Internasional   2021/09/18 17:16 WIB

Militer AS Minta Maaf atas Serangan Drone di Kabul, Tak Terduga 'Anak-anak jadi Korban'

 Militer AS Minta Maaf atas Serangan Drone di Kabul, Tak Terduga 'Anak-anak jadi Korban'

WASHINGTON - Militer Amerika Serikat pada Jumat (17/9) meminta maaf karena serangan pesawat nirawak (drone) yang dilakukannya di Kabul pada Agustus ternyata menewaskan 10 warga sipil. Korban akibat drone itu termasuk tujuh anak-anak.

Militer AS menyebut serangan drone itu merupakan kesalahan yang tragis. Pentagon, markas besar Departemen Pertahanan AS, sebelumnya menyebut serangan pada 29 Agustus ditargetkan pada seorang pengebom bunuh diri ISIS, yang menjadi ancaman bagi pasukan negara-negara asing pimpinan AS di bandara saat mereka menyelesaikan tahap terakhir penarikan dari Afghanistan.

 Kepala Komando Pusat AS Jenderal Frank McKenzie mengatakan saat itu dia yakin serangan drone tersebut berhasil mengadang ancaman yang mengintai pasukan yang berada di bandara. "Penyelidikan kami sekarang menyimpulkan bahwa serangan itu adalah kesalahan yang tragis," ujar McKenzie kepada wartawan.

Dia mengatakan sekarang dirinya beranggapan bahwa orang-orang yang terbunuh itu kemungkinan bukan para anggota cabang ISIS, ISIS-Khorasan, ataupun ancaman bagi pasukan AS. Menurut McKenzie Pentagon sedang mempertimbangkan untuk memberikan kompensasi.

 Terbunuhnya warga sipil, dalam serangan yang dilakukan oleh pesawat nirawak dari luar Afghanistan, menimbulkan pertanyaan tentang masa depan serangan kontraterorisme AS di negara itu. Pengumpulan informasi intelijen di sana terhenti sejak pasukan AS ditarik dari Afghanistan pada Agustus.

Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengatakan serangan pesawat tak berawak itu menewaskan seseorang bernama Ahmadi. Ia bekerja untuk organisasi nirlaba Nutrition and Education International. "Kami sekarang tahu bahwa tidak ada hubungan antara Ahmadi dan ISIS-Khorasan. Kegiatannya pada hari itu sama sekali tidak berbahaya dan sama sekali tidak terkait dengan ancaman yang kami yakini akan kami hadapi," kata Austin dalam pernyataannya.

"Kami minta maaf dan kami akan berusaha untuk belajar dari kesalahan mengerikan ini," imbuh Austin.

Ketika serangan drone itu terjadi di sebuah kawasan perumahan di barat Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, laporan segera bermunculan bahwa serangan tersebut menewaskan banyak warga sipil, termasuk anak-anak. Video yang direkam dari tempat kejadian memperlihatkan puing-puing mobil berserakan di sekitar halaman sebuah gedung.

Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan serangan drone menewaskan tujuh orang dan Taliban sedang menyelidikinya. Serangan drone terjadi tiga hari setelah seorang pengebom bunuh diri dariI SIS menewaskan 13 tentara AS dan puluhan warga sipil Afghanistan yang berkerumun di luar gerbang bandara. Setelah kejadian bom di bandara itu, militer AS melancarkan serangan pesawat tak berawak di Afghanistan timur yang menewaskan dua anggota ISIS.

Anak-anak jadi korban 

Sebelumnya, militer Amerika Serikat (AS) merilis laporan yang menyebutkan serangan drone ke pemukiman sebelah barat Bandara Internasional Hamid Kazai, Kabul menewaskan warga sipil termasuk anak-anak. Video yang direkam dari lokasi serangan menunjukkan puing-puing mobil berserakan di sekitar halaman sebuah gedung. Setelah serangan 29 Agustus itu juru bicara Taliban yang berkuasa di Afghanistan, Zabihullah Mujahid mengatakan serangan tersebut menewaskan tujuh orang. Ia berjanji Taliban akan menyelidikinya.

Serangan ini dilakukan tiga hari setelah ISIS melakukan serangan bom bunuh diri yang menewaskan 13 tentara AS dan sejumlah warga sipil Afghanistan. Para korban bom bunuh diri  sedang berkumpul di luar pintu gerbang bandara menunggu kesempatan untuk dapat terbang meninggalkan Afghanistan. ISIS menggelar serangan tidak lama setelah Taliban merebut kekuasaan dan menjelang militer AS mundur dari Afghanistan. AS menggelar serangan ke timur Afghanistan sebagai balasan. Serangan yang tidak diselidiki ulang itu menewaskan dua orang anggota ISIS.

Serangan yang menjadi kesalahan tragis adalah serangan kedua. Ketika militer AS yakin akan ada serangan lanjutan termasuk dari roket dan alat peledak ketika Pentagon mengakhiri 20 tahun operasi di Afghanistan. Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Jenderal Mark Milley menyalahkan kabut perang. Dia mengakui jatuhnya korban sipil 'menyayat hati.' "Di lingkungan dengan tingkat ancaman yang tinggi, para komandan di lapangan memiliki wewenang yang tepat dan alasan masuk akal target tersebut valid," kata Milley, Sabtu (18/9).

Pejabat pertahanan AS mengatakan kewenangan menggelar serangan di Afghanistan baik terhadap al-Qaeda maupun ISIS tidak lagi berada di tangan komandan yang Timur Tengah. Kini hanya Menteri Pertahanan Austin Lloyd yang dapat memberikan wewenang untuk menggelar serangan di Afghanistan. Namun kegagalan intelijen mengungkapkan serangan militer AS terbaru di Afghanistan menimbulkan keraguan mengenai resiko serangan di masa depan. Termasuk apakah AS dapat terus melacak ancaman al-Qaeda dan ISIS dan bertindak cepat saat informasi di dapat.

McKenzie mengecilkan dampak korban jiwa sipil serangan pada serangan AS di Afghanistan di masa depan. "Saya kira anda seharusnya tidak mengambil kesimpulan apa pun mengenai kemampuan kami dalam menggelar serangan ke Afghanistan melawan ISIS-K di masa depan berdasarkan satu serangan ini saja," katanya. (*)

Tags : serangan drone as, serangan drone di kabul, korban drone as, penarikan pasukan as, taliban kuasai afghanistan,