"Bulan Ramadan penuh berkah tetapi bulan yang dikenal penuh menahan rasa nafsu, haus, lapar dan dahaga itu sempat membuat panik karena kenaikan bahan pangan"
ulan Ramadan membawa berkah yang dirasakan pedagang takjil. Seperti dialami Angga (35) misalnya. Pedagang takjil di Jalan Adi Sucipto, Pekanbaru itu mengatakan sudah berjualan takjil setiap Ramadan sejak tiga tahun terakhir, tetapi mengaku tetap kena imbasnya akibat kenaikan bahan pangan.
Dibalik membawa berkah bagi pedagang, bulan Ramadhan juga sempat membawa kericuhan dan kegelisahan yang terjadi ditengah masyarakat.
Pasalnya, berbagai bahan pangan terjadi kenaikan harga yang tak lagi bisa ditahan oleh amarah khususnya ibu-ibu rumah tangga.
Mayoritas harga pangan utama di pasar tradisional Indonesia naik pada awal pekan Ramadan 2024.
Beberapa komoditas pangan yang harganya naik mulai di antaranya beras, bawang, telur, gula, hingga daging sapi.
Tetapi Lembaga Ketahanan Ekonomi Desa Nasional [LKED Nas], H. Darmawai Wardhana Zalik Aris SE Ak menyarankan perlunya manajemen pengendalian harga pangan selama Bulan Ramadhan.
"Kita menyarankan beberapa manajemen pengendalian harga pangan yang bisa kita lakukan," ujarnya dalam bincang-bincangnya di kediaman, Minggu (25/3/2024).
Menurutnya, beberapa bahan kebutuhan pokok yang menjadi tren kenaikan selama beberapa tahun terakhir dapat dipertebal pasokannya, tentunya diharap dari produksi dalam negeri mulai dari beras sampai dengan cabe.
Ramadhan membawa berkah
Angga yang masih menjalani sebagai mahasiswa disalah satu perguruan tinggi di Kota Pekanbaru ini tidak menyia-nyiakan waktu pada momen Ramadhan.
Ia pun melihat memulai usaha karena kala itu akibat pandemi. Ternyata, usaha itu berlanjut sampai saat ini.
"Saya mulai jualan takjil itu sebenarnya nggak sengaja. Ibu saya kan memang suka masak dan saya diajarin. Kebetulan andalan aku itu risoles dan es buah. Setiap teman-teman main ke rumah pasti aku buatkan dan pada nagih dan beberapa menyuruh jualan," jelasnya.
"Nah, pas 2021 kan pandemi lagi parah-parahnya. Aku ikut kena layoff. Ya sudah mulai usaha open PO risoles dan pas puasa juga aku buka lapak, ternyata orang-orang pada suka dan habis terus. Jadi lanjut sampai sekarang," imbuhnya.
Menurut Angga, untuk hari biasa ia hanya menjual risoles sesuai dengan pesanan yang masuk. Namun, untuk bulan Ramadan ia menjual berbagai macam, seperti gorengan bakwan, tahu, lontong, hingga es buah.
"Kalau puasa begini jualnya banyak. Kayak ini nih, ada bakwan, tahu isi, mendoan, es buah, es cincau. Tapi menu favorit tetap risoles," jelasnya.
Angga mengaku pada Ramadan ini, per hari bisa meraup keuntungan hingga Rp1,5 juta. Lebih besar dibandingkan hari biasa karena hanya fokus satu menu.
Adapun harga risoles nya Rp5.000-Rp7.000 per biji bergantung isiannya, ada mayonise, keju, dan daging. Untuk gorengan Rp2.000 per biji dan es buah Rp5.000 per bungkus.
"Sehari kira-kira dapat Rp1,5 juta lah. Itu kalau habis. Kalau lagi hujan suka nggak habis ya paling Rp1 jutaan itu," kata Angga yang tak ingin mengomentari belakangan kenaikan bahan-bahan sembako yang diperdaganggkannya mengalami kenaikan harga.
"Kalau hari biasa kan aku memang tidak buka lapak, hanya menunggu pesanan yang masuk aja, jadi tidak menentu," katanya datar.
"Tapi dengan puasa tahun-tahun lalu sama sih hasilnya. Ramainya juga tetap. Hanya memang tahun ini dengan kenaikan bahan-bahan sembako berpengaruh juga," sambungnya.
Senada, Juleha (28) pedagang takjil di persipangan Arengka juga mengatakan selain cuan selama Ramadan ini juga sedikit berbeda menaruh harga jualannya..
Meski hanya jual gorengan, ia bisa memperoleh keuntungan hingga Rp800 ribu per hari, namun tetap menyesuaikan harga karena ikut terimbas adanya kenaikan harga sembako.
"Bersih nya sih Rp600 ribu sampai Rp800 ribu bisa kalau lagi puasa gini," jelasnya.
Menurutnya, ia menjual gorengan setiap hari dan tidak pernah pindah lapak. Jenisnya beragam, ada bakwan, tahu isi, tempe, cireng, ubi hingga risol isi bihun.
"Tapi kalau lagi puasa gini, ya tambahan menunya ada es buah dan Aqua botol gini (sambil menunjuk dagangannya). Harganya sih tetap sama 3 biji Rp5.000 untuk gorengan. Es buah Rp5.000 per bungkusnya," jelasnya.
Ia mengaku selama Ramadan, penjualannya naik signifikan. Konsumen pun membeli langsung banyak sekaligus.
"Kalau hari biasa kan memang yang beli tidak banyak. Kalau puasa gini, banyak yang datang terutama dari orang pegawai yang buka puasa sama orang-orang yang nongkrong di sini," katanya.
"Belinya juga banyak, kadang ada yang Rp50 ribu per orang. Pernah ada yang Rp100 ribu malah. Jadi berkah sekali untuk saya," pungkasnya.
'Ramadhan bawa misteri karena kenaikan sembako'
Bak misteri, sering kali kita bertanya kenapa harga sembako menjelang atau pada saat Ramadan selalu mengalami kenaikan.
Namun, ternyata kenaikan harga ini bukan hanya sebagai misteri, tapi juga bagian dari tradisi Ramadan itu sendiri.
Melihat dari data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, rata-rata harga sembako mengalami kenaikan menjelang bulan Ramadan khususnya pada tahun 2024 ini.
Kenaikan harga sembako sangat variatif, mulai < 1% hingga ada yang > 35%. Khusus data harga migor pada chart merupakan data sebelum tanggal 21 Maret 2024.
Harga migor bermerk 1 per tanggal 21 Maret 2022 sebesar Rp23.200,- per kg, naik 24,7% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Secara umum kenaikan harga sembako di bulan Ramadan biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor; Pertama, ketidakseimbangan jumlah supply & demand sembako, konsumsi/permintaan sembako di bulan Ramadan biasanya meningkat tidak diiringi dengan kenaikan pasokan sembako di pasaran.
Kedua, panjangnya rantai distribusi sembako sedangkan terjadi kenaikan permintaan yang meningkat di berbagai daerah, sehingga, mengakibatkan beban ongkos distribusi menjadi lebih besar terlebih di tempat yang jauh dari produsen.
Selain itu, tidak dipungkiri masih adanya pihak yang tidak bertanggung jawab yang ingin meraup keuntungan lebih, pihak yang nakal ini biasanya membeli barang/produk dari petani dengan jumlah besar, kemudian ditimbun dan dijual pada saat persediaan pasar menipis dengan harga yang tinggi.
Bersumber data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, menjelang Ramadan tahun ini, harga telur ayam, cabai rawit dan merah mengalami kenaikan cukup tinggi.
Mayoritas harga pangan naik di Ramadan
Mayoritas harga pangan utama di pasar tradisional seperti di Kota Pekanbaru naik dan terjadi sejak pada awal pekan Ramadan 2024.
Beberapa komoditas pangan yang harganya naik mulai di antaranya beras, bawang, telur, gula, hingga daging sapi.
Mengutip Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), per Senin 18 Maret 2024, harga beras kualitas bawah I naik 0,68 persen atau Rp100 menjadi Rp14.800 per kilogram (kg).
Sementara harga beras kualitas medium I naik 0,63 persen atau Rp100 menjadi Rp16.050 per kg. Kemudian harga beras kualitas medium II naik 0,32 persen atau Rp50 menjadi Rp15.800 per kg.
Adapun harga beras kualitas super I naik 0,29 persen atau Rp50 menjadi Rp17.350 per kg dan beras kualitas super II naik 0,6 persen menjadi Rp16.800 per kg.
Selanjutnya, harga bawang merah ukuran sedang naik 0,68 persen atau Rp250 menjadi Rp36.750 per kg. Sementara harga bawang putih ukuran sedang naik 5,45 persen atau Rp2.250 menjadi Rp43.500 per kg.
Lalu, harga gula pasir kualitas premium naik 0,82 persen atau Rp150 menjadi Rp18.550 per kg dan harga gula pasir lokal naik 1,13 persen atau Rp200 menjadi Rp17.950 per kg.
Kemudian harga daging sapi kualitas 1 naik 0,32 persen atau Rp450 menjadi Rp139.100 per kg. Adapun harga daging sapi kualitas 2 naik 1,13 persen atau Rp1.450 menjadi Rp130 ribu per kg.
Lebih lanjut, harga telur ayam ras segar pun naik 2,35 persen atau Rp750 menjadi Rp32.600 per kg.
Komoditas cabai-cabaian justru turun harga. Harga cabai merah besar turun 10,66 persen menjadi Rp64.950 per kg, cabai merah keriting turun 10,18 persen menjadi Rp60 ribu per kg, dan cabai rawit merah turun 7,83 persen menjadi Rp62.350 per kg.
Namun harga cabai rawit hijau berbeda. Harganya naik 2,79 persen menjadi Rp55.250 per kg.
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) sebelumnya mengungkapkan harga beras saat ini melonjak hingga 20 persen beberapa waktu sebelum Ramadan.
Sekretaris Jenderal Ikappi Reynaldi Sarijowan mengatakan harga beras saat ini menjadi Rp18 ribu per kg.
Naik tinggi dibandingkan biasanya sekitar Rp14 ribu per kg. Ini adalah harga tertinggi sepanjang pemerintahan Jokowi.
Menurutnya, hilangnya beras premium secara mendadak tidak hanya terjadi di ritel.
Di pasar, para pedagang juga kesulitan mendapatkan beras premium, karena memang stok yang dimiliki penggilingan juga terbatas.
Reynaldi menyindir lonjakan harga itu dipicu masifnya gelontoran bansos dan bantuan pangan beras 10 kg sebelum Pilpres 2024 kemarin. Pasalnya, setelah itu, kelangkaan pasokan beras mulai terjadi.
Akan tetapi Darmawi Wardhana Zalik Aris justru menyebutkan warga tak perlu panik soal harga pangan naik jelang Ramadhan.
"Masyarakat untuk tidak panik soal kemungkinan harga pangan naik menjelang ramadan 2024."
"Belanja saja yang bijak. Untuk beras, pemerintah sudah menghitung bahwa kemasan (beras) lima kilogram, kalau dikonsumsi cukup, masyarakat yang mampu bisa memenuhi kebutuhan selama dua minggu," kata dia.
Tetapi Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Ketersediaan Pangan Bapanas Budi Waryanto mengaku pemerintah masih menjalankan bantuan pangan untuk 22 juta penduduk.
Menurutnya, harga cabai merah dan daging ayam juga naik Selain beras, menurut data yang disampaikan Budi, cabai merah dan daging ayam juga menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar pada Februari 2024.
"Untuk komoditas selain beras, kami juga sudah melakukan koordinasi dengan stakeholder pelaku usaha agar tidak menaikan harga terlalu tinggi menjelang ramadan," kata dia Budi dalam diskusi daring bertajuk “Bahan Pokok Mahal: Pentingnya Keberlanjutan Pangan di Tengah Krisis Iklim” pada Selasa 5/3/2024).
Masyarakat juga bisa membeli bahan pangan dengan harga terjangkau melalui program Gerakan Pangan Murah (GPM) di sejumlah daerah.
Budi mengatakan, GPM digelar semakin masif jelang ramadan demi memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
"Artinya, menjual komoditas-komoditas selama ramadan dengan harga terjangkau, sesuai dengan kebijakan pemerintah, juga melalui kerja sama dengan pelaku usaha," ungkap Budi.
Kembali disbutkan Darmawi Wardhana Zalik Aris menyarankan perlunya manajemen pengendalian harga pangan selama Ramadhan.
"Kita menyarankan beberapa manajemen pengendalian harga pangan yang bisa kita lakukan," ujarnya.
Pertama, beberapa bahan kebutuhan pokok yang menjadi tren kenaikan selama beberapa tahun terakhir dapat dipertebal pasokannya, tentunya kita berharap dari produksi dalam negeri mulai dari beras sampai dengan cabe.
Menurut dia, kalaupun harus melakukan impor maka hanya sebatas untuk mendukung atau backup saja, jangan sampai menjadi acuan utama sehingga merugikan petani Indonesia.
Kedua, pemerintah saat ini membuat kebijakan mengalokasikan dana transfer umum sebanyak dua persen dalam APBD sebagai insentif untuk kebutuhan pangan.
Hal itu bisa melalui bantuan sosial dan insentif bagi transportasi yang perlu didorong agar dapat terealisasi dengan baik di daerah sehingga stabilisasi harga terwujud dengan baik.
"Jika hal ini bisa diefektifkan maka saya rasa itu bisa meredam dampak inflasi di daerah-daerah," kata Darmawi Wardhana Zalik Aris.
Kemudian koordinasi para pemangku kepentingan dalam bentuk kerja Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) perlu dioptimalkan.
Langkah membentuk gugus tugas atau sales motorist guna memaksimalkan proses distribusi produk kebutuhan selama Ramadhan, dengan sasaran utama menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan.
"TPID harus bisa menjadi gugus tugas yang optimal dalam memantau produksi atau distribusi kebutuhan pangan selama Ramadhan," ujar Darmawi Wardhana Zalik Aris.
Berikutnya adalah monitoring terhadap tata niaga pangan, kerja-kerja spekulan yang memburu keuntungan melalui rantai pasok yang dikuasai sekelompok kecil orang patut menjadi perhatian.
Mereka acapkali menjadi pemicu di luar hukum ekonomi pasokan dan permintaan.
Terakhir adalah mengantisipasi faktor cuaca yang seringkali mengalami perubahan, terutama di sentra-sentra produksi.
Darmawi mengatakan, semenjak tahun 2019 sampai dengan 2023 beberapa komoditas atau makanan yang banyak dikonsumsi menyebabkan kenaikan harga selama Ramadhan tahun ini [2024] seperti minyak goreng, daging ayam, cabe, bawang, serta beberapa komoditas lainnya.
Pastikan distribusi lancar
Menurut Darmawi Werdhana lagi, jelang bulan ramadan harga sejumlah bahan pangan pokok seperti beras hingga minyak goreng yang kompak naik itu, yang penting distibusi lancar.
Merespon hal ini, Darmawi Wardhana mengatakan bahwa kenaikan harga ini merupakan siklus tahunan karena tingginya permintaan jelang ramadan dan lebaran.
Untuk itu, Darmawi Wardhana meminta pemerintah melakukan berbagai langkah mitigasi lonjakan harga yang lebih tinggi ke depan.
"Jangka pendek yang harus dilakukan pemerintah adalah memastikan kelancaran distribusi dan pengawasan yang ketat," kata Darmawi Wardhana pula.
Darmawi Wardhana menegaskan bahwa distribusi pangan menentukan harga di tingkat hilir yaitu konsumen. Terlebih yang menyalurkan produk pertanian adalah perantara.
Menurutnya, struktur pasar komoditas pertanian Indonesia cenderung oligopsoni atau memiliki sedikit pembeli di tingkat petani dan oligopoli atau banyak produsen di tahapan selanjutnya inilah yang berpotensi menyebabkan asimetris informasi termasuk harga.
"Sehingga hal ini dapat merugikan konsumen dan petani. Makanya itu (distribusi) mesti diawasi," jelasnya.
Sementara, dalam jangka menengah dan panjang, pemerintah harus memulai menyusun database permintaan dan penawaran di semua sentra produksi pangan termasuk perikanan dan peternakan.
Dengan data tersebut, pemerintah dapat memantau stok dan mengatur distribusi agar merata untuk menekan disparitas harga antar daerah.
Melansir data Panel Harga, Badan Pangan Nasional (Bapanas), Minggu 25 Februari 2024 kemarin, hampir semua komoditas mengalami kenaikan harga.
Harga beras premium naik tipis 0,25% menjadi Rp 16.300/kg, beras medium naik 0,21% menjadi Rp 14.250/kg, kedelai naik 0,53% menjadi Rp 13.320/kg, bawang merah naik 0,47% menjadi Rp 34.210/kg dan bawang putih naik 0,18% menjadi Rp 38.780/kg.
Sementara beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga di antaranya adalah cabai rawit merah turun 0,94% menjadi Rp 64.040/kg, gula turun 0,06% menjadi Rp 17.580/kg dan jagung turun 0,46% menjadi 8.730/kg. (*)
Tags : harga pangan, inflasi, harga komoditas pangan, misteri kenaikan sembako, kenaikan sembako tiap ramadan, kenaikan sembako buat panik masyarakat, Lembaga Ketahanan Ekonomi Desa Nasional, LKED Nas, manajemen pengendalian harga pangan, Sorotan, riaupagi.com,