Sosial   17-07-2025 11:42 WIB

Mengapa Manusia Suka dan Gemar Bergosip yang Terang akan Merusak Reputasi

Mengapa Manusia Suka dan Gemar Bergosip yang Terang akan Merusak Reputasi
Baik soal kesenangan, kelangsungan hidup, maupun ikatan sosial, gosip telah menjadi fitur yang selalu ada dalam hidup manusia.

GOSIP dapat merusak reputasi Anda. Gosip juga dapat memperlihatkan siapa diri Anda sebenarnya. Untuk beberapa orang, gosip adalah aktivitas yang menghibur. Namun bagi sebagian orang, gosip adalah "dosa."

Gosip adalah perilaku yang telah diamati oleh para antropolog di berbagai kelompok masyarakat, mulai dari yang tinggal perkotaan maupun yang masih bergantung pada pertanian di pedesaan.

"Di setiap kebudayaan, orang-orang bergosip, terutama pada situasi yang tepat," kata Nicole Hagen Hess, pakar antropologi evolusi di Washington State University.

Ketika membahas gosip, yang barangkali kita bayangkan adalah perbincangan di belakang seseorang dengan niat jahat. Namun Hess menawarkan pandangan yang lebih luas. Gosip, katanya, adalah "pertukaran informasi yang relevan sesuai reputasinya".

Gosip berarti termasuk apa yang dikatakan teman, keluarga, kolega, atau bahkan saingan mengenai kita–tapi juga apa yang disampaikan dalam berita atau bahkan hasil acara olahraga, menurut Hess.

"Berdasar definisi saya ini, Anda tidak harus memiliki pihak ketiga yang tidak hadir yang digosipkan – mereka bisa berdiri tepat di depan Anda," ujarnya.

"Jika Anda membicarakan mereka, pendapat Anda tentang pakaian mereka atau apa yang telah mereka lakukan, saya akan menganggap itu sebagai gosip," kata Hess.

Namun mengapa manusia berevolusi untuk terlibat dalam perilaku ini adalah pertanyaan yang masih digeluti para peneliti hingga saat ini. Berikut adalah beberapa teori utamanya.

Gagasan bahwa gosip mungkin memainkan peran positif dalam masyarakat dipopulerkan oleh Robin Dunbar, seorang antropolog evolusi.

Menurut teori Dunbar, primata secara kolektif merawat diri—sebuah perilaku sosial sekaligus aktivitas menjaga kesehatan tubuh.

Selain membangun ikatan, peristiwa itu juga dapat digunakan untuk berdamai setelah perkelahian, meredakan ketegangan, dan menempatkan posisi setiap primata dalam hierarki sosial.

Proses saling merawat di komunitas primata itu dikenal dengan istilah allogrooming.

Namun karena manusia tidak memiliki bulu, gosip dan obrolan ringan mungkin merupakan padanan allogrooming pada manusia modern.

Aktivitas itu berfungsi untuk tujuan serupa dalam membangun hubungan, menempatkan posisi seseorang dalam hierarki teman sebaya, dan bertukar informasi sosial, seperti siapa saja yang bisa dipercaya dan siapa yang tidak.

Bagi Dunbar, bahasa bahkan berevolusi untuk memungkinkan orang-orang bergosip.

Dalam sebuah studi Dartmouth University di AS pada 2021, para peneliti menemukan bahwa beberapa orang yang saling bergosip tidak hanya memengaruhi pendapat satu sama lain, tapi juga mendekatkan diri mereka satu sama lain.

"Kami berspekulasi bahwa orang-orang yang saling bergosip membangun kebersamaan, menciptakan 'realitas bersama' yang berfungsi untuk memengaruhi perilaku dan perspektif satu sama lain, sambil memuaskan keinginan bawaan masing-masing untuk terhubung secara sosial," tulis para peneliti.

Mereka juga menemukan bagaimana gosip membantu meningkatkan kerja sama dalam kelompok. Orang-orang yang bergosip bahkan bersedia mengeluarkan uang ketika mereka memiliki kesempatan untuk bergosip satu sama lain.

"Gosip bukanlah konstruksi monolitik dan lebih kompleks daripada definisi sempit gosip sebagai omong kosong tanpa dasar yang tecermin dalam intuisi masyarakat kebanyakan," para peneliti menyimpulkan.

Kelsey McKinney, pembawa acara dan pendiri podcast Normal Gossip, di mana orang biasa berbagi gosip, tahu betul bagaimana anekdot yang menarik bisa membuat orang asing menjadi akrab.

Ketika pandemi melanda dan orang-orang dipaksa untuk menjalani karantina, kebutuhan akan cerita menjadi lebih besar.

"Saya menyadari kita telah kehausan," katanya.

"Dalam kehidupan, cara kita memahami dunia dibentuk melalui narasi yang kita ceritakan pada diri sendiri, dan gosip adalah narasinya. Kita saling bercerita tentang diri kita. Jadi ada bahaya di sana, tetapi juga ada banyak manfaatnya," ujar McKinney.

Manusia telah berevolusi selama jutaan tahun untuk belajar bagaimana melindungi diri dan orang-orang di sekitarnya dari potensi bahaya.

Bagi sebagian perempuan, gosip adalah alat penting dalam strategi bertahan hidup itu, terutama saat menghadapi ancaman seperti situasi kencan yang berisiko.

"Perempuan secara fisik dalam situasi yang sangat tidak menguntungkan ketika harus bertarung melawan pria. Ini adalah informasi penting yang terutama ingin Anda bagikan dengan perempuan lain dan sekutu perempuan yang dekat dengan Anda," kata antropolog Nicole Hagen Hess.

Bertahan hidup dan posisi kita dalam masyarakat juga sangat tergantung pada reputasi.

Memiliki reputasi buruk bisa sangat merusak, kata Hess.

Reputasi buruk bisa merugikan posisi sosial Anda, membatasi peluang ekonomi, dan bahkan memengaruhi akses ke sumber daya seperti makanan.

"Jadi ketika orang bergosip negatif tentang Anda, itu benar-benar dapat menyebabkan kerugian besar," katanya.

Menurut Hess, gosip juga merupakan bentuk kontrol sosial yang digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan posisi seseorang dalam hierarki sosial.

Setiap individu, kata Hess, mencoba mengontrol persepsi mengenai diri mereka dalam jejaring sosial, jadi mereka saling mengawasi melalui gosip.

Tidak sedikit pula orang yang menggunakan gosip untuk melindungi reputasi diri sendiri dan, terkadang, untuk mengecilkan saingan.

"Manusia secara inheren kompetitif dengan anggota spesies yang lain dan konflik bukanlah sesuatu yang akan kita singkirkan," ujarnya.

Bagi kebanyakan orang, gosip mungkin terasa seperti kesenangan yang tidak berbahaya.

"Itu adalah jenis gosip yang jadi spesialisasi saya," kata pemandu siniar, Kelsey McKinney.

Ketertarikannya dengan jenis gosip ini, sekaligus minatnya yang besar terhadap cerita, berasal dari lingkungan religius tempat dia tumbuh, di mana gosip dianggap sebagai dosa.

"Gosip yang hebat adalah gosip yang langsung mau Anda ceritakan kepada orang lain begitu Anda mendengarnya" katanya.

"Dunia tanpa gosip? Ya tuhan, itu akan membosankan," kata McKinney sembari tertawa.

Baik soal kesenangan, kelangsungan hidup, maupun ikatan sosial, gosip telah menjadi fitur yang selalu ada dalam hidup kita yang tidak boleh diremehkan, kata antropolog Nicole Hagen Hess.

Dia menyebut gosip sebagai gejala universal pada manusia.

"Gosip memang berdampak di dunia nyata," ujarnya.

"Jika itu hanya obrolan acak, tidak benar, tidak resmi, maka gosip tidak akan memengaruhi bagaimana orang memutuskan untuk mengalokasikan manfaat kepada anggota lain dari komunitas mereka". (*)

Tags : manusia, manusia suka gsip, manusia gemar bergosip, bergosip bisa merusak reputasi, gaya hidup,