Headline Nusantara   2023/06/03 14:16 WIB

Mentan Gencarkan Tanam Kedelai di Daerah-daerah, 'untuk Mengurangi Ketergantungan Impor'

Mentan Gencarkan Tanam Kedelai di Daerah-daerah, 'untuk Mengurangi Ketergantungan Impor'

BANDAR LAMPUNG – Pemerintah mencoba menggencarkan penanaman kedelai di daerah-daerah untuk mengurangi ketergantungan impor atas komoditas tersebut. Hal itu dilakukan dengan menggalakkan program gerakan tanam kedelai.

Program gerakan tanam kedelai itu dilakukan di Provinsi Lampung, pada Jumat (2/6/2023).

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pemerintah akan menyiapkan lahan tanam kedelai seluas 10 ribu hektare untuk mendukung ketersediaan pasokan kedelai dalam negeri. Menurut dia, gerakan tanam kedelai di Indonesia harus terus digalakkan agar ketersediaan kedelai bagi pelaku ekonomi dapat terpenuhi.

“Gerakan tanam kedelai harus terus digairahkan kembali sehingga ketersediaan kedelai melimpah dan harganya murah dan dapat menekan impor kedelai,” kata Mentan dalam kunjungan kerjanya di Tanggamus, Lampung, dalam program penanaman kedelai, Jumat (2/6/2023). 

Menurut dia, Provinsi Lampung harus menjadi contoh provinsi lain dalam penanaman kedelai. Ia berharap petani kedelai dapat mandiri dalam mengolah lahan tanam kedelainya menjadi bahan pokok pembuatan tempe dan tahu, serta kecap. “Lampung sebagai lokomotif pangan di Indonesia,” katanya.

Syahrul menegaskan bahwa ketergantungan terhadap impor kedelai tidak boleh terjadi terus-menerus. "Hari ini kami melakukan tanam kedelai di Kabupaten Tanggamus sebagai upaya bersama mengakhiri ketergantungan impor kedelai," katanya.

Menurut dia, penamaan komoditas kedelai di Tanggamus ini juga sebagai salah satu tekad dari Gubernur Lampung Arinal Djunaidi serta Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dalam menggairahkan kembali produksi kedelai dalam negeri. "Selama ini kebutuhan kedelai kita dipenuhi dari luar negeri karena harus diakui bahwa harga kedelai impor lebih murah," ujarnya.

Dia mengakui, kebanyakan petani lebih senang lahannya dimanfaatkan untuk menanam jagung dibandingkan kedelai karena jumlah produksinya berbeda jauh. "Kalau tanam jagung itu, per hektare petani bisa panen sekitar 5 ton sampai 7 ton, nah, kalau kedelai per hektare hanya menghasilkan 2 ton sampai 2,5 ton, karena itu mereka pilih tanam jagung," kata dia.

Namun begitu, menurut Mentan, ketergantungan atas impor kedelai harus disudahi, terlebih komoditas ini termasuk dalam kebutuhan utama masyarakat Indonesia.

"Maka dari itu, kami bersama Menteri Perdagangan dan Gubernur menginginkan Lampung harus menjadi bagian dari yang menggerakkan kekuatan negara kita terkait kepentingan kedelai dalam negeri," kata dia.

Gubernur Lampung Arinal Djunaidi mengatakan, Provinsi Lampung selama ini menyumbang 5.000 ton kedelai dari total produksi kedelai nasional.

"Oleh karena itu, Lampung sebagai lokomotif pertanian bisa menjadi unit percontohan yang nantinya bisa bersama-sama IPB, Unila, Kementan, dan Kemendag menginisiasi 10 provinsi yang bisa memproduksi dengan nilai yang sama, maka selesai kedelai ini," kata dia. 

Bupati Tanggamus Dewi Handajani mengucapkan terima kasih kepada pemerintah pusat karena telah mendukung daerahnya dalam pengembangan kedelai.

"Perlu diketahui bahwa di kabupaten ini ada sekitar 200 ribu hektare lahan pertanian bukan sawah, di sini artinya ada potensi bisa dikembangkan menjadi perluasan tanam kedelai," kata Dewi.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, pemerintah segera merumuskan harga jual komoditas kedelai di tingkat petani sebesar Rp 15 ribu per kilogram. "Pemerintah nanti akan merumuskan bagaimana agar hasil panen kedelai petani dibeli dengan harga Rp 15 ribu per kilogram," kata Mendag.

Menurut dia, harga jual kedelai sebesar Rp 15 ribu per kilogram sudah memberi keuntungan bagi para petani. Namun, hasil produksinya pun harus terjaga dengan baik. "Jadi, kedelai, bibitnya juga harus bagus. Ketika panen, dibeli Rp 15 ribu. Kalau Rp 10 ribu, tentu petani rugi, lebih baik tanam yang lain," kata dia.

Ia pun ingin para petani konsisten dalam menanam kedelai dengan kualitas bibit yang baik agar harga jualnya juga terjaga. 

"Tadi saya tanya, kalau bibit yang kecil per hektare berapa hasilnya? Tiga ton kalau dijual Rp 10 ribu per kilogram jelas rugi. Kemudian saya tanya lagi, kalau bibit yang bagus per hektare berapa hasilnya? Bisa 5 ton. Nah, ini kalau dibeli Rp 15 ribu, hasilnya bisa Rp 60 juta hingga Rp 70 juta, ada keuntungannya," kata dia.

Dia pun meyakini, masyarakat Indonesia merupakan orang yang rajin menanam, khususnya para petani di negeri ini. Kedelai yang dihasilkan pun akan memiliki kualitas yang bagus.

"Jadi, rakyat kita ini rajin-rajin menanam. Dua kuncinya, bibitnya yang bagus sehingga hasilnya bagus dan jangan suruh rakyat mikir. Sudah panen harus dibeli, harga bagus sudah pasti jalan," ujarnya. (*)

Tags : menteri pertanian syahrul yasin limpo, gencarkan tanam kedelai, program gerakan tanam kedelai,