Artikel   2022/10/08 16:33 WIB

Motor-motor Klasik Berbahan Bakar Minyak jadi Tenaga Listrik

Motor-motor Klasik Berbahan Bakar Minyak jadi Tenaga Listrik
Deretan vespa yang telah dikonversi di Elders Garage.

SEJUMLAH pemilik motor klasik seperti vespa memulai perubahan udara di kota-kota besar Indonesia dengan konversi mesin yang awalnya berbahan bakar minyak menjadi tenaga listrik.

Pemilik bengkel konversi mengatakan ini merupakan "bisnis tepat buat saat ini“ meskipun mereka mengeluhkan syarat yang ketat untuk mengurus perubahan surat-suratnya.

Di sisi lain, pemerintah mempertimbangkan subsidi untuk masyarakat yang berkeinginan melakukan konversi sepeda motor.

Sejauh ini, sepeda motor menjadi pilihan banyak masyarakat untuk transportasi karena murah, lincah, dan cepat. 

Tingginya permintaan sepeda motor, membuat Indonesia disebut negara terbesar ketiga di dunia dengan populasi kendaraan mesin roda dua, yang turut menyumbang emisi karbon.

Vespa PX produksi 1981, tampak mencolok di tengah barisan sepeda motor matik lain yang terparkir di pinggir jalan, di bilangan Jakarta Pusat.

Penampakannya begitu klasik dengan lampu kotak, tapi mendapat sentuhan modern dengan sapuan cat biru doff, serta spion kotak yang menjulang di sisi kiri-kanan setang.

Kendaraan yang dikenal dengan bokong semok ini sudah tak lagi menggunakan mesin bawaannya. Mesinnya sudah diubah total dengan dinamo berdaya 3.500 watt, lengkap dengan baterai Panasonic Tesla yang didudukkan di ruang tangki bensin.

Mawski, 31 tahun, adalah pemilik motor klasik tersebut.

"Dia keyless [kunci nirsentuh] ya, jadi saya nyalainnya pakai remote,” kata Mawski saat dirilis BBC News Indonesia.

Setelah remote ditekan, vespa berbunyi bip-bip. Lampu LED depan menyala. Tak ada suara khas motor 2-tak yang disertai kepulan asap, hanya deru putaran dinamo yang samar terdengar di tengah suara kendaraan lainnya.

Vespa melaju di jalan dan mencuri perhatian sebagian orang.

Tapi, hal ini bukan sesuatu yang aneh, kata Mawski. Pernah satu kali, ia sampai diikuti oleh pengendara sepeda motor lain.

“Saya curiga, takutnya begal. Saya kebut, dia ikut kebut. Saya pelan, dia ikut pelan. Akhirnya saya berhenti dekat banyak taksi mangkal. Saya pikir akan ada tindak kejahatan nih. Ternyata nggak. ‘Mas, motornya kok nggak ada suaranya?’” cerita Mawski.

Aksi kucing-kucingan tersebut berakhir di sebuah warung kopi di mana Mawski berbagi cerita pada orang asing tersebut bagaimana proses sepeda motornya dikonversi menjadi listrik.

Pengalaman lainnya, ia juga pernah terjaring razia polisi lalu lintas.

“Pak, saya kendaraan elektrik. ‘Nggak, ini vespa. Kamu minggir,’” Kata Mawski sambil menirukan perintah polisi saat itu.

"Saya tunjukin suratnya segala macam, pas saya kasih tahu pakai baterai, baru, 'Eh iya benar. Saya boleh coba nggak?‘ Ya, boleh coba, Pak,“ katanya sambil tertawa mengingat kejadian tersebut.

Pengalaman 1,5 tahun, biaya sebulan Rp20 ribu

Mawski berkendara dengan vespa yang dikonversi menjadi tenaga listrik ini sudah hampir 1,5 tahun. Mulanya, ia dihadapi beberapa pilihan berkendara menggunakan sepeda motor listrik lainnya.

“Dari pilihan-pilihan tersebut, jarang yang punya value khusus atau nilai special. Makanya saya memilih, saya pakai motor vespa, yang motor lama, klasik, tapi punya fitur yang futuristik,” katanya.

Ia berbagi pengalaman menggunakan vespa klasik listrik yang ia sebut seperti telepon genggam, "kalau baterai habis tinggal charge [isi]“.

Tak perlu repot ganti oli atau busi.

Selama pemakaian, ia juga baru sekali mengganti kampas rem, dan baterainya diklaim bisa digunakan hingga tujuh tahun.

"Hidup saya jadi lebih mudah. Saya nggak pernah antre isi BBM. Itu salah satu hal yang menjengkelkan,” kata Mawski.

Vespa ini juga dilengkapi dengan pengaturan kecepatan hingga penggunaan daya listrik melalui aplikasi.

Kendaraan ini digunakan hampir tiap ke kantor, atau kumpul bersama teman-temannya dengan jarak tempuh sampai 40 kilometer.

Dalam satu bulan, Mawski merogoh kocek antara Rp15-20 ribu untuk keperluan pengisian baterai vespa yang dayanya bisa dihitung dari colokan listrik pintar.

Untuk mendapat keuntungan itu semua, biaya konversi yang dikeluarkan hampir mencapai Rp30 juta.

"Kalau dibilang mahal, dibandingkan dengan motor konvensional ya memang mahal. Tapi, anggap saja seperti ini. Kendaraan listrik ini memang sebuah investasi, yang nanti kalau kita bandingkan dengan motor konvensional, itu cost-nya akan lebih murah di 5 tahun, atau 10 tahun lagi.”

Di samping itu, Mawski juga mengakui adanya kekurangan motor listrik terkait dengan kecemasan kehabisan listrik di jalan, sampai baterai yang panas karena pemakaian.

Tapi itu semua, kata dia, bisa diatasi dengan perencanaan perjalanan dan pengelolaan pemakaian baterai tidak diisi saat sedang panas.

‘Bisnis tepat buat saat ini’

Konversi vespa milik Mawski dilakukan di bengkel Elders Garage. Bagian pemasarannya, Saugi Balfas mengatakan, bengkel ini mulai fokus melakukan konversi motor-motor klasik menjadi bertenaga listrik sejak 2020 silam.

Tahun-tahun sebelumnya, bengkel ini lebih banyak menangani sepeda motor custom [modifikasi sesuai selera pemilik kendaraan]. Akan tetapi untuk mendapatkan keuntungan bisa memakan waktu berbulan-bulan dan "habis untuk gaji mekanik".

Saat ini, kata Saugi, dalam satu bulan, Elders Garage bisa menangani konversi atau menjual perangkat konversi siap pasang vespa atau honda C70 mencapai 30 unit.

“Dan ternyata, bisnisnya tepat buat saat ini. Karena, banyak banget customer kita terutama yang sudah berumur, tapi pengen pakai vespa tanpa mogok bagaimana caranya. Ya sudahlah dikonversi,” kata Saugi.

Saat ini Elders Garage telah memiliki bengkel mitra di Bali, Bandung, Bogor, dan Medan.

Sementara itu, bengkel lain yang berkecimpung dalam konversi motor listrik adalah Petrikbike di Bekasi, Jawa Barat.

Pemilik bengkel Petrikbike, Ady Siswanto mengatakan konversi sepeda motor listrik saat ini "sudah banyak banget.“

"Sudah tren-nya. Kalau dulu hampir nggak ada. Karena hobi saja, makanya aku lebih suka konversi motor listrik,” kata Ady yang mengaku mulai menggeluti bengkel kendaraan listrik sejak 2015 karena "iseng“.

Dari mulai menggarap bengkel sendirian, Ady kini sudah memiliki 15 pekerja dan telah membuka cabang di Jakarta, Bandung dan Surabaya.

"Lagi kembangkan sayap, biar makin banyak bengkel-bengkel kita," tambahnya.

Sepeda motor klasik yang bisa dimodifikasi di bengkel ini antara lain vespa, Honda C70, Honda Win, dan Yamaha A100.

“Paling satu bulan bisa 3-5 unit untuk konversi di tempat kita. Tapi untuk penjualan bahannya PNP [siap pasang], lumayan banyak satu bulan bisa 20-30 set,“ kata Ady.
Syarat ketat melaju di atas aspal

Namun tak seperti Elders Garage yang saat ini sudah mengantongi sertifikat bengkel konversi listrik, Petrikbike masih merintis mendapatkan sertifikat. Saat ini setidaknya terdapat 10 bengkel konversi sepeda motor yang mendapat sertifikat dari pemerintah.

"Banyak customer yang ingin bikin legalitas, sekarang lagi booming konversi motor. Surat-surat bahan bakar bensin jadi surat bahan bakar listrik. Saat ini kita masih terkendala,” kata Ady.

Namun, bagi Saugi maupun Ady mengakui syarat mendapatkan konversi yang ditentukan oleh kementerian perhubungan sangat ketat, dan beberapa hal membutuhkan modifikasi tambahan. Syarat-syarat ini diatur dalam Permenhub No. 65 tahun 2020.

“Vespa Sprint, Super, VBB, aslinya itu tidak ada [lampu] sign. Dan, mau nggak mau kita harus melengkapi itu. Kalau yang tahun 1970 ke bawah, itu spion pun hanya kiri doang kalau motor vespa. Dan, mau nggak mau kalau mau jadi surat biru, harus dilengkapi,“ kata Saugi.

Sementara itu, Ady juga mengatakan syarat lain adalah perlu menyesuaikan berat kendaraan sepeda motor setelah dikonversi, termasuk modifikasi pada bagian lampu.

“Lampu masuk juga masuk pengujian. Minimal lumennya berapa. Sedangkan motornya masih lama yang minimal lumennya masih kecil,” jelas Ady.

Sementara itu, juru bicara Dirjen Perhubungan Darat, Fitra Setiawan merujuk pada peraturan perundang-undangan di bidang LLAJ bahwa setiap kendaraan yang dioperasikan dijalan wajib memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan salah satunya aspek teknis kendaraan bermotor berupa lampu sign.

“Syarat-syarat ini dibuat atas pertimbangan keselamatan, baik pengguna maupun masyarakat umum,” kata Fitra dalam keterangan tertulis kepada BBC News Indonesia.

Kementerian Perhubungan menargetkan tahun ini akan terdapat 50 bengkel konversi motor berbahan bakar minyak ke listrik. Jumlah motor hasil konversi yang terdaftar di Kemenhub baru sebatas 107 unit, jauh dari target 1.000 konversi di tahun 2022.

Wacana subsidi konversi sepeda motor

Sementara itu, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi baru-baru ini mempertimbangkan untuk memberi subsidi bagi konversi sepeda motor dengan penggerak BBM menjadi kendaraan listrik berbasis baterai.

“Kami bersama Kementerian/Lembaga dan unsur terkait, tengah berdiskusi mengupayakan ada subsidi untuk melakukan konversi dari kendaraan BBM ke listrik. Khususnya untuk sepeda motor,” ujar Menhub dalam keterangan persnya.

Kata Menteri Budi, subsidi konversi ini dapat dilakukan dari pengalihan alokasi anggaran subsidi BBM. “Dari pemerintah daerah juga bisa menginisiasi untuk mengalihkan anggaran yang kurang produktif, agar dialihkan untuk memberikan subsidi biaya konversi ke kendaraan listrik,” katanya.

Saat ini rata-rata konversi sepeda motor BBM ke listrik sekitar Rp15 juta. Uji tipe kendaraan ini sebesar Rp4,5 juta, sementara motor konvensional Rp9,5 juta.

“Ke depan kita upayakan uji tipe digratiskan. Lalu, kita upayakan juga uji tipe tidak hanya dilakukan oleh Kemenhub. Tetapi bisa dilakukan di bengkel umum yang sudah tersertifikasi,” kata Menteri Budi.

Rencana subsidi untuk konversi ini mendapat sorotan dari Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno.

Ia mengungkapkan konversi ini hanya mampu menjawab udara bersih, akan tetapi tidak untuk mengurai kemacetan lalu lintas di kota-kota Indonesia.

"Kalau cuma kendaraannya, kita ingin apa dapatnya? Udara bersih saja, atau mengurai kemacetan juga?" katanya.

Menurutnya, yang menjadi tanggung jawab pemerintah adalah memberikan transportasi publik yang aman, nyaman, cepat dan ramah lingkungan.

"Kalau mau dua-duanya [udara bersih dan mengurai lalu linta], ya public transport sudah," kata Djoko.
Tancap gas tanpa Plat Biru

Kendati terdapat syarat ketat mengubah surat-surat kendaraan konversi listrik, masyarakat nampaknya tetap antusias mengganti mesin kendaraan agar lebih ramah lingkungan. Hal ini setidaknya terlihat dari peningkatan penjualan perangkat konversi di Elders Garage dan Petrikbike.

Surat-surat kendaraan vespa milik Mawski sampai saat ini masih berstatus berbahan bakar minyak alias belum menjadi "plat biru" – plat kendaraan listrik berupa garis biru di bawah nomor kendaraan untuk memudahkan identifikasi para petugas kepolisian.

Tapi demi udara bersih, vespanya tetap melaju setiap hari di atas aspal.

“Ini sebuah terobosan, apalagi untuk mengurangi emisi karbon di Jakarta … makin banyak yang konversi, makin baik untuk pengurangan emisi di Jakarta,“ kata Mawski.

Sepeda motor merupakan transportasi paling murah, cepat dan banyak digunakan di kota-kota besar Indonesia.

Saat ini populasinya hampir 120 juta unit di seluruh Indonesia dan rata-rata penjualan sepeda motor baru 10.000 unit per hari. Lebih dari 50% kepemilikan sepeda motor ini berada di Pulau Jawa.

Indonesia pernah dinobatkan negara paling tinggi ketiga dengan populasi sepeda motor di dunia

Sementara itu, Jakarta ikut menyumbang 13% dari total sepeda motor di Indonesia dengan rata-rata satu rumah tangga memiliki 1 - 2 unit.

Keberadaan sepeda motor berbahan bakar minyak ikut menyumbang kualitas udara di Jakarta yang pada April lalu dilaporkan terburuk di dunia.

Sejauh ini pemerintah masih berwacana subsidi konversi sepeda motor, salah satu upaya untuk menekan emisi karbon hingga 29% di 2030. (*)

Tags : Gaya hidup berkelanjutan, Polusi, Industri otomotif, Indonesia, Polusi udara, Inovasi,