JAKARTA - Masyarakat berpenghasilan rendah sangat pesimis melihat kondisi ekonomi Indonesia ke depan. Mereka juga semakin banyak menghabiskan tabungan untuk konsumsi, seperti makan.
Survei Bank Indonesia (BI) seperti dirilis CNBC Indonesia menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Mei 2023 meningkat cukup tajam.
Demikian pula dengan Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini ataupun Indeks Ekspektasi Konsumen.
Namun, optimism itu hanya berlaku bagi mereka yang memiliki pengeluaran di atas Rp 2 juta per bulan.
Mereka yang berpenghasilan di anatra Rp 1-2 juta justru melihat ekonomi ke depan dengan sangat pesimis.
IKK pada Mei 2023 tercatat 128,3 atau tertinggi sejak Mei 2022 atau setahun lalu.
IKK mencerminkan keyakinan konsumen dalam melihat kondisi ekonomi saat ini dan di periode yang akan datang.
Keyakinan konsumen ini akan mempengaruhi pola masyarakat dalam berbelanja.
Sementara itu Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) melesat ke 118,9. Level tersebut adalah yang tertinggi sejak Juni 2018 atau hampir lima tahun terakhir.
IKE menghitung indeks berdasarkan keyakinan masyarakat akan kondisi ekonomi saat ini dibandingkan dengan enam bulan yang lalu.
Keyakinan masyarakat terhadap penghasilan saat ini, ketersediaan lapangan kerja, hingga pembelian barang tahan lama bahkan melonjak tajam.
Keyakinan konsumen dalam melihat ketersediaan lapangan kerja saat ini bahkan mencapai ke level tertingginya setidaknya sejak 2012 atau 10 tahun terakhir.
Indeks mencerminkan tingginya kepuasan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dibandingkan satu semester lalu.
Namun, keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan ke depan kurang menggembirakan.
Indeks ekspektasi penghasilan menurun sementara indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dalam enam bulan ke depan menguat tipis.
Indeks ekspektasi usaha dalam enam bulan menguat ke 139,9 pada Mei atau posisi tertingginya dalam setahun terakhir
Survei BI juga menunjukkan masyarakat mulai meningkatkan konsumsi dan membayar cicilan lebih banyak. Alhasil, tabungan mereka terkuras.
Porsi pengeluaran masyarakat untuk konsumsi naik menjadi 75,4% pada Mei, dari 75,2% pada April.
Pengeluaran yang mereka habiskan untuk cicilan naik menjadi 8,8% dari 8,4% pada April. Jatah untuk tabungan berkurang cukup tajma dari 16,4% pada April menjadi 15,7% pada Mei.
Warga miskin sangat pesimis
Survei BI menunjukkan semua kelompok pengeluaran melihat kondisi ekonomi saat ini dan ke depan dengan optimism tinggi.
Hanya mereka yang berpengeluaran Rp 1-2 juta per bulan yang pesimis.
Kelompok tersebut adalah yang terendah dalam survei.
Sebagai catatan, BI membagi survei ke dalam lima kelompok pengeluaran yakni Rp 1-2 juta, Rp 2,1-3 jta, Rp 3,1-4 juta, Rp 4,1-5 juta serta mereka yang memiliki pengeluaran di atas Rp 5 juta.
IKK kelompok pengluaran Rp 1-2 juta turun dari 120 menjadi 116,5 pada Mei tahun ini.
Rendahnya IKK kelompok pengeluaran Rp 1-2 juta tak bisa dilepaskan dari keyakinan mereka jika perkembangan ekonomi ke depan tak cukup mampu membantu mereka.
Kelompok pengeluaran Rp 1-2 juta menjadi satu-satunya yang melihat kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dibandingkan enam bulan lalu.
Mereka juga menjadi satu-satunya kelompok yang memperkirakan jika kondisi ekonomi dalam enam bulan ke depan akan lebih buruk dari saat ini.
Mereka melihat kondisi penghasilan dan kondisi ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih buruk dibandingkan enam bulan lalu
Mereka melihat penghasilan akan membaik ke depan.
Namun, ketersediaan lapangan kerja dan usaha akan lebih buruk ke depan.
Keyakinan mereka melihat potensi ketersediaan lapangan kerja bahkan ambruk dari 137,2 pada April menjadi 122 pada Mei. Artinya, mereka melihat peluang untuk mendapatkan pekerjaan jauh lebih susah dalam enam bulan ke depan.
Indeks kegiatan usaha juga turun tajam dari 129 dari April 2023 menjadi 124,5 pada Mei tahun ini.
Mereka menjadi satu-satunya kelompok yang melihat jika potensi kegiatan usaha akan lebi buruk ke depan.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan mereka yang memiliki ekonomi lebih tinggi.
Kelompok pengeluaran Rp 2,1- 5 juta bahkan sangat optimis dalam melihat prospek dunia usaha ke depan.
Level optimisme mereka bahkan menjadi yang tertinggi dalam delapan bulan terakhir.
Pesimismenya kelompok pengeluaran Rp 1-2 juta bisa jadi terkait besarnya pengeluaran yang mereka habiskan untuk konsumsi dan membayar cicilan.
Konsumsi mereka naik cukup signifikan menjadi 76,9% pada Mei dari 75,7%. Kenaikan konsumsi bisa karena meningkatnya harga atau jumla barang yang dibeli.
Sementara itu, pendapatan mereka yang dihabiskan untuk membayar cicilan pinjaman meningkat menjadi 8,8% pada Mei, dari 8,4% pada April.
Untuk memenuhi konsumsi, masyarakat pengeluaran Rp 1-2 terpaksa harus porsi mengurangi tabungan menjadi 15,7% pada Mei dari 16,4%.
Penurunan sebesar 2,1% hanya dialami oleh kelompok pengeluaran Rp 1-2 juta dan Rp 4,1-5 juta.
Perbedaannya, kelompok pengeluaran Rp 4,1 -5 juta meningkatkan pengeluaran lebih bulan ini untuk konsumsi sementara kelompok Rp 1-2 juta untuk membayar cicilan.
Kelompok pengeluaran paling atas atau Rp 5 juta ke atas meningkatkan pengeluaran untuk membayar cicilan. Mereka mengurangi porsi konsumsi cukup tajam dari 70,2 menjadi 68. (*)
Tags : masyarakat berpenghasilan rendah, masyarakat miskin, orang miskin pesimis lihat kondisi ekonomi, miskin, orang miskin, makan tabungan,