Headline Siak   2025/01/07 11:24 WIB

Mengintip Kota Hijau di Siak, LP3 Anak Negeri: Bisa Bikin Adem dan Kurangi Emisi Karbon

Mengintip Kota Hijau di Siak, LP3 Anak Negeri: Bisa Bikin Adem dan Kurangi Emisi Karbon

SIAK - Di Riau sendiri, ada beberapa kabupaten yang sudah memperbanyak ruang terbuka hijau di wilayahnya sehingga layak mendapat julukan green city alias Kota Hijau.

Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat polusi di kota-kota pun semakin meningkat. Hal inilah yang kemudian mendorong gerakan global untuk meningkatkan jumlah pohon dan tanaman yang ada di kabupaten/kota yang tersebar di Provinsi Riau.

Seperti hasil pantauan sejak Senin 6 Januari 2025 kemarin di Siak Sriindrapura sudah memperbanyak ruang terbuka hijau di wilayahnya sehingga layak mendapat julukan green city alias Kota Hijau. 

Siak masuk ke dalam salah satu kota hijau di Riau karena memiliki tingkat infiltrasi atau kapasitas resapan air hujan yang cukup tinggi, yaitu lebih dari 53 mm/jam.

"Ini menjadi bukti bahwa Siak adalah daerah resapan air yang baik dengan ruang terbuka hijau seluas 49.277,5 meter persegi," kata Wawan Sudarwanto, dari Lembaga Penelitian Pengembangan Pendidikan (LP3) Anak Negeri menilai. 

Menurutnya, kota yang satu ini tercatat memiliki banyak lokasi ruang terbuka hijau yang tersebar di wilayah itu hingga tahun 2025 ini.

Jumlah itu masih akan terus bertambah di setiap kelurahan yang belum memiliki. Inilah yang membuktikan bahwa Kota Siak tersebut layak menjadi salah satu kota hijau.

"Siak terus berbenah agar menjadi kota hijau dengan jumlah ruang terbuka hijau yang ideal. Saat ini, jumlah pohon pelindung yang ditanam di sana mencapai lebih dari ribuan pohon. Pemerintahannya juga terus mengembangkan ruang terbuka hijau selain pada lokasi perkantoran juga di berbagai area pedesaan," paparnya.

Lokasi ruang terbuka hijau di Siak tersebar di kawasan hutan lindung, Kebun Raya, Hutan Kota dan taman kota lainnya.

"Sebentar lagi Siak bisa dijuluki punya sebuah kota baru yang akan menjadi salah satu green city modern."

"Megaproyek yang dikembangkan oleh pemerintahan ini digarap dengan mengandalkan konsep kota hijau yang ramah lingkungan. Nggak hanya menampilkan kota modern yang indah saja, Siak juga akan memiliki peran besar untuk menjaga kelestarian lingkungan," terangnya.

Keseriusan pemkab Siak mengembangkan kota modern yang ramah lingkungan ini dibuktikan dengan kehadiran Central Park, lahan terbuka hijau seluas 100 hektar yang menjadi ruang terbuka hijau di sana.

Tidak hanya meniru nama Central Park di New York saja, tapi juga konsepnya mengadopsi taman tersebut yang menyatukan pedestrian, hunian, taman, termasuk pengelolaan sampah dengan teknologi yang baik.

Sedangkan konsep Central Park yang akan dibuat nantinya akan dilengkapi dengan tanaman, kebun binatang mini, hingga jogging track yang asyik untuk keluarga.

"Konsep Kota Hijau di Siak ini juga akan didukung oleh green transportation alias transportasi umum hijau yang berkualitas."

"Tujuan Konsep Kota Hijau itu adalah untuk meningkatkan penggunaan transportasi massal, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, hingga menciptakan infrastruktur jalan yang mendukung perkembangan transportasi massal," kata Wawan.

Bisa kurangi emisi karbon

Belasan kabupaten/kota di Riau saat ini sudah mengusung konsep kota hijau. Kota-kota itu diperkirakan dapat mencapai nol emisi karbon dalam 10 tahun ke depan.

"Dalam pembangunannya, konsep kota hijau mengusung basis ramah lingkungan. Salah satunya yakni memasukkan alam dalam infrastruktur kota," kata Wawan Sudarwanto lagi.

Menurutnya, pembangunan kota yang lebih hijau tidak hanya berarti tidak menghasilkan emisi karbon sama sekali, tetapi juga mengurangi karbon.

"Jadi pendekatan efektif untuk mengurangi produksi karbon dan menyerap karbon secara alami pada kota caranya yakni dengan solusi berbasis alam," sebutnya.

Tetapi Wawan kembali memaparkan, solusi berbasis alam tersebut meliputi pertanian perkotaan (urban farming), penyerapan air hujan melalui jalan, penanaman pohon dan tanaman hijau di pinggir jalan, pelestarian habitat satwa liar, dan pembangunan green infrastructure.

"Solusi berbasis alam tidak hanya mengimbangi sebagian emisi kota, namun juga bisa berkontribusi pada pengurangan emisi dan konsumsi sumber daya," kata dia.

Selain itu, sebut Wawan, pembuatan taman kota (urban park), ruang hijau, dan pepohonan di samping trotoar dinilai dapat menciptakan lingkungan yang lebih nyaman untuk berjalan kaki dan bersepeda.

"Ruang ini dapat menciptakan kebiasaan keberlanjutan positif, seperti mengurangi pengunaan kendaraan bermotor."

Solusi green infrastructure atau pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan ini diperkirakan dapat meningkatkan iklim mikro perkotaan.

"Ketika panas dan dingin udara yang terserap mampu mengurangi penggunaan energi pada bangunan," sebutnya.

Pendekatan kota hijau, sambungnya, juga memberikan panduan atas langkah-langkah yang harus diprioritaskan. Misalnya, di Siak itu pendekatan tersebut merekomendasikan untuk memprioritaskan bangunan hijau dan ruang hijau perkotaan.

"Pembangunan kota dan bangunan yang lebih hijau ini diperkirakan dapat mengurangi emisi sebesar 6% dari perumahan, 13% dari industri, dan 14% dari transportasi."

"Jadi ada banyak bukti dampak dari solusi berbasis alam ini, bahkan penggabungan semuanya ini bisamemiliki potensi dampak yang lebih sistemik. Dan itu baru," ujarnya. (*)

Tags : kota hijau, emisi karbon, trotoar, taman kota, urban farming,