"Walaupun gunungan sampah terasa bau sepertinya para pemulung yang sehari-hari bekerja di tengah kerubungan yang rentan berbagai penyakit itu tetap tersenyum tanpa ada rasa khawatir"
engelolaan sampah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) terbilang baik. Bagusnya karena sampah yang tidak terkelola atau tidak terangkut ke tempat pembuangan sampah hanya sebesar 5,32 persen.
"Jadi kalau dibandingkan dengan kota lain, sesuai dengan data yang ada di sistem informasi pengelolaan sampah nasional, ternyata Kota Pekanbaru ini cukup bagus pengelolaan sampahnya," katanya.
"Kita lihat, secara nasional, Kota Pekanbaru sudah melebihi target. Contoh kita lihat, pengelolaan sampah atau pengurangan sampah, target nasional itu baru 16,12 persen, kita sudah 23,14 persen. Kan sudah diatas itu," terang Marzuki.
"Kalau kita lihat, terakhir sampah yang tidak terkelola atau yang tidak terangkut oleh DLHK, Kota Pekanbaru untuk tahun 2020 hanya 5,32 persen yang berserakan."
"Tetapi apa yang terjadi, yang muncul di media, berserakan dimana-mana, padahal kasusnya hanya setumpuk sampah terjadi pada hari itu," sambung Marzuki.
Marzuki pun kembali menerangkan, pengelolaan sampah di Kota Pekanbaru oleh pemerintah sudah terbilang bagus.
"Artinya apa, Kota Pekanbaru ini ternyata secara nasional sudah baik pengelolaan sampahnya. Di Kota Medan saja sampah tidak terkelola 37,10 persen, itu bisa dibilang masih ada berserakan dimana-mana. Tetapi kenapa tidak diributkan," tanya dia.
"Jadi ini yang pertama kalau saya melihat, memang ada kompetisi politik, (namun kebenarannya) tidak tahulah saya," sebutnya.
"Yang kedua, memang dalam hal ini, DLHK itu salah satunya adalah kelemahan sumber dayanya. Optimalisasinya kurang, baik mengenai pengangkutan sampah, maupun tentang pengelolaan sampahnya."
Sekali lagi Marzuki menyampaikan pengelolaan sampah di Kota Pekanbaru terbilang baik jika dibandingkan dengan daerah lainnya.
Adanya dugaan kompetisi politik yang disampaikan Marzuki bukan tanpa alasan.
Ia menyebut 70 persen pengelolaan sampah di perumahan atau pemukiman masyarakat dilakukan secara ilegal.
Sebanyak 40 persen diantaranya pengelolaan sampah yang dilakukan secara mandiri atau oleh kelompok oknum masyarakat di buang ke TPS liar.
"Dan 30 persen lagi pengelolaan sampah di pemukiman masyarakat dibuang ke TPS."
"Sementara 30 persen lagi sampah di pemukiman penduduk di kelola secara resmi," kata dia.
Dia merincikan 5 persen sampah pasar atau mall diangkut oleh DLHK bersama mitra kerja dan dibuang ke TPA Muara Fajar.
Sedangkan 25 persen lagi sampah yang ada di perumahan atau pemukiman penduduk diangkut dan dibuang ke TPS, sebutnya.
DLHK bersama mitra kerja mengangkut dan membuang sampah ke TPA Muara Fajar. "Kalau saya lihat sekarang ini persoalannya adalah di sampah ilegal tadi itu," sebutnya.
"Mereka mengangkut menganggu sistem kami. Tapi kami sudah arahkan ke camat, dan juga vendor kami, PT GTJ (Godang Tua Jaya) dan PT SHI (Samhana Indah)," kata dia.
"Tolong dijaga TPS itu, tolong disisir lagi, sehingga mereka mengangkut dari jam 8 pagi sampai jam 12 malam," jelas Marzuki yang sebelumnya diirlis pgi.
Untuk memaksimalkan pengelolaan sampah di Kota Pekanbaru, Marzuki menyebut telah mengkspos kepada media nomor kontak pribadinya dengan tujuan menyikapi pengaduan masyarakat terkait tumpukan sampah.
"Kalau ada pengaduan masyarakat kepada kami, itu akan kami langsung eksen," sebutnya.
Tetapi sampai hari ini, semua sudah di ekspos.
"Jadi ini nomor WA saya. Sampai hari ini tidak ada yang menyampaikan (pengaduan). 70 peresen masih dikuasai oleh pengangkut ilegal," ujarnya.
Membidik tempat pembuangan sampah
Jika kita melihat tempat pembuangan sampah di lokasi pasar pagi Arengka, Jalan Soekarno Hatta misalnya, para pemulung yang bekerja di tumpukan sampah itu bercerita tentang pengalamannya membidik kehidupan di tempat pembuangan sampah di Kelurahan Sidomulio Timur, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru.
Para pemulung yang sehari-hari bekerja di tengah gunungan sampah, juga makan dan hidup di kawasan itu tanpa memakai pelindung, termasuk sarung tangan ataupun masker.
"Ini sudah biasa kami lakukan, bekerja keras dan menyesuaikan diri dengan bau dan panas matahari yang menyengat," kata Herawati [40] seorang pemulung dikerubungan sampah yang menumpuk.
Tom Barnes
Suasana yang hiruk pikuk, gelombang kenderaan yang silih berganti melintas dijalan, bahkan terkadang truk datang tanpa henti, didatangkan untuk mengangkut sampah kalau sudah menjadi gunung sampah.
"Sibuknya bagai di sarang lebah. Hampir seperti kekacauan yang direncanakan, terutama melihat bagaimana pemulung bekerja di samping jalan raya ini," cerita Herawati lagi.
Reaksi para pemulung ketika difoto umumnya positif, sangat bersahabat. Mereka tampaknya sedikit keheranan hanya untuk di foto.
Tempat penampungan sementara sampah di pasar pagi ini, salah satu tempat pembuangan sampah terbesar yang ada di Kota Pekanbaru, walaupun luasan lahan hanya diperkirakan 15 x 15 meter bujur sangakar.
Tetapi setiap harinya, jika sedikit terlambat trukc-trukc pengangkut sampah dari pihak ketiga bisa dipastikan sampah mengular disegala penjuru.
Seperti dihantam godam
Di kawasan sekeliling pasar pagi Arengka hidup sekitar 700 pedagang 'bertengger' di pasar pagi, saban hari menjajakan dagangannya, bahkan saban hari pula menghasilkan sampah.
Diselingi aktifitas pedagang, banyak juga yang dengan mata pencaharian menjadi pemulung beradu nasib ditumpukan sampah itu. Para pemulung dibayar Rp6.000 per kilogram sampah yang mereka setorkan ke pengepul.
Tom Barnes
"Ada sedikit yang meminta uang, juga ada yang menolak. Tapi secara umum penerimaan kami terbuka dan bersahabat," kata pemulung lainnya.
"Unsur yang paling mengejutkan buat saya pertama-tama bekerja disini adalah baunya. Mencium bau sampah menyengat itu saya merasa seperti dihantam godam," kata Hariadi, seorang pemulung yang mengaku baru bekerja ditumpukan sampah pasar pagi sebulan terakhir.
"Bau ini berpadu dengan panas tak tertahankan. Bagi yang tak biasa, susah sekali bernapas tanpa merasa pusing. Hal yang mengejutkan lagi adalah luasan tempat penampungan sampah ini terbatas, ya jika sampah menumpuk cepat menguap baunya," katanya.
"Saya kehabisan akal kalau melihat sampah ini menumpuk. Sejauh mata memandang ke segala arah, hanya sampah yang terlihat," kata dia.
Pasar pagi Aregka terletak di tepian jalur jalan paling sibuk, namun status tanah dimiliki oleh pihak swasta. Berdasarkan perjanjian yang ada, Pemko tidak ada kewajiban membayar kompensasi untuk ratusan keluarga yang tinggal di sekitar daerah pasar pagi sebagai ganti rugi dari dampak bau sampah.
Puluhan ton sampah diangkat
Kembali disebutkan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan [DLHK] Kota Pekanbaru Marzuki puluhan ton samapah telah diangkut oleh pihak ketiga, sesuai perjanjian pihak Pemko sampah di lokasi pasar pagi Arengka tidak harus menumpuk, bahkan sesuai jadwalnya pengelola sampah diberikan ultimatum.
Jadi sampah yang diangkut setiap hari bisa mencapai dua tiga trukc sampah. Satu truk, menurutnya, bisa memuat delapan kubik sampah. Jika dikonversikan ke berat dengan memperhitungkan berbagai jenis sampah, limbah di kali tersebut diperkirakan mencapai puluhan ton juga.
"Selang beberapa waktu, sampah yang mengalir dari pasar pagi tidak boleh mengendap berlama-lama di sana. Begitu mendengar kabar bahwa sampah masuk pihak pengelola berupaya untuk membersihkan dan mengangkutnya dengan truk sampah dan alat berat," terangnya.
Pembersihan akan terus berlangsung sampai tempat penumpukkan sampah bersih, ujar Marzuki, walau ia tidak dapat memastikan kapan pengerjaan itu akan tuntas.
"Saya nggak bisa mengestimasi (sampai kapan dibersihkan) karena sampah ini kan datang lagi, datang lagi. Apalagi kalau kena hujan, udah, masuk lagi tuh sampahnya," katanya.
Tom Barnes
Marzuki mengaku dinas kebersihan terus berkoordinasi untuk menangani masalah sampah yang ada disetiap pasar. Ia menambahkan, pihaknya juga terus menyarankan pihak pengelola pasar untuk memasang jaring agar sampah tidak mengalir ke kali dan tidak malah berserak kejalan-jalan.
Sampah yang didominasi plastik memenuhi pasar pagi arengka. Panjang badan jalan terkadang tertimbun sampah, terutama sampah plastik. Tumpukan sampah yang berserak kebadan jalan tersebut, menurut sejumlah warga, sudah berlangsung selama dua pekan terakhir. Kondisi ini dikhawatirkan warga karena bisa menimbulkan penyakit dan memicu banjir. (rp.jon/*)
Tags : Pemulung Sampah, Sampah di Pasar Pagi Arengka, Pekanbaru, Sorotan, Pemulung yang Tetap Tersenyum Ditengah Kerubungan Sampah, Pemulung Sampah Tanpa Memakai Sarung Tangan dan Masker,