Kesehatan   2024/07/04 12:5 WIB

Minuman Keras Oplosan Bisa Menyebabkan Kebutaan Bahkan Kematian, 'karena Ulah Sindikat Alkohol Ilegal yang Terus Gentayangan'

Minuman Keras Oplosan Bisa Menyebabkan Kebutaan Bahkan Kematian, 'karena Ulah Sindikat Alkohol Ilegal yang Terus Gentayangan'

KESEHATAN - Minuman alkohol ilegal membunuh ratusan atau ribuan orang setiap tahun, menurut otoritas kesehatan.

Banyak orang menjadi buta – sering kali karena minum minuman palsu atau minuman buatan rumahan yang mengandung metanol. Apa saja risikonya dan bagaimana mengenali bahayanya?

Sekitar 900 orang meninggal di Rusia setiap tahun setelah minum alkohol palsu, menurut Serikat Hak Konsumen Nasional negara itu. Di Iran, 44 orang dilaporkan meninggal karena alkohol beracun pada 2020.

Laporan kematian akibat konsumsi minuman keras oplosan tercatat sering terjadi di Indonesia. Pada 2016 silam, sedikitnya 26 orang tewas setelah mengonsumsi alkohol ilegal yang dijual oleh sejumlah pedagang.

Lalu, 45 orang meninggal di Indonesia gara-gara mengonsumsi minuman keras oplosan pada 2018.

Insiden terbaru, tiga pria di Sukabumi, Jawa Barat dilaporkan meninggal dunia pada Selasa (26/06) lalu setelah mengonsumsi minuman keras oplosan yang berisi racikan kandungan alkohol 70 persen dengan campuran minuman berenergi. Polisi sedang menyelidiki kasus tersebut.

Miras 'oplosan' yang terbuat dari metanol, etanol, air, dan ekstrak buah, telah mendapatkan popularitas di Indonesia karena harganya jauh lebih murah daripada produk alkohol bermerek. 

Pekan lalu, sedikitnya 57 orang meninggal setelah menenggak minuman ilegal pada pekan lalu di negara bagian Tamil Nadu, India selatan.

"Sebagian besar orang yang minum bersama saya hari itu sudah meninggal... saya pikir saya tidak akan selamat," ucap Satya, seorang perempuan muda yang sedang dalam masa pemulihan setelah tak sengaja menenggak alhokol beracun tersebut.

Murugan juga dirawat usai minum alhokol dari jenis yang sama.

"Saya berutang nyawa kepada dokter. Saya tidak pernah berpikir saya bakal selamat. Saya tidak sadarkan diri dan takut mati."

Satya dan Murugan termasuk di antara 219 orang yang dirawat di rumah sakit setelah mengonsumsi alkohol yang dicampur dengan metanol.

"Saya sudah minum alkohol selama 20 tahun. Setiap hari di rumah sakit terasa seperti setahun. Saya pastikan tidak akan pernah minum lagi," ujar Murugan pada media.

Sama seperti korban minuman alkohol ilegal di seluruh dunia, mereka yang dilarikan ke rumah sakit di Tamil Nadu tidak menyadari bahwa mereka telah meminum racun.

Sebagian besar kasus ini terkait dengan metanol – senyawa beracun yang umum dalam produk alkohol ilegal, seperti minuman keras oplosan (moonshine) dan minuman keras murah (hooch).

Metanol diproduksi selama proses pembuatan bir dan dipekatkan melalui proses distilasi.

Produsen komersial mengurangi metanol ke tingkat yang aman untuk dikonsumsi manusia.

Namun para penyelundup minuman keras sering menambahkan metanol industri – yang ditemukan dalam cat dan pernis – untuk "memperkuat" efek memabukkan dalam minuman rumahan nan murah tersebut.

Bahkan sejumlah kecil senyawa beracun ini bisa menyebabkan kebutaan, kerusakan hati, dan berpotensi menimbulkan kematian.

Menurut Methanol Poisoning Initiative (MPi), 60 insiden yang terkait dengan metanol dilaporkan secara global pada 2023, yang mengakibatkan 309 kematian.

Lembaga yang dibentuk oleh Universitas Oslo dan Médecins Sans Frontières (MSF) ini juga menyoroti bahwa sebagian besar kasus keracunan dilaporkan di negara-negara Asia.

Mengonsumsi minuman alkohol yang dicampur dengan metanol industri dalam jumlah sedikit, sangatlah berbahaya.

Menurut Public Health England di Inggris, menelan atau menghirup metanol bisa menyebabkan dampak kesehatan yang serius, termasuk:

  • Koma
  • Kejang
  • Kerusakan sistem saraf
  • Kebutaan
  • Kematian

Dr. A Muthu dari Rumah Sakit Goverment Medical College, Pudukkottai, Tamil Nadu, menjelaskan bagaimana asam yang dihasilkan oleh metanol dapat membunuh seseorang.

"Saat... asam menumpuk di ginjal, dia menyumbat aliran urine, meningkatkan akdar garam dan menyebabkan gagal ginjal."

Bahkan jumlah kecil metanol yang tertelan bisa mengakibatkan kerusakan akut pada bagian-bagian sistem pusat saraf, yang menyebabkan kebutaan yang tidak dapat disembuhkan, demikian peringatan sebuah penelitian yang diterbitkan British Journal of Opthamology.

Selain itu sistem medis yang paling maju pun bisa gagal menyelamatkan penglihatan pasien yang telah mengonsumsi alkohol ilegal.

Vikas Sodiwala, seorang konsultan di Rumah Sakit Lincoln County, mengatakan pada 2012 bahwa pasien-pasien datang ke unit gawat darurat dengan keluhan pusing, mual, sakit perut, muntah, dan penglihatan kabur.

Dia berkata, mereka membeli minuman itu di toko-toko dan penjual barang bekas di pinggiran.

"Metanol bisa menyerang saraf optik di bagian belakang mata. Inilah yang bisa memengaruhi penglihatan seseorang dan dalam beberapa kasus membuat mereka buta," jelasnya.

Keracunan metanol telah berdampak terhadap kelompok rentan di seluruh dunia dan sering kali tidak dilaporkan, menurut Methanol Poisoning Initiative (MPi).

Di tengah kenaikan harga minuman keras bermerek, alkohol buatan rumahan yang lebih murah menarik minat orang-orang dari latar belakang berpenghasilan rendah.

Hampir 170 orang meninggal pada 2011 di negara bagian timur Benggala Barat, India, sementara lebih dari 100 orang tewas di Gujarat pada 2009.

Adapun 100 orang lainnnya meninggal pada 2015 di Mumbai.

Pada 2022, penyelidik menemukan jejak metanol di tubuh seorang remaja berusia 21 tahun yang meninggal di sebuah klub malam di Afrika Selatan.

Konsumsi alkohol dilarang di beberapa negara Muslim karena dianggap haram.

Para ahli mengatakan salah satu tantangan terbesar untuk mencegah kematian akibat minuman ilegal di negara-negara yang mayoritas Muslim seperti Iran atau Indonesia adalah lewat ajaran agama yang melarang konsumsi alkohol.

Tapi hal itu justru bisa mencegah orang mencari pertolongan karena merasa malu atau takut dianggap melanggar ajaran agama kalau mereka sakit gara-gara minum alkohol ilegal.

Setidaknya 40 orang meninggal pada 2014 akibat minum alkohol yang tercemar di Sindh, Pakistan.

Turis yang mengunjungi bar dan tempat liburan untuk orang asing dengan konsumsi alkohol tinggi juga berisiko lebih tinggi mengonsumsi minuman yang dicampur metanol.

Anda bisa menjadi korban dari para penjual minuman alkohol ilegal di negara mana pun Anda berada.

Badan kepolisian internasional, Interpol, menyarankan untuk membeli dari penjual yang memiliki reputasi baik: "Jika produk tersebut dijual jauh di bawah harga normal, atau tampaknya tidak menyertakan pajak normal untuk minuman keras, maka kemungkinan besar palsu."

Interpol juga memperingatkan tanda-tanda lain: "Periksa kemasan yang kualitasnya buruk, ada kesalahan ejaan, dan botol yang bentuknya tidak biasa."

Dan gunakan akal sehat: "Waspadalah terhadap bau yang tidak sedap! Jika baunya seperti pengelupas cat atau penghapus cat kuku, maka kemungkinan besar itu memang beracun."

Namun, kendati tempat penjualan lebih mewah tetap ada kemungkinan tanpa sengaja menjajakan minuman beracun tersebut.

Opeyemi, seorang kritikus makanan dari Nigeria, memberi tahu dia sakit parah setelah minum wiski bermerek yang ternyata "palsu" dari sebuah kelab malam di ibu kota Port Harcourt.

"Rasanya aneh, tapi jika Anda berpesta, Anda tidak akan peduli. Tapi, saya sakit parah selama lima hari," tambahnya.

Dia berkata bahwa selama mengunggah pengalamannya di media sosial banyak orang berbagi pengalaman serupa terkait alkohol palsu yang "merajalela" di banyak kota di Nigeria.

Namun negara-negara yang lebih kaya, terdapat penjahat yang beroperasi dengan cara yang sama.

Hannah Powell muntah-muntah dan merasa kelelahan setelah menghabiskan malam di sebuah bar bersama teman-temannya di Zante, Yunani, pada Agustus 2016.

Tapi apa yang terjadi padanya, bukan karena mabuk.

Perempuan berusia 23 tahun itu telah mengonsumsi vodka yang – tanpa sepengetahuannya – sudah dicampur dengan metanol yang mematikan. Minuman itu membuat ginjalnya tidak berfungsi dan dia menjadi buta.

"Tampaknya geng mafia yang membuat minuman itu di hutan dan menjualnya ke bar dengan harga murah – dan bar-bar itu memenuhi stok mereka dengan alkohol beracun itu," katanya pada 2019.

Pada 2009, sebanyak 25 orang lainnya, yang empat di antaranya warga negara asing meninggal setelah menenggak tuak yang dicampur dengan metanol yang dibeli di Bali.

"Saya bangun untuk menyalakan lampu. Saat itulah saya mulai panik, karena saat itulah saya menyadari lampu menyala dan saya tidak bisa melihat apa pun."
Rusia

Vodka palsu dengan mudah masuk ke toko-toko kelontong di Rusia, dan higga pertengahan tahun 2000-an, hampir setengah dari alkohol yang dijual di supermarket adalah palsu.

Pada 2023, setidaknya 30 orang meninggal di beberapa wilayah Rusia setelah mengonsumsi minuman beralkohol bernama "Mister Cider" yang dijual secara legal di supermarket.

Awal tahun ini, pemerintah Rusia memperketat aturan perizinan bagi produsen alkohol untuk memastikan hanya produsen mapan yang bisa mengajukan permohonan.

Di beberapa negara seperti Sri Lanka, produksi alkohol ilegal berdampak pada lingkungan dan satwa liar.

Pada 2022, petugas satwa liar menyelamatkan seekor gajah yang belalainya terperangkap dalam tong yang digunakan untuk membuat alkohol ilegal.

Para pemerhati lingkungan juga menuduh penyelundup membunuh gajah untuk melindungi aktivitas alkohol ilegal mereka di kawasan hutan tempat gajah berkeliaran.

Etanol dan metanol adalah jenis alkohol yang digunakan sebagai bahan bakar dan pelarut.

Etanol, yang merupakan bahan kimia mahal, juga ditemukan dalam minuman beralkohol seperti bir, anggur, dan minuman beralkohol lainnya.

Mengonsumsi alkohol bisa menyebabkan sakit kepala serta mual, tetapi efeknya bersifat sementara.

Tapi metanol yang memiliki sedikit bau alkohol dan relatif murah, sangat beracun dan tidak layak untuk dikonsumsi.

Secara historis, bahkan kimia antibeku ini disuling dari kayu dan juga dikenal sebagai alkohol kayu. (*)

Tags : Kejahatan, Masyarakat, Gaya hidup, Indonesia, Alkohol, Kesehatan,