Syekh Muhammad sangat penting diperhatikan oleh para jamaah haji atau umrah adalah memperhatikan hak-hak pemilik kendaraan. Jamaah tidak boleh menaruh beban di kendaraan yang lebih dari yang telah Ia izinkan.
"Yang diperbolehkan hanyalah meletakkan barang sesuai ongkosnya," katanya.
Kata dia, seandainya dengan kelebihan berat barang itu harus membayar, maka ia harus membayar. Kelebihan barang itu jangan disembunyikan begitu pun perjalanan dengan kereta api pun sama hukumnya.
"Para ulama kita sangat berhati-hati dalam hal ini sehingga sulit untuk dipahami," katanya. (*)
Tags : haji, kementerian haji dan umrah, umrah, manasik haji, maskapai haji, ibadah haji, islam, ibadah haji, ihram ,